Penyusun
Pembimbing
JAKARTA
Mei 2018
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kalibata
Tanggal masuk RS : 06 mei 2018
II. SUBJEKTIF
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis (Istri Pasien), 06 Mei 2018
Keluhan Utama:
Lemas pada sisi tubuh bagian kiri sejak 4 jam SMRS.
Keluhan Tambahan :
Bicara pelo, mulut miring ke kanan, Lemas
Anamnesis Sistem :
Sistem serebrospinal : nyeri kepala (+), pingsan, kelemahan anggota gerak (+),
wajah merot (+), bicara pelo (+), kesemutan/baal (+)
Sistem kardiovaskular : riwayat hipertensi (+), riwayat penyakit jantung (-), nyeri dada
(-)
Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-)
Sistem gastroinstestinal : mual (-), muntah (-)
Sistem neurologi : kelemahan anggota gerak kanan (+)
Sistem integument : ruam (-)
Sistem urogenitasl : tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 75 tahun datang ke RSUD Budhi Asih dengan keluhan
kelemahan pada ekstremitas sebelah kanan, dengan onset mendadak yaitu ketika pasien
bangun tidur tepatnya 4 jam SMRS, keluhan tersebut disertai dengan keluhan wajah merot
dan bicara pelo, keluhan nyeri kepala, mual muntah, kejang, pingsan, gangguan pada saat
berkemih dan buang air besar, kesulitan membaca, menulis, berhitung, membedakan arah
kanan kiri, pusing berputar, baal, kesemutan, demam, kaku pada leher disangkal
Pasien memiliki riwayat hiperteni tiak terkontrol ± sejak 5 tahun, Pasien pernah
mengalami TIA kira kira 7 tahun yang lalu, pasien mempunyai riwayat kolestrol tinggi pada
tahun 2000 dan tidak pernah memeriksakan diri ke dokter setelah itu, pasien juga punya
riwayat cephalgia sejak 5 tahun yang lalu.
DISKUSI I
Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan gejala kelemahan anggota gerak sebelah kiri yang
terjadi secara tiba-tiba, saat istirahat terutama setelah bangun pagi, tidak ada gejala sakit
kepala, tidak ada kejang, serta tidak ada riwayat diabetis dan gangguan katup jantung,
keluhan kelemahan pada anggota gerak disebut juga parese. Tubuh manusia dapat melkukan
gerakan dan kordinasi melalui susunan neuromuscular, yang pengaturannya terdapat pada
otak, otak dibagi menjadi dua bagian oleh longitudinal fisura yaitu menjadi hemisfer dextra
dan sinistra, dimana hemisfer dextra berkaitan dengan kecerdasan sedangkan hemisfer
sinistra berkaitan dengan kretivitas mereka berhubungan secara kontralateral, selain itu otak
manusia juga dibagi menjadi empat lobus besar yaitu
1. Lobus frontalis yang memiliki fungsi :
1. motoric berdasarkan area broadman (4,6) tepatnya pada gyrus presentralis
korteks cerebri
2. pengaturan sikap area broadman (9,10,11,12)
3. bicara area broadman (44,45) area broca
2. Lobus parietalis yang memiliki fungsi :
1. Sensoris area broadman (1,2,3)
2. Bahasa area brioadman (29,30)
3. Lobus temporal memiliki fungsi yaitu :
1. Pendengaran area broadman (41,42) wernicke
2. memori
4. lobus oksipital yang memiliki fungsi :
1. penglihatan : area broadman (17,18,19)
a. Klasifikasi Stroke
Banyak aspek yang dipertimbangkan dalam menetapkan pembagian stroke.
Berdasarkan kausanya, stroke terbagi dua yaitu hemoragik dan iskemik:4-7
1. Jenis perdarahan (stroke hemoragik)
Disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subaraknoid.
Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi karena
berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol
otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh
darah otak tersebut. Perdarahan subaraknoid dapat disebabkan pecahnya aneurisma
kongenital pembuluh darah arteri otak di ruang subaraknoidal.
2. Jenis oklusif (stroke iskemik)
Dapat terjadi karena emboli yang lepas dari sumbernya, biasanya berasal dari jantung
atau pembuluh arteri otak baik intrakranial maupun ekstrakranial atau
trombotik/arteriosklerotik fokal pada pembuluh arteri otak yang berangsur-angsur
menyempit dan akhirnya tersumbat.
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel di bawah ini.
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering
ditemukan adalah kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing,
penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh.
