PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pelayanan kesehatan diseluruh dunia akan menghadapi tekanan biaya yang berat
pada 10-20 tahun mendatang, karena peningkatan yang luar biasa dari orang yang
terkena penyakit musculoskeletal. Organisasi kesehatan sedunia (WHO)
menyatakan bahwa beberapa juta orang telah menderita karena menderita
penyakit sendi dan tulang, dan angka tersebut diperhitungkan akan meningkat
tajam karena banyaknya orang yang berumur lebih dari 50 tahun pada tahun 2020.
Sekretaris jenderal PBB Kofi Annan dan WHO pada 30 november 1999 telah
mencanangkan suatu ajakan 10 tahun baru yang disebut Bone and Joint Decade.
Ajakan tersebut menghimbau pemerintah di seluruh dunia untuk segera mengambil
langkah-langkah dan berkejasama dengan organisasi-organisasi untuk penyakit
musculoskeletal, profesi kesehatan di tingkat nasional maupun internasional untuk
pencegahan dan penatalaksanaan penyakit musculoskeletal. Di Indonesia
pencanangan Bone and Joint Decade dilakukan pada tanggal 7 oktober tahun 2000
oleh menteri kesehatan dan kesejahteraan social Republik Indonesia dr.achmad
Sujudi, bersamaan dengan temu ilmiah reumatologi ke III di Jakarta.
B. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Arthritis adalah salah satu penyakit reumatologi nyeri somatic dan kekauan sendi
yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, genetik, factor lingkungan, dan
gaya hidup (Sudoyo, 2006)
B. Jenis-Jenis Arthritis
Terdapat tiga macam Arthitis, yaitu Osteoarthitis, Arthritis
Rheumatoid dan GoutArthritis.
Perlu dipahami bahwa penyebab nyeri yang terjadi pada OA bersifat multifaktorial.
Nyeri dapat bersumber dari regangan serabut syaraf periosteum, hipertensi intra-
osseous, regangan kapsul sendi, hipertensi intra-artikular, regangan ligament,
mikrofraktur tulang subkondral, entesopati, bursitis, dan spasme otot. Dengan
demikian penting dipahami, bahwa walaupun belum ada obat yang dapat
menyembuhkan OA saat ini, namun terdapat berbagai cara untuk mengurangi nyeri
dengan memperhatikan kemungkinan sumber nyerinya, memperbaiki mobilitas dan
meningkatkan kualitas hidup (Sudoyo, 2006)
Etiologi RA
Ilmuwan tetap tidak mengetahui persisnya apa penyebab sistem imun untuk
berbalik melawan dirinya sendiri dalam RA, tetapi penelitian di tahun terakhir telah
mulai untuk mengumpulkan faktor-faktor yang terlibat.
Faktor-faktor yang terlibat yaitu: 1) Faktor genetik: Ilmuwan sudah menemukan gen
tertentu yang berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari
terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II,
khususnya HLADR4 dengan RA seropositif. Pengemban HLADR4 memiliki resiko
relatif 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.; 2) Faktor lingkungan: sejak tahun 1930,
infeksi telah diduga merupakan penyebab RA. Dugaan faktor infeksi sebagai
penyebab RA juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
Walau hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari
jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu
komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan
terjadinya RA. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab RA antara lain
adalah bakteri, mikroplasma atau virus. Ini tidak berarti bahwa RA adalah penyakit
menular.; 3) faktor-faktor yang lain; kecenderungan wanita untuk menderita RA dan
sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon
estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal
memang merupakan penyebab penyakit. Faktor lain yang diduga etiologi RA adalah
Heat Shock protein (HSP) adalah kelompok protein berukuran sedang yang dibentuk
oleh sel seluruh spesies sebagai respon terhadap stress. Walaupun telah diketahui
ada hubungan antara HSP dan sel T pada pasien RA, mekanisme hubungan ini
belum diketahui dengan jelas (Sudoyo, 2006)
Untuk itu pada tahun 1987 ARA telah mempublikasikan susunan kriteria klasifikasi
RA dalam format tradisional yang baru. Kriterianya : 1) Kaku pagi hari; 2) Artritis
pada 3 daerah yaitu pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi
(bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14 persendiaan
yang memenuhi kriteria yaitu PIP (Proximal Interphalangeal), MCP
(Metacarpophalangeal) kiri dan kanan; 3) Artritis pada persendian tangan
(sekurang-kurangnya); 4) Artritis simetris; 5) Nodul reumatoid: nodul subkutan pada
penonjolan tulang atau permukaan ekstensor; 6) Faktor reumatoid serum:
terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara
yang memberikan hasil positif <5%>
Manifestasi Klinis RA
Gout arthritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit Kristal
monosodium urat di jaringan. Deposit ini bersal dari cairan Kristal ekstra selular
yang sudah mengalami supersaturasi dari hasil metabolisme purin yaitu asam urat
(Sudoyo, 2006)
Prevalensi di Indonesia, penyakit arthritis gout pertama kali diteliti oleh seorang
dokter Belanda, dr. Van Den Horst tahun 1935. Saat itu masih ditemukan 15 kasus
gout berat di Jawa. Pada tahun 1988, dr. John Darmawan menunjukkan bahwa di
Bandungan Jawa Tengah diantara 4.683 orang berusia 15 45 tahun yang diteliti,
0,8 % menderita asam urat tinggi (1,7 % pria dan 0,05 % wanita) di antara mereka
sudah sampai pada tahap gout. Angka-angka ini diprediksikan akan bertambah
dengan tingginya faktor resiko pada gout (Sudoyo, 2006).
