Oleh:
Nama : Dhora Surya Amanda
NIM : 22221032
B. Etiologi
Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya
yaitu pola makan dan gaya hidup. Pola makan meliputi frekuensi makan, jenis
makanan, dan jumlah makanan. Gaya hidup merupakan pola tingkah laku
sehari- hari yang patut dijalankan oleh suatu kelompok sosial ditengah
masyarakat meliputi aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan kebiasaan merokok
(Ridhoputrie et al., 2019).
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi gout
arthritis adalah :
1. Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan gout
arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada
saat menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang
dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat
didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ekstrogen.
3. Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alkohol
5. Obat – obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah ( kurang
dari 2 - 3 g/hari ) dan sejumlah obat diuretik, serta anti hipertensi.
C. Manisfestasi Klinis
Gejala awal dari gout athritis adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang
sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki.
Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan.
Seiring berjalannya waktu serangan gout artritis akan timbul lebih
sering dan lebih lama. Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan
terbentuknya batu ginjal. Kristal-kristal asam urat dapat membentuk
tophi (benjolan keras tidak nyeri disekitar sendi) di luar persendian.
Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar
ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga pada daun telinga, tendon
achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan pita suara
(sangat jarang terjadi).
Gejala yang sering muncul pada penderita gout arthritis, yaitu :
1. Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah atau keunguan, kencang
dan licin, serta terasa hangat.
2. Nyeri hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi, seringkali
terjadi pada malam hari.
3. Perasaan tidak enak badan dan denyut jantung cepat.
4. Menggigil
5. Demam
6. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar sendi.
7. Tofi juga bisa berbentuk didalam ginjal dan organ lainnya, dibawah kulit
telinga atau disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa
pecah dan mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur.
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout asthritis jika tidak segera
diobati (Nurarif, 2015) diantaranya :
1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat
serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum
2. Stadium kedua gout arthritis akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalangeal.
3. Stadium ketiga setelah serangan gout asthritis akut adalah tahap interkritikal.
Tidak terdapat gejala gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout asthritis kronis, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronis akibat kristal kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.
D. Klasifikasi
1. Gout Primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan akresi asam urat
2. Gout Sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam
urat yang kurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu
E. Komplikasi
1. Deformitas atau perubahan bentuk pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis atau batu ginjal akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty atau kelainan ginjal yang mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
karena peradangan glomerulus akibat deposit kristal urat dalam interstisial
ginjal
4. Hipertensi ringan
5. Proteinuria atau protein dalam urin
6. Hiperlipidemia yaitu kondisi dimana kadar lipid atau lemak dalam darah tinggi
7. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal (Aspiani, 2014).
H. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan gout arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan akut dan penanganan serangan kronis. Ada 3 tahapan
dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan gout arthritis akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian
3. Terapi mencegah menggunakan terapi hipourisemik.
a. Terapi Farmakologi
Penanganan gout arthtritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis
1) Serangan Akut
Obat yang diberikan pada serangan akut, antara lain :
a) NSAID
Merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang mengalami
serangan gout arthritis akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan
terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi
NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya
(full dose) pada 24- 48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin
banyak diresepkan untuk serangan akut gout arthritis, dengan dosis awal 75-
100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan
meredanya gejala serangan akut. Efek samping indometasin antara lain
pusingdan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat
diturunkan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi gout arthritis akut adalah :
Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.
Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
b) COX-2 Inhibitor
Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 inhibitor yang dilisensikan
untuk mengatasi serangan gout arthritis akut. Obat ini efektif tapi cukup mahal,
dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek
gastrointestinal NSAID Non- Selektif. COX-2 Inhibitor mempunyai resiko
efek samping gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID
non selektif.
c) Colchicine
Merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout arthritis akut.
Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal kerjanya (onset) lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
d) Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian steroid
intra-articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1
atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat
diferensial diagnosis antara gout arthritis sepsis dan gout arthritis akut karena
pemberian steroid intra-articular akan memperburuk infeksi.
e) Allopurinol
Obat hipourisemik, pilihan untuk gout arthritis kronis adalah allopurinol.
Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol
menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin
oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol
tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat terlihat
sebagai penurunan kadar asam urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi
dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar asam urat dalam serum harus
dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya
kadar asam urat.
f) Obat Urikosurik
Kebanyakan klien dengan hiperurisemia yang sedikit mengekskresikan
asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid
(500mg-1 g 2x/hari) dan sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan
alternatif allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien nefropati urat yang
memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan
fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar 5% klien
yang menggunakan probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati,
kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan,
kemudian dalam mengakaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk
informasi yang diharapkan dari klien (Iqbal, 2011).