Beberapa minggu SMRS pasien mengeluhkan kesemutan yang dalam bahasa medis
disebut dengan paresthesia merupakan gangguan pada saraf sensorik yg dapat disebababkan
oleh tertekuk, metabolic seperti diabetes mellitus,gangguan pembuluh darah seperti
atherosclerotic, defisiensi B12 mengindikasikan terdapat gangguan .
DEFINISI
Parestesia adalah sensasi abnormal berupa kesemutan, tertusuk, atau terbakar pada
kulit yang umumnya dirasakan di tangan, kaki, lengan, dan tungkai. Parestesia dapat bersifat
sementara atau kronik.3
GEJALA KLINIK
Sensasi pada parestesia dideskipsikan penderita dalam berbagai istilah, antara lain
kesemutan, mati rasa, gatal, tertusul, dan terbakar. Parestesia paling sering terjadi pada
anggota gerak, namun dapat terjadi di bagian tubuh mana pun. Parestesia sementara akan
hilang dalam waktu singkat, sedangkan parestesia kronik umumnya disebabkan gangguan
tertentu sehingga disertai gejala lain yang berkaitan dengan penyakit penyebab. Parestesia
dapat disertai atau tidak disertai nyeri, tergantung dari penyakit penyebab. Parestesia yang
tidak hilang dalam beberapa menit memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.3
PENYEBAB
Parestesia sementara pada kaki atau tangan dapat disebabkan oleh napas yang terlalu
cepat, serangan panik, atau tekanan yang lama. Tekanan pada kaki atau tangan (misalnya
legan tertekan saat tertidur di meja atau kaki tertekan saat duduk bersila) menyebabkan
persarafan tertekan sehingga mengganggu fungsi saraf dan menimbulkan sensasi kesemutan
atau tertusuk. Parestesia sementara hilang dengan cepat jika penyebab teratasi.
Parestesia kronik umumnya adalah suatu gejala dari penyakit tertentu yang menyebabkan
kerusakan saraf. Beberapa penyebab parestesia kronik antara lain:
1. Gangguan persarafan: berupa stroke, tumor otak, radang otak, penjepitan saraf, radang
pada saraf, dan kerusakan saraf (neuropati);
2. Gangguan tulang: misalnya patah tulang atau penggunaan bidai / balut yang terlalu
kencang;
3. Gangguan pembuluh darah: berupa penyumbatan pembuluh darah oleh plak
kolesterol;
4. Gangguan metabolik: berupa defisiensi vitamin B, kurang gizi, diabetes, lupus,
hipotiroid, hipoglikemia, hiperkalemia, hiperglikemia, dan dehidrasi;
5. Gangguan sendi: berupa artritis rematik atau rematik pada penyakit psoriasis;
6. Obat dan zat – zat: berupa obat kemoterapi, obat anti-kejang, serta keracunan merkuri,
pestisida, radiasi, nitrat, narkotika, dan logam berat;
7. Penyakit infeksi: seperti rabies dan herpes zoster
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Klinis : kelemahan angora gerak sebelah kiri, bicara pelo, wajah merot
2. Topis : Korteks hemisphere serebri dextra
3. Etiologi : Vascular :
a. Stroke hemoragic
b. Stroke Infark
Tumor : Tumor Intracranial
OBJEKTIF (dilakukan pada tanggal anamnesis 08 Juli 2016 pukul 15.00 WIB)
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis GCS = E4M6V5= 15
c. TD : 170/110 mmHg
d. Nadi : 75 x/menit, Reguller
e. Pernapasan : 20 x/menit, Reguller, tipe Torako abdominal
f. Suhu : 36,4oC
g. BB : 85 Kg
h. TB : 170 cm
i. BMI : 29.4
Depan Belakang
o. Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, hepar & lien tidak teraba
p. Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
q. Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-)
2. Status psikikus
a. Cara berpikir : Wajar, sesuai umur
b. Perasaan hati : Mudah sedih
c. Tingkah laku : Wajar, pasien sadar
d. Ingatan : Baik, amnesia (-)
e. Kecerdasan : Baik, sesuai tingkat pendidikan
3. Status neurologikus
a. Kepala
i. Bentuk : normosefali
ii. Nyeri tekan : negatif
iii. Simetris : simetris
iv. Pulsasi : positif
b. Leher
i. Sikap : Simetris
ii. Pergerakan : Bebas
iii. Kaku kuduk : negatif
ix. N.IX
Perasaan lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Refleks Muntah Baik
Arcus pharynx Baik
Tersedak -
Sengau -
x. N.X
Arcus pharynx Simteris
Menelan Baik
Bicara Pelo
Denyut Nadi 75x/ menit
c. Refleks
Refleks kulit perut atas : Tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah : Tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah : Tidak dilakukan