Gout adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total, yang berarti
sekali terjerat penyakit ini, seseorang harus memperhatikannya seumur hidup
(Murray, 1997). Kadang-kadang kombinasi obat yang disarankan harus dikonsumsi
dalam jangka panjang, dalam hitungan bulan atau tahun. Bahkan ada kalanya
penderita disarankan mengkonsumsi obat penurun asam urat tersebut seumur
hidup apabila tingkat serangan sampai pada tahap yang berat. Hal ini misalnya
terjadi pada penderita batu ginjal asam urat ataupun telah terjadi pengendapan
asam urat pada persendiaan (Murray, 1997)
Jenis-jenis gout
Gout primer
Pada gout primer, hiperurikemia dapat disebabkan adanya kelainan genetik maupun
kelainan bawaan lain yang menyebabkan peningkatan produksi asam urat atau
penurunan kemampuan ekskresi asam urat.
Gout sekunder
Gout sekunder merupakan akibat dari proses penyakit lain atau akibat pengobatan
tertentu. Misalnya obat diuretik tiazid dapat menyebabkan hiperurikemia dengan
penurunan ekskresi asam urat. Selain itu aspirin dengan dosis rendah (kurang dari 1
2 gram/hari), asam nikotinat, dan asetazolamid juga berefek sama (Carter, 2001).
Penyebab lain gout sekunder adalah konsumsi alkohol. Alkohol dapat meningkatkan
nilai asam urat dengan menyediakan sumber purin yang tinggi serta menghasilkan
produk samping metabolisme alkohol yang dapat menghambat ekskresi asam urat.
Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya serangan gout pada orang yang memiliki
kelainan bawaan dalam metabolisme purin (Carter, 2001). Konsumsi makanan
dengan kadar purin yang tinggi seperti hati, ginjal, otak, jantung, paru-paru dan
lain-lain memperbesar resiko pemunculan gout (Murray, 1997).
Selain hal tersebut di atas, seseorang dengan kondisi tertentu mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit gout dibanding orang normal.
Misalnya obesitas, terdapat hubungan yang jelas antara berat badan dengan nilai
asam urat darah. Pada kasus lain, hipertensi ditemukan dalam 25 50 % pasien
gout, tanpa penyebab yang jelas
- Hiperurikemia asimtomatik
Tahap gout akut adalah tahap gejala gout mulai tampak. Pembengkakan mendadak
dan nyeri yang luar biasa umumnya terdapat pada sendi ibu jari kaki. Terdapat
tanda-tanda peradangan lokal, dengan peningkatan jumlah sel darah putih.
Serangan biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi memakan waktu 10 14 hari.
Tidak terdapat perubahan yang karakteristik pada nilai plasma asam urat saat
inisiasi ataupun selama berlangsungnya serangan gout akut. Bahkan ekskresi asam
urat cenderung meningkat selama serangan yang menyebabkan kadar asam urat
plasma menurun
- Interkritis
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini yang dapat berlangsung beberapa bulan
atau beberapa tahun. Mula-mula periode interkritis berlangsung lama, asimtomatik
dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik. Lama-kelamaan, serangan akut makin
sering timbul, periode interkritis menjadi lebih pendek.
- Gout kronik
Tofi ini terdiri dari deposit kristal natrium urat bersama dengan matriks protein,
lemak, polisakarida, serta kalsium. Telinga, persendian jari-jari merupakan tempat
yang sering dihinggapi tofi. Selain itu disfungsi renal juga muncul pada penderita
gout. Terbentuknya batu urat ginjal semakin memperburuk penyakit gout akibat
penurunan ekskresi asam urat.