Fokus pengkajian pada klien Gout Arthritis :
1. Pengkajian
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri
yang dirasakan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot dan tulang, termasuk
di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung
menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat. Biasanya terjadi kekakuan dipagi
hari, rasa nyeri, dan pembengkakan pada persendian.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita gout arthritis, biasanya menderita
hipertensi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena penyakit gout arthritis berhubungan dengan genetik
6. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang didapat meliputi adanya
kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda
dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, dan ketidaktahuan akan
program pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan asam urat
terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya
nyeri dan gangguan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri
yang mal adaptif.
7. Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai kekebalan tubuh yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
8. Riwayat gizi
Status gizi orang yang menderita penyakit Gout Arthritis dapat bervariasi.
Semua orang dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko apabila
terdapat faktor predisposisinya.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
dariujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
10. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
b. Tes cairan sinovial , fisis, inflamasi, infeksi.
c. X-rays, MRI, Bone Scan untuk melihat perubahan pada struktur tulang dan
kartilago.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan intgeritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
C. NCP Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) Keperawatan
(SIKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
Definisi: pengalaman keperawatan diharapkan Tindakan
sensoria tau emosional yang nyeri akut menurun, dengan Observasi
berkaitan dengan kerusakan kriteria hasil: 1. Identifikasi
jaringan aktual atau Tingkat nyeri lokasi,
fungsional, dengan onset No Indicator A T karakteristik,
mendadak atau lambat dan 1. Keluhan durasi, frekuensi,
berintensitas ringan hingga nyeri kualitas,
berat yang berlangsung 2. Meringis intensitas nyeri
kurang dari 3 bulan. 3. Gelisah 2. Identifikasi skala
Penyebab: 4. Kesulitan nyeri
1. Agen pencedera tidur 3. Identifikasi
fisiologis (mis: Ket: respons nyeri
inflamasi, iskemia, 1. Meningkat non verbal
neoplasma) 2. Cukup meningkat 4. Identifikasi
2. Agen pencedera kimiawi 3. Sedang faktor yang
(mis: terbakar, bahan 4. Cukup menurun memperberat dan
kimia iritan) 5. Menurun memperingan
3. Agen pencedera fisik nyeri
(mis: abses, amputasi, 5. Identifikasi
terbakar, terpotong dll). pengetahuan dan
Gejala dan tanda mayor keyakinan
Subjektif: Mengeluh nyeri tentang nyeri
Objektif: 6. Identifikasi
1. Tampak meringis pengaruh budaya
2. Bersikap protektif terhadap respon
3. Gelisah nyeri
4. Frekuensi nadi 7. Identifikasi
meningkat pengaruh nyeri
5. Sulit tidur terhadap kualitas
hidup
Tanda dan gejala minor 8. Monitor
Subjektif: Tidak tersedia keberhasilan
Objektif: terapi
1. Tekanan darah komplementer
meningkat yang sudah
2. Pola napas berubah diberikan
3. Nafsu makan berubah 9. Monitor efek
4. Proses berpikir samping
terganggu penggunaan
5. Menarik diri analgetik.
6. Berfokus pada diri
sendiri Teraupetik
7. Diaphoresis 1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri.
Kolaborasi
Kolabrorasi
pemberian analgeti,
jika perlu.
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan
Definisi: Keterbatasan keperawatan diharapkan mobilisasi
dalam gerakan fisik dari mobilitas fisik meningkat, Tindakan
satu atau lebih ekstremitas dengan kriteria hasil: Observasi
secara mandiri. Mobilitas fisik 1. Identifikasi
Penyebab: No Indicator A T adanya nyeri
1. Kerusakan integritas 1. Pergerakan atau keluhan
struktur tulang ekstremitas fisik
2. Perubahan metabolism 2. Kekuatan 2. Identifikasi fisik
3. Ketidakbugaran fisik otot melakukan
4. Penurunan kendali otot 3. Rentang pergerakan
5. Penurunan massa otot gerak 3. Monitor
6. Penurunan kekuatan (ROM) frekuensi jantung
otot Ket: dan tekanan
7. Keterlamabatan 1. Menurun darah sebelum
perkembangan 2. Cukup menurun memulai
8. Kekakuan sendi 3. Sedang mobilisasi
9. Kontraktur 4. Cukup meningkat 4. Monitor kondisi
10. Malnutrisi 5. Meningkat umum selama
11. Gangguan melakukan
musculoskeletal mobilisasi.
