Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN GOUT ARTRITIS (ASAM URAT)

DI PANTI PELAYANAN SOSIAL DEWANATA CILACAP

INDRIA SRI UTARI


220104042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau pemecahan purin di dalam tubuh.
Katabolisme termasuk proses metabolisme tubuh yang merombak suatu substrat kompleks
menjadi molekul yang lebih kecil. Kadar asam urat berkaitan erat dengan produksi purin dan
asupan purin yang dikonsumsi. Purin yang didalam tubuh yang telah dikatabolisme akan
menjadi asam urat. Asam urat yang merupakan hasil buangan ini harus dikeluarkan oleh
ginjal dari dalam tubuh melalui urine dan sebagian kecil melalui fases. Kadar asam urat
normal tergantung dari usia, jenis kelamin. Pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga menyebabkan penumpukan atau
kelebihan asam urat dalam darah. Penumpukan zat asam urat ini terbentuk dalam bentuk
kistal dan dapat terjadi dipersendian maupun didalam ginjal itu sendiri. Kondisi penumpukan
inilah yang disebut dengan penyakit asam urat atau sering disebut gout (Herliana, 2013)
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil metabolisme
purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Purin
adalah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Secara alamiah purun
terdapat didalam tubuh dan diberbagai jenis makanan dari tanaman berupa sayur, buah
kacang-kacangan dan dari hewan daging, jeroan, ikan dan sarden. Jadi, asam urat merupakan
hasil metabolisme didalam tubuh yang kadarnya tidak boleh berlebih (Susiyanto, 2020)
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien asam urat.
1.3 Manfaat
Memberikan tambahan referensi dan pengetahuan terhadap asuhan keperawatan yang
dilakukan dan sebagai sumber bacaan dan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya
khususnya dibidang kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit degeneratif yang memiliki prevalensi
meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Lusiana et al., 2019). Asam urat
disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang menyerang persendian,
dan paling sering dijumpai di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia)
(Simamora & Saragih, 2019). Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akir dari fase akir kehidupannya (Ekasari et al.,
2019). Umumnya penyakit asam urat ini menyerang para lansia. Seseorang dikatakan lansia
jika usia nya lebih dari atau sama dengan 60 tahun.
Klasifikasi lansia menurut WHO adalah elderly 60-74 tahun, old 75-89 tahun, Very Old
diatas 90 tahun. Lansia secara fisiologis terjadi kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan (Kuniano, 2015). Di dalam proses
kehiduan manusia menua atau menjadi tua adalah salah satu keadaan yang akan terjadi.
Menurut (Dewi, 2015) menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Sebagian besar lansia
mengalami perubahan postur, penurunan rentang gerak, dan gerakan yang melambat.
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain struktur tulang, kekuatan otot dan
sendi
2.2 Etiologi
Menurut (Herliana, 2013) gejala asam urat yang sering dialami berupa rasa nyeri
dipersendian yang terjadi secara mendadak. Gejala lain yang muncul seperti kemerahan dan
pembengkakan dibagian yang diserang, dan demam. Pada umumnya gejala pertama terjadi
pada bagian sendi dan serangan akan cepat hilang. Gejala dapat terjadi lagi tetapi dalam
jangka waktu yang lebih lama. Gejala awal yang cepat menghilang ini membuat banyak
penderita tidak menyadari bahwa telah mengalami gejala asam urat.
Menurut (Price & Wilson, 2015) terdapat empat gejala klinis dari gout arthritis yaitu
a. Tahap pertama adalah hiperuridemia asimtomatik. Nilai normal asam urat pada laki-laki
adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl. Nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout.
Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat
serum.
b. Tahap kedua adalah artritis gout akut. Tahap ini terjadi awalan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi, ibu jari kaki dan sendi.
c. Tahap ketiga setelah serangan artritis gout adalah tahap interkritis. Tidak terdapat gejala
pada masa ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus menerus
bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat
kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut artritis gout dapat terjadi dalam tahap ini.
2.3 Manifestasi Klinis
Manisfestasi  sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan rekuren inflamasi
artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam
jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta kartilago),nefropati gout (gangguan
ginjal) dan pembentukan assam urat dalam traktus urunarus. Ada empat stadium penyakit
gout yang di kenali :
1. Hiperutisemia asimtomatik
2. Artiritis gout yang kronis
3. Gout interkritikal
4. Gout tofaseus yang kronik
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause
pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia 50-60. Gout lebih
banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita
normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria.
Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada priahiperurisemia
biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan
gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga
menderita demam dan jumlah sel darah putihmeningkat. Serangan akut mungkin didahului
oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang
paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga
terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan,
pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh
sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari
walaupun tanpa pengobatan.
Perkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan dari suatu rangkaian
kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat dalam plasma dan cairan tubuh.
Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar cairan tubuh dan endapan dalarn
dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau
ruptura tofi (endapan natrium urat) yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi asam
urat yang cepat. Tubuh mungkin tidak dapat menanggulangi peningkatan ini dengan
memadai, sehingga mempercepat proses pengeluaran asam urat dari serum. Kristalisasi dan
endapan asam urat merangsang serangan gout. Kristal-kristal asam urat ini merangsang
respon fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit memakan kristal-kristal urat tersebut
maka respon mekanisme peradangan lain terangsang. Respon peradangan mungkin
dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal asam urat. Reaksi peradangan mungkin
merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri sendiri akibat endapan tambahan
kristal-kristal dari serum.
Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal. Pada masa ini
pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik timbul dalarn jangka waktu beberapa
tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku dan pegal. Akibat adanya kristal-kristal urat
maka terjadi peradangan kronik, sendi yang bengkak akibat gout kronik sering besar dan
berbentuk nodular. Serangan gout Aut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala
gout kronik. Tofi timbul pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan
ukuran tofi sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan
tofi adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa
infrapatella dan helix telinga.Tofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis dari
rheumatoid nodul. Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian mengering
dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi akibat hiperurisemia
kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout ditangani secara memadai.