C. Gambaran radiologis
(Gambar osteopenia luas, carpal crowding (hilangnya kartilago) dan beberapa erosi
yang ditemukan pada tulang karpal dan metacarpal pada pasien anak advanced
juvenile idiopathic arthritis (JIA))
(Gambar panah menunjukkan erosi di area periarticular jari kaki pada pasien RA)
(Gambar erosi multiple dan penyempitan ruang sendi di pancarpal pada pasien RA)
(Gambar panah menunjukkan erosi pada tepi articular tibia pada pasien juvenile
chronic arthritis)
Penemuan pada fase awal gout dimulai pada jaringan lunak. Penemuan yang khas
adalah pembengkakan yang tidak simetris disekitar sendi yang terkena. Penemuan
lain yang dapat terjadi pada fase awal gout adalah edema pada jaringan lunak
disekitar sendi. Pada penderita yang mengalami episode gout yang multiple pada
sendi yang sama, terdapat gambaran area berkabut yang opak yang dapat dilihat
pada pemeriksaan radiologi film datar.
Fase lanjut dari gout, terjadi perubahan awal pada tulang. Pada umumnya,
perubahan awal pada area sendi metatarsophalangeal. Purubahan awal pada
umumnya terjadi di luar sendi atau pada daerah juxta artikularis. Pada fase lanjut
ini biasanya ditemukan gambaran lesi luar, yang kemudian bisa menjadi sklerotik
karena peningkatan ukurannya.
Pada fase akhir gout, ditemukan tanda topus pada banyak persendian tulang.
Terjadinya perubahan lain pada gambaran radiografi film datar pada stadium akhir
adalah jarak persendian yang menyempit yang sangat menyakitkan. Tanda
deformitas juga dapat terjadi karena efek dari penyakit pada fase akhir. Kalsifikasi
pada jaringan lunak ditemukan juga pada fase akhir gout.
goutAP gout
Gout Toe:
Gambar Erosi dari gout (panah) ditemukan di sepanjang tepi medial dari metatarsal
yang pertama pada pasien yang menderita gout- relative pula ditemukan pada
kartilago artikular
Gambar Erosi yang luas terlihat pada medial metatarsal pertama bagian distal
(panah tengah) dengan diiringi massa jaringan lunak (panah atas). Gambaran lusen
subchondral dengan sklerotik melibatkan bagian distal metatarsal pertama (panah
dalam). Gambaran sendi dan densitas tulang normal.
GoutMPJ1
Gambar Gout pada gambaran ini merupakan kronik topus arthritis gout, erosi tulang
yang meluas ditemukan pada area tulang karpal. Deposisi urat mungkin ditemukan
pada area periartikular (Image courtesy of Larry Brent, MD)
BAB III
KESIMPULAN
Arthritis adalah salah satu penyakit reumatologi nyeri somatic dan kekauan sendi
yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, genetik, factor lingkungan, dan
gaya hidup.
Terdapat tiga macam Arthitis, yaitu Osteoarthitis, Arthritis Rheumatoid dan Gout
Arthritis.
- Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
- Kista tulang
Penemuan pada fase awal gout dimulai pada jaringan lunak. Penemuan yang khas
adalah pembengkakan yang tidak simetris disekitar sendi yang terkena. Penemuan
lain yang dapat terjadi pada fase awal gout adalah edema pada jaringan lunak
disekitar sendi. Pada penderita yang mengalami episode gout yang multiple pada
sendi yang sama, terdapat gambaran area berkabut yang opak yang dapat dilihat
pada pemeriksaan radiologi film datar.
Fase lanjut dari gout, terjadi perubahan awal pada tulang. Pada umumnya,
perubahan awal pada area sendi metatarsophalangeal. Purubahan awal pada
umumnya terjadi di luar sendi atau pada daerah juxta artikularis. Pada fase lanjut
ini biasanya ditemukan gambaran lesi luar, yang kemudian bisa menjadi sklerotik
karena peningkatan ukurannya.
Pada fase akhir gout, ditemukan tanda topus pada banyak persendian tulang.
Terjadinya perubahan lain pada gambaran radiografi film datar pada stadium akhir
adalah jarak persendian yang menyempit yang sangat menyakitkan. Tanda
deformitas juga dapat terjadi karena efek dari penyakit pada fase akhir. Kalsifikasi
pada jaringan lunak ditemukan juga pada fase akhir gout.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W, Sudoyo, et al, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Penerbit
Buku Kedokteran IPD FK UI.
(http://www.denutrition.com)
4. Murray, R. K., Granner, D. K., Mayer, P. A., Rodwell, V. M., 1997, Biokimia Harper,
alih bahasa oleh Andry Hartono, Edisi 24, 366-391, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
5. www.emedicine.com
Sumber: http://kireihimee.blogspot.com/2009/09/artritis.html