(RHEUMATOID ARTHRITIS)
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakoterapi &
Terminologi Medik
Dosen Pengampu : Dr. Sri Haryanti, M.Si., Apt.
Disusun Oleh :
Fildzah Hasyati Adani 1061821014
Fransisca Claudia Kristi D.G. 1061822015
Kinanthi Sekartanjung Putri 1061821020
Vevi Lelyya 1061821035
1. Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun,
peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan sendi terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat
terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki.
Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan sering berupa kaku sendi
di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
A. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif
tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya
penyakit tidak konsisten
2. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,
demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi
sendi.
B. Diagnosis
Terdapat beberapa kesulitan dalam mendeteksi dini penyakit RA. Hal ini
disebabkan oleh onset yang tidak bisa diketahui secara pasti dan hasil
pemeriksaan fisik juga dapat berbeda-beda tergantung pada pemeriksa.
Meskipun demikian, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa alat ukur
diagnosis RA dengan ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi
tahun 1987 memiliki sensitivitas 91%. Hasil laboratorium yang digunakan
dalam mendiagnosis RA ditemukan kurang sensitif dan spesifik. Sebagai
contoh, IGM Rheumatoid Factor memiliki spesifisitas 90% dan sensitivitas
hanya 54%. (Bresnihan, 2002)
Berikut adalah kriteria ARA (American Rheumatism Association)
yang direvisi tahun 1987 yang masih dapat digunakan dalam mendiagnosis
RA:
1. Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
2. Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah
sendi atau lebih secara bersamaan.
3. Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu
pembengkakan persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal),
MCP (metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
4. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi
misalnya PIP (proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau
MTP (metatarsophalangeal).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler.
6. Rheumatoid Factor serum positif
7. Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang
terlibat
A. Terapi Farmakologi
Tujuan utama terapifarmakologi adalah untuk memicu remisi total dan
mengurangi aktivitas penyakit. Selain itu, terapi diharapkan dapat menghilangkan
inflamasi, mencegah deformitas,mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah
destruksi jaringan lebih lanjut (DiPiro, 2015)
Semua DMARD memiliki beberapa ciri yang sama yaitu bersifat relatif
slowacting yang memberikan efek setelah 1-6 bulan pengobatan kecuali agen
biologik yang efeknya lebih awal. Setiap DMARD mempunyai toksisitas masing-
masing yang memerlukan persiapan dan monitor dengan cermat. Keputusan untuk
memulai pemberian DMARD harus dibicarakan terlebih dahulu kepada pasien
tentang risiko dan manfaat dari pemberian obat DMARD ini.Pemberian DMARD
bisa diberikan tunggal atau kombinasi. Pada pasien-pasien yang tidak respon atau
respon minimal dengan pengobatan DMARD dengan dosis dan waktu yang
optimal, diberikan pengobatan DMARD tambahan atau diganti dengan DMARD
jenis yang lain.
2. DMARD Biologik
lain adalah reaksi infus, gangguan neurologis, reaksi kulit dan keganasan.
(Perhimpunan
Tabel 2. DMARD Biologik yang digunakan Reumatologi
untuk pengobatan Indonesia,
Rheumatoid 2014)
Athritis
3. Kortikosteroid
5. Pembedahan
(1). Latihan
(2). Istirahat
BAB III
3.1 Kasus
3. Assesment :
Sulfasalazin Indikasi :
kondisi autoimun, seperti rheumatoid atrhitis dan
lupus eritomatosus.
Dosis :
2 x 500 mg/hari.
Mekanisme :
Menghambat angiogenesis dan migrasi PMN
(Polymorphonuclear Neutrofil).
Efek Samping :
Mual dan muntah, nyeri kepala, ruam, supresi sumsum
tulang
Meloxicam Indikasi :
Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, osteoatritis
yang memburuk (jangka pendek).
Dosis :
RA: 1 x 7,5 -15 mg/hari
Mekanisme :
Menghambat sintesis prostaglandin dengan hambatan
pada enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Efek Samping :
Diskrasia darah, reaksi anafilaktik, serangan asma,
hipersensitivitas kulit.
Omeprazole Indikasi :
Tukak lambung, tukak duodenum, GERD,
hipersekresi patologis.
Dosis :
1x20 mg/hari
Mekanisme :
Menghambat kerja enzim K+H+ATPase yang akan
memecah K+H+ATP menghasilkan energy yang
digunakan untuk mengeluarkan asam HCl dari sel
parietal ke dalam lumen lambung.
Efek Samping :
Urtikaria, mual dan muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, mulut kering.
Paracetamol Indikasi :
Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Dosis :
500 mg-1000 mg, diberikan 4-6 jam. Maksimum 4
gram/hari
Mekanisme :
Bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus
untuk menurunkan suhu tubuh. Menghambat sintesis
prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri
ringan-sedang.
Efek Samping :
Reaksi alergi, ruam kulit, hipotensi, kerusakan hati.
Azithromycin Indikasi:
Infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka.
Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak.
Dosis:
1x 500 mg/hari
Mekanisme:
Menghambat sintesis protein bakteri dengan cara
berikatan secara reversible dengan ribosom subunit
50S, umumnya bakteriostatik.
Mual, muntah, kembung, nefritis, sakit kepala.
4. Plan :
Omeprazole digunakan untuk mengobati atau mengurangi efek
samping meloxicam (NSAID) yaitu menyebabkan iritasi lambung,
sehingga diberikan omeprazole.
Menurunkan dosis omeprazole menjadi 1x20 mg sehari sebelum
makan.
Pemantauan efek samping obat meloxicam.
Pemantauan efek sulfasalazine dan tanda-tanda ketoksikan.
5. KIE :
a) Istirahat yang cukup
b) Olahraga ringan untuk melatih fleksibilitas sendi
c) Menjaga fungsi sendi, tidak terlalu banyak bergerak/ memperberat
kerja sendi
d) Mengkonsumsi obat secara rutin
e) Terapkan pola makan sehat
f) Hindari makanan berlemak dan tinggi gula
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Aletaha D, Neogi T, Silman AJ, Funovits, Felson T, Bingham III CO et al. 2010.
Rematoid Arthritis Classification Criteria An American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism Collaborative Initiative.
Arthritis Rheum, vol.62, pp.2569 – 81.
Bodamyali T, Kancler JM, Millar TM, Blake DR, Stevens CR. 2002. Free
radicals in rheumatoid arthritis: Mediators and modulators. Di dalam: Redox
Genome interaction in Health and Disease. Ed J. Fuchs, M. Podda, L. Packer.
New York: Marcel Dekker.
DiPiro, Joseph T., Dipiro, Cecily V., Wells, Barbara G., Schwinghammer, Terry
L. 2015. Pharmacitherapy Handbook: Ninth Edition. US: McGraw-Hill
Education
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien
Penyakit Arthristis Rematik. Jakarta: Depkes RI.
Sjamsuhidajat R. Dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC
Schuna, A.A., in Rheumatoid Arthritis, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C.
Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, 1505-1515, McGraw Hill, Medical
Publishing Division, New York.