2.4 Komplikasi
a. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan
kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer.
Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada
suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk.
Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari
sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan
asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal
kronik.
b. Kelainan sistem pencernaan
Sering dijumpai adalah gastritis danulkus peptik yang merupakan komlikasi utama
penggunaan obat anti inflamasinonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifyingantirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
danmortalitas utama pada arthritis reumatoid
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungandengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
2.5 Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
A. Pemeriksaan Laboratorium
1)   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg % normalnya pada
pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2)   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan berwarna
putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3)   Pemeriksaan darah lengkap
4)   Pemeriksaan ureua dan kratinin
a.    kadar  ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
b.   kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
B.  Pemeriksaaan fisik
2.6 Penatalaksanaan
A.  Pengobatan Fase akut
Kolkisin merupakan obat pilihan untuk mengatasi artritis gout akut. Obat ini mempunyai
efek penghambat motilitas dan asadesi netrofil, mengurangi pelepasan eikasinoid, PGE2,
dan LTB4 oleh monosit dan netrofil dengan cara menghambat fosfolipase-A2, mengubah
kemotaksis fagosit. Kolkisin diberikan 0,5mg/jam sampai tercapainya perbaikan nyeri dan
inflamasi, atau timbul toksisitas gastrointestinal seperti muntah dan diare, atau tercapai
dosis maksimal per hari 8 mg. Pada orang dengan gangguan fungsi ginjal kolkisin harus
diturunkan.
B.    Pengobatan hiperurisemia
Diet rendah purin memegang peranan penting. Obat yang dapat menurunkan kadar asam
urat darah dibagi dua, yaitu golongan urikosurik dan golongan penghambat xantine-
oksidase. Obat golongan urikosurik yang penting adalah probenesid. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat reabsorpsi asam urat di tubulus secara kompetitif, sehingga
eksresi asam urat melalui ginjal ditingkatkan. Dosis awalnya adalah 0,5mg/hari dan secara
berkala dapat ditingkatkan menjadi 1-3 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali sehari. Obat
golongan ini tidak boleh diberikan bila produksi urin kurang dari 1400ml/24 jam.
Pemberian ini dikontraindikasikan bila terdapat produksi dan eksresi asam urat berlebih,
riwayat batu ginjal, volume urin berkurang, dan hipersensitif terhadap probenesid.
Obat golongan inhibitor xantine-oksidase (alopurinol) merupakan obat yang poten untuk
mencegah konversi hipoxantine dan xantin menjadi asam urat. Akibatnya kadar kedua zat
tersebut akan meningkat dan akan dibuang melalui ginjal.
Indikasi pemberian alopurinol adalah:
1.      Penderita yang tidak memebri respon adekuat terhadap gol. Urikosurik, misalnya
pada gg. Fungsi ginjal.
2.       Penderita yang hipersensitif terhadap gol.urikosurik
3.      Penderita dengan batu urat di ginjal.
4.      Penderita dnegan tofus yang besar, yang memerlukan perawatan kombinasi
alopurinol dengan urikosurik.
5.      Hiperurisemia sekunder karena penyakit mieloproliperatif, dapat diberikan alupurinol
sebelum pemberian sitostatika.
Dosis rata-rata 300mg/hari, tetapi pada orang tua dan penderita dengan GFR di bawah
50m/menit, dapat dimulai dnegan dosis 100mg/hari.