12. Gangguan Teraupetik
neuromuscular 1. Fasilitasi
13. Indeks massa tubuh aktivitas
diatas persenti; ke-75 mobilisasi
sesuai usia dengan alat
14. Efek agen farmakologis bantu
15. Program pembatasan 2. Fasilitasi
gerak melakukan
16. Nyeri pergerakan, jika
17. Kurang terpapar perlu
informasi tentang 3. Libatkan
aktivitas fisik keluarga untuk
18. Kecemasan membantu
19. Gangguan kognitif pasien dalam
20. Keengganan melakukan meningkatkan
pergerakan pergerakan
21. Gangguan 4. Lakukan latihan
sensoripersepsi. ROM dan
fisioterapi dada.
Gejala dan tanda mayor Edukasi
Subjektif: mengeluh sulit 1. Jelaskan tujuan
menggerakan ekstremitas dan prosedur
Objektif: mobilisasi
1. Kekuatan otot menurun 2. Anjurkan
2. Rentang gerak (ROM) melakukan
menurun mobilisasi dini
3. Ajarkan
Gejala dan tanda minor mobilisasi
Subjektif: sederhana yang
1. Nyeri saat bergerak harus dilakukan
2. Enggan melakukan (mis, duduk di
pergerakan tempat tidur,
3. Merasa cemas saat duduk di sisi
bergerak. tempat tidur).
Objektif:
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah.
3.
3. Gangguan integritas kulitSetelah dilakukan asuhan Perawatan
dan jaringan keperawatan diharapkan integritas kulit
Definisi: Kerusakan kulitintegritas kulit dan jaringan Tindakan
(dermis atau epidermis) atau
meningkat, dengan kriteria Observasi
jaringan (membrane
hasil: Identifikasi
mukosa, kornea, fasia, otot,
Integritas kulit dan penyebab gangguan
tendon, tulang, kartilago,
jaringan integitas kulit (mis.
kapsul sendi atau ligament).No Indicator A T Perubahan sirkulasi,
Penyebab: 1. Nyeri perubahan status
1. Perubahan sirkulasi 2. Kerusakan nutrisi, penurunan
2. Perubhan status nutrisi lapisan kelembaban, suhu
(kelebihan atau kulit lingkungan ekstrem,
kekurangan) 3. Kemerahan penurunan
3. Kekurangan/kelebihan Ket: mobilitas).
volume cairan 1. Menurun Teraupetik
4. Penurunan mobilitas 2. Cukup menurun 1. Ubah posisi tiap
5. Bahan kimia iritatif 3. Sedang 2 jam jika tirah
6. Suhu lingkungan yang 4. Cukup meningkat baring
ekstrem 5. Meningkat 2. Lakukan
7. Faktor mekanis (mis. pemijatan pada
Penekanan pada tonjolan area penonjolan
tulang, gesekan) atau tulang, jika perlu
faktor elektris 3. Bersihkan
(elektrodiatemi, energy perineal dengan
listrik yang bertegangan air hangat,
tinggi) terutama selama
8. Efek samping terapi periode diare
radiasi 4. Gunakan produk
9. Kelembaban berbhan
10. Proses penuan petroleum atau
11. Neuropati perifer minyak pada
12. Perubahan pigmentasi kulit kering
13. Perubahan hormonal 5. Gunakan produk
14. Kurang terpapar berbahan
informasi tentang upaya ringan/alami dan
mempertahankan/melind hipoalergik pada
ungi integritas jaringan. kulit sensitive
6. Hindari produk
Gejala dan tanda mayor berbahan dasar
Subjektif: Tidak tersedia alcohol pada
Objektif: kulit kering.
Kerusakan jaringan atau Edukasi
lapisan kulit. 1. Anjurkan
menggunakan
Gejala dan tanda minor pelembab (mis.
Subjektif: Tidak tersedia Lotion, serum)
Objektif: 2. Anjurkan minum
1. Nyeri air yang cukup
2. Perdarahan 3. Anjurkan
3. Kemerahan mningkatkan
4. Hematoma. asupan nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
6. Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30 saat
berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media
Brunner, S. 2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. vol.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
Iqbal, d. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Resehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Kholifah.S.N. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan
Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:
Buku Pintar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia..
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Zahara, R. 2013. Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin
Diperberat oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi
Menggenggam Statis. Volume 1 nomor 3.