Refleks kremaster : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Motorik
B T 5 1 N N Eu Eu
G B T K 5 3 Tn N N Tr Eu Eu
RF + + RP – – Cl
5. Gerakan-gerakan abnormal
a. Tremor : (-)
b. Miokloni : (-)
c. Khorea : (-)
6. Rangsang Meningeal
a) Kaku Kuduk : (-)
b) Brudzinski I : (-)
c) Brudzinski II : (-/-)
d) Laseque Sign : (-/-)
e) Kernig Sign : (-/-)
7. SISTEM OTONOM
a. Miksi : Dalam Batas Normal
b. Defekasi : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
5 Mei 2018
DARAH LENGKAP
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lekosit 8.7 3,8 – 10,6
Eritrosit 4.35 4,4 – 5,9
Hemoglobin 12.0 13,2 – 17,3
Hematokrit 40.9 40 – 52
MCV 84,00 80 – 100
MCH 28,90 26 – 34
MCHC 34,20 32 – 36
Trombosit 246000 150 – 440
DIFF
Basofil : 0%
Eosinofil : 2%
Netrophile stab : 3%
Neutrophil segmen :50%
Limfosit : 40%
Monosit : 5%
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga normal
GDP 117 Mg/dL 82-115
SGOT 27 U/L 0 – 35
SGPT 32 U/L 0 – 35
Ureum 53.1 Mg/dL 10,00 – 50,00
Kreatinin 1.36 Mg/dL 0,70 – 1,10
Kalium 4.7 Mmol/L 3,5 – 5,0
Natrium 140 Mmol/L 135 – 145
Chlorida 100 Mmol/L 95 – 105
HDL direct 28 Mg/dL 28-63
Trigliserid 176 Mg/dL 70-140
LDL cholesterol 151.8 Mg/dL <150
Cholesterol 241 Mg/dL <200 danjurkan
200-239resiko
sedang>=240
resiko tinggi
Asam Urat 6.80 Mg/dL 2-7
Kesan :
Infark di crus anterior dan posterior capsula interna kanan dan corona radiate kanan.
Waterhed infark lobus parietoocipital kanan
Suspect petechial hemorrhage globus palidus kiri. DD/ Kalsifikasi
Fokal atrofi cerebri
I. RESUME
Objektif :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5),
Tekanan darah : 1170/110mmHg, Nadi : 75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,4 oC,
Pupil : Isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+. Pada Pemeriksaan saraf cranial paresis
sinistra, N VII paresis sinistra UMN, N XII paresis sinistra UMN. Kekuatan motorik
ekxtremitas atas (5/1), ekstremitas bawah (5/1), atrofi (-), tonus otot normal. Refleks
fisiologis (+) dan refleks patologis (-) pada semua ekstremitas.
DISKUSI II
Pada kasus ini pasien laki-laki usia 75 Tahun didiagnosa dengan stroke infark dd/
thrombus, emboli, dengan sindroma arteri cerebri media, disertai dengan hipertensi grade II,
dyslipidemia, serta anemia normokrom berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan
baik secara alloanamnesis maupun secara autoanamnesa yang kemudian di konfirmasi
dengan pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Stroke Infark
Definisi
Stroke infark merupakan gangguan vaskuler yang terjadi secara mendadak yang dapat
disebabkan oleh thrombus atau emboli.
c. Etiologi Stroke Iskemik
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju ke otak akan menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.4-7
1. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis akan tetapi dapat juga
di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal dari
“plaque atherosclerotic” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada
intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan
pada katup mitralis
Fibrilasi atrium
Infarksio kordis akut
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endokardial, jantung
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :
Emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
Embolisasi lemak dan udara atau gas
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya terjadi
pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle cell, defisiensi
protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang
berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri
serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contoh: trauma, diseksi aorta
torasik, arteritis).4-7
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive,
Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai.
F = Face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke
bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar.
S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau
dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal
tidak nyambung.