2.7 Pathway

ASAM URAT TINGGI

GANGGUAN FILTRASI
GINJAL

DARAH
URIN

HIPERUREKEMIA PENINGKATAN
ASAM URAT DI
URIN

PENUMPUKAN
DI SENDI

INFLAMASI

KAKU

NYERI GANGGUAN
NYERI
MOBILITAS
FISIK
Asuhan  keperwatan pada klien gout
a.    Pengkajian Identitas Klien
b.   Anamnesa
-       Identitas Klien
-       Riwayat kesehatan klien
- Keluhan utama
-  Riwayat kesehatan sekarang
-  Riwayat kesehatan masa lalu
-  Riwayat kesehatan keluarga
- Head to toe terdiri dari:
Pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala sampai kaki (menggunakan Data fokus) dengan
menggunakan teknik inspeksi (gerakan dada yang tidak simetris), palpasi (terdapat
getaran yang tidak simetris), perkusi, dan auskultasi
c.   Pemeriksaan penunjang  
1.    Pemeriksaan Laboratorium
-   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg % normalnya
pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
-   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan
berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
-   Pemeriksaan darah lengkap
-   Pemeriksaan ureua dan kratinin
2.   kadar  ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
3.    kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

d. Diagnosa  Keperawatan
1.      Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout ditandai dengan pasien
mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih,melindungi sisi yang sakit, meringis
Tujuan intervensi rasional
Nyeri berkurang 1.      Pantau kadar asam 1.untuk mengevaluasi
urat serum keekfetifan terapi

2.      Berikan istirahat dengan 2.Peninggian dan


kaki ditnggikan dan berikan pemberian kantung
kantung es. dingin membantu
mengurangi bengkak.

3.      Berikan obat anti gout 3.Obat anti gout


yang diresepkan dan bekrja dengan
evaluasi menghambat rabsorsi
keefektipannya. asam urat di tubulus
ginjal
4.      Berikan pasien untuk
minum 2 ± 3 liter cairan
setiap hari dan
meningkatknmasukan
makanan pembuatan
alkalin

2.      Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.


Tujuan Intervensi Rasional
Pasien dan keluarga dapat·     Jelaskan pada pasien ·      Memberikan
memahami penggunaan tentang asal mula pengetahuan pasien
obat dan perawatan penyakit sehingga pasien dapat
dirumah.Kriteria : menghindari terjadinya
· Pasien dan keluarga ·      Berikan Jadwal obat serangan berulang.
menunjukkan yang harus di gunakan ·      Penjelasan ini dapat
pemahaman tentang meliputi nama obat, meningkatkan koordinasi
kondisi prognosis dan dosis, tujuan dan efek dan kesadaran pasien
perawatan. samping terhadap pengobatan
· Mengembangkan yang teratur.
rencana untuk perawatan
diri, termasuk modifikasi .
gaya hidup yang
konsisten dengan
mobilitas dan atau
pembatasan aktifitas.

3.      Gangguan mobilitas fisik burhungan dengan nyeri persendian


Tujuan Intervensi Rasional
Pasien dapat ·     Evaluasi pemantauan ·     Tingkat aktifitas /
meningkatkan aktifitas tingkat inflamasi atau latihan tergantung dari
sesuai kemampuan. rasa sakit pada sendi. perkembangan atau
Kriteria: ·     Pertahankan istirahat resolusi dan proses
· Pasien dapat tirah baring/duduk jika inflamasi
mempertahankan fungsi diperlukan. Jadwal ·     Istirahat yang sistemik
posisi dengan tidak aktifitas untuk selama eksaserbasi akut
adanya pembatasan memberikan periode dan seluruh fase penyakit
kontraktur. istirahat yang terus yang penting untuk
· Pasien dapat menerus dan tidur malam mencegah kelelahan,
mempertahankan atau hari yang tidak mempertahankan
meningkatkan kekuatan terganggu. kekuatan.
dan fungsi dari ·     berikan lingkungan ·     Menghindari cedera
kokompensasi bagian yang aman misalnya akibat kecelakaan atau
tubuh. menggunakan pegangan jatuh
· Pasien dapat tangga pada bak atau
mendemonstrasikan pancuran dan toilet
tehnik atau perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktfitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunney & suddarjh, 2001. Keperawatan Medikal – bedah. EGC. Jakarta.


Compiement, Tim, 2002. Kumpulan Makalah Keperawaan Medikal Bedah. UGM. Yogyakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Carpito, Lynda juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGG, jakarta

Anda mungkin juga menyukai