E. Patofisiologi
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :8-10
1. Stroke trombotik/ateriosklerotik fokal
Jenis stroke ini terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu arteri
yang memasok darah ke otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya
tersumbat. Bekuan biasanya terbentuk di kawasan yang rusak oleh aterosklerosis yaitu
penyakit di mana arteri tersumbat oleh timbunan lemak (plak). Proses ini dapat terjadi
dalam satu dari dua arteri karotis leher yang membawa darah ke otak, serta di arteri lain
dari leher atau otak. Trombosis (penyakit trombo-oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit
kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteri
besar. Bagian intima arteri sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel – sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan
tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko
dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat
yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan
membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu
akan tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke embolik
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah
yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak
dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian-
bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria
sereberi media, terutama bagian atas.
3. Hipoperfusi sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Penurunan Kesadaran
Nyeri Kepala
Refleks Babinski
Ketiganya atau 2 dari ya Stroke perdarahan
ketiganya ada (+) intraserebral
Tidak
Penurunan kesadaran (+) ya Stroke perdarahan
Nyeri kepala (-) intraserebral
Refleks babinski (-)
Tidak
Penurunan kesadaran (-) ya Stroke iskemik akut
Nyeri kepala (-) atau stroke infark
Refleks Babinski (+)
tidak
Penurunan kesadaran (-) ya Stroke iskemik akut
b. Tabel 6. Nyeri kepala (-) atau stroke infark
Refleks Babinski (-)
Penetapan jenis
stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score.3
No. Gejala / Tanda Penilaian Indeks Skor
1. Kesadaran (0) Kompos mentis
(1) Mengantuk X 2,5 +
(2) Semi koma / koma
2. Muntah (0) Tidak X2 +
(1) Ya
3. Nyeri kepala (0) Tidak X2 +
(1) Ya
4. Tekanan darah Diastolik X 10% +
5. Ateroma
a. DM (0) Tidak X (-3) -
b. Angina pectoris (1) Ya
c. Klaudikasio
intermiten
6. Konstanta -12 -12
Namun demikian walupun pada pasien ini memiliki gejala subjektif yang sesuai
dengan gejala stroke yang telah disebutkan dalam literature namun kita belum dapat begitu
saja menegakan diagnosis bahwa pasien tersebut mengalami stroke, dibutuhkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakan diagnose stroke
yang mana diagnosis stroke pun menurut literatur tebagi menjadi dua jenis ada stroke
hemoragic dan stroke infark, gold standard dalam pengakan diagnose stroke adalah Haed Ct-
Scan sehingga dokter spesialis saraf disini akan melakukan inform consent untuk
dilakukannya head Ct Scan .
a. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995).
1. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan
berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer
yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut,
kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi
tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
b. Dislipdemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol
HDL (Sunita, 2004).
c. Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
Kriteria Anemia Kriteria Anemia menurut WHO
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
2. Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
3. Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
d. BMI
Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan
atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan
“indeks”, BMI sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). 8 Interpretasi
BMI tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan
perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. Berbeda dengan orang dewasa,
BMI pada anak berubah sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan
berat badan.8
Rumus BMI = berat badan (kg)/ tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Table BMI.
selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dari mulai dari vital sign sampai dengan
Head to Toe pada vital sign yang didapatkan berupa tekanan darah pasien yang
meningkat yaitu 170/110 mmHg dimana pada kondisi ini dinamakan hipertensi grade II
menurut literature JNC 7 dan sesuai dengan pernyataan pasien dimana pada anamnesa
pasien mengaku memiliki riwayat darah tingggi yang tidak terkontrol, dalam literature
juga disebutkan hipertensi merupakan factor resiko yang dapat di modikasi terhadap
terjadinya stroke, selain itu pada pasien ini juga didapatkan nilai BMI yang masuk dalam
kriteria Overweight dimana Overweeight termasuk dalam klasifikasi factor resiko stroke
yang dapat di modifikasi, dari hasil pemeriksaan fisik dari kepala tidak didapatkan
kelainan namun pada pemeriksaan inspeksi abdomen berbentuk cembung yg mendukung
postural overweight namun yang lainnya masih dalam batas normal.
kemudian dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan kimia klinik, di dapatkan
penurunan Hb yaitu 12.0 Mg/Dl, MCV, MCH dalam batas normal dimana dari hasil
tersebut dapat menyimpulkan kesan anemia normositik normokrom dimana telah
disebutkan dalm literature nilai kadar Hb < 13 termasuk dalam klasifikasi anemia, daan
dalam literature juga disebutkan anemia normositik normokrom dapat disebkan akibat
penyakit kronik yang mendukung pada pasien ini yang telah menderita penyakit
hipertensi sejak 15 tahun yg lalu, kemudian di liat nilai leukosit yang normal sehingga
menginterpretasikan tidak terjadinya proses infeksi sehingga dapat melemahkan dugaan
infeksi yang dapat menyebabkan deficit neurlogis seperti mengioensfalitis namun gold
standard untuk pemeriksaan ini adalah pungsi lumbal untuk dapat benar benar
menyingkirkan meningoensefaltis sehingga dapat kita masukan dalam planning
diagnose.
hasil profil lipid dimana profil lipid berperan dalam pembentukan plak ateroskelorosis
yang dapat menyebabkan sumbatan pada aliran darah pada pasien ini didapatkan
peningkatan dari kadar kolestrol total, LDL & HDL, serta trigliserid dimana dalam
literature disebutkan jika terjadi peningkatan kadar kolestrol total, HDL & LDL, serta
trigliserid merupakan trias Dislipidemia . Dislipedemia itu sendiri menurut literature
merupakan factor resiko dari hipertensi yang mana hipertensi juga merupakan factor
resiko terjadinya stroke, hasil pemeriksaan ini mengkonfirmasi pernyataan pasien dalam
anamnesis dimana pasien mengaku pernah sakit kolestrol pada tahun 2000 namun tidak
diobati.
Dari hasil tersebut kuat lebih mengarahkan diagnosis pasien tersebut stroke ditunjang
dengan penilaian hasil score siriraj dengan score -2 yg menginterpretasikan bahwa ini
merupakan jenis stroke infark dan ditunjang juga dengan algoritma gajah mada yang
menginterpretasikan bahawa ini merupakan stroke infark namun untuk menegakan
diagnosis stroke jenis sumbatan atau perdarahan dibutuhkan hasil Head CT-scan yang
dalam literature disebutkan bahwa head CT scan merupakan Gold Standard dari stroke,
setelah itu dilakukan Head CT scan tanpa kontras didapatkan kesan Infark di crus
anterior dan posterior capsula interna kanan dan corona radiate kanan. Waterhed infark
lobus parietoocipital kanan dari hasil tersebut pasien dapat diagnosis akhir stroke infark,
dan tidak didapatkan perdarahan sehingga dapat menyingkirkan deficit neurologi akibat
SAH,EDH,SDH, dan dalam hasil head CT Scan tidak ditemukan masa tumor sehingga
menyingkirkan deficit neurologis akibat tumor.
walaupun sudah dapat ditegakan diagnosis infark stroke namun masih terdapat dd dari
stroke infark yaitu emboli dan thrombus dimana dalam literature juga disebutkan bahwa
stroke infark dapat disebabkan karena thrombus atau emboli untuk mengkonfimasi hal
tersebut perlu dilakukan planning diagnose yaitu pemeriksaan antitrombin III, ACA IgG,
IgM, Rontgen Thoraks, MRI, MRA, MRV atau DSA untuk menentukan jenis sumbatan
yang terjadi namun pemeriksaan tersebut mahal dan tidak semua rumash sakit memiliki
fasilitas tersebut maka tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut.
PLANING
A. Diagnosa :
EKG
Head CT- Scan
B. Terapi :
- Non Medika Mentosa :
IVFD RL 20 Tpm
Fisioterapi rutin
Mobilisasi bertahap
- Medikamentosa :
- Inj. Piracetam 3x3 gr IV
- Inj. Ranitidine 2x1 IV
- Inj. Furosemid 3x1 IV
- Inj. Ceftriakson 2x1 gr IV
- Inj. mecobalamin 1x1 IV
- Inf. Vitamin (Retinol, asam askorbat, piridoksin) 1x1 IV
- Inj. Dexametason 3x1amp iv
- Inj. Citikolin 2x500 IV
- Inj. Manitol 4x125 (tap off)
- Kalium chloride 2x1 PO
- Simvastatin 1x1 PO
- Vitamin B1, B6, B12 2x1 PO
- antiplatelet clopidogrel 1x 75 PO
C. Edukasi :
a. Mengendalikan faktor resiko.
b. Makan obat dan kontrol ke dokter secara teratur.
c. Menjalani fisioterapi secara rutin sesuai jadual.
d. Edukasi keluarga.
D. Monitoring :
a. Keadaan umum
b. GCS
c. Tanda vital
d. Deficit neurologis
e. Pemeriksaan penunjang
VIII. PROGNOSIS
Death : Dubia
Disease : Dubia
Dissability : Dubia
Discomfort : Dubia
Dissatisfaction : Dubia
Distutition : Dubia
DISKUSI III
PENATALAKSANAAN PASIEN STROKE
1. Terapi umum
a) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
Pada pasien hipoksia saturasi O2 < 95%, diberi suplai oksigen
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
b) Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama
Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi
Prognosis
1. Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan
2. Semakin rendah nilai GCS maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya
tinggi
3. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk, dan adanya darah
di dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi
4. Adanya darah di dalam ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat
(Nassisi, 2009). Hal ini mungkin diakibatkan oleh obstructive hydrocephalus atau
efek massa langsung dari darah ventrikular pada struktur periventrikular, yang mana
berhubungan dengan hipoperfusi global korteks yang didasarinya. Darah ventrikular
juga mengganggu fungsi normal dari CSF dengan mengakibatkan asidosis laktat
lokal.
5. Prognosis ad vitam tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul, sementara
prognosis ad functionam dapat dinilai dengan parameter Activity Daily Living
(Barthel Index) dan NIH Stroke Scale (NIHSS). Risiko kecacatan dan ketergantungan
fisik/kognitif setelah 1 tahun adalah 20 – 30%.
FOLLOW UP
06 Mei 2018 07 Mei 2018 08 Mei 2018
S Os merasa tangan kirinya Os masih mengeluh tangan Os masih merasa tangan
sulit digerakkan, kaki kirinya sulit digerakkan, kirinya sulit digerakkan,
kirinya lemas, bicara kaki kiri masih lemas, kaki kirinya masih lemas,
masih sulit (pelo) dan bicara juga masih sulit bicara juga masih sulit
tidak jelas. (pelo). (pelo).
O KU : TSS, Kes : CM KU : TSS, Kes : CM KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5) GCS = 15 (E4M6V5) GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 70x/mnt S : 36,5o C, N: 64x/mnt S : 36,5o C, N: 48x/mnt
RR: 20x/mnt RR: 20x/mnt RR: 20x/mnt
TD : 241/116 mmHg TD : 170/110 mmHg TD : 170/110mmHg
Pupil:Isokor, Pupil:Isokor, Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+ RCL +/+, RCTL +/+ RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Motorik : Motorik :
5555 1111 5555 1111 Motorik :
5555 3333 5555 3333 5555 1111
5555 3333
RF: RP : RF: RP :
++ ++ - - ++ ++ - - RF: RP :
++ ++ - - ++ ++ - - ++ ++ - -
++ ++ - -
N.Kranialis : N.Kranialis :
N.VII – paresis kiri central N.VII – paresis kiri central N.Kranialis :
N.XII – Deviasi ke kiri N.XII – Deviasi ke kiri N.VII – paresis kiri central
N.XII – Deviasi ke kiri
A Stroke infark hari-1 Stroke infark hari ke-2 Stroke infark hari ke-3
P Pasien dari IGD pindah Inf. RL 20 tpm Inf. RL 20 tpm
dirawat di bangsal Inj. Furosemide 1 amp Inj. Brainact 2x500
Inf. RL 20 tpm (ext) Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Furosemide 1 amp Inj. Piracetam 3x3gr Inj. Ranitidine 2x1
(ext) Inj. Citikolin 2x500mg Inj. Piracetam 3x3gr
Inj. Piracetam 3x3gr Inj. Mecobalamin 1x500 Inj. Kalmeco 1x1
Inj. Citikolin 2x500mg mg Inj. Mannitol 4x125 (tap
Inj. Mecobalamin 1x500 Inj. Ranitidin2x 500 mg off)
mg Candesartan 1x8mg/ 0-0-1 Inj. Furosemide 3X1
Inj. Ranitidin2x 500 mg KSR 2x1
Candesartan 1x8mg/ 0-0-1 Simvastatin 1x1Simvastatin
Lapor dr. Setiawan, S.pS 1x1
Planning : Head CT scan
tanpa kontras
12 Mei 2018
S TAK
O KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 130/90mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Motorik :
5555 4444
5555 4444
RF: RP :
++ ++ - -
++ ++ - -
N.Kranialis :
N.VII – paresis kiri central
N.XII – Deviasi ke kiri
A Stroke infark hari-7
P Inf. RL 20 tpm
Inj. Citikolin 2x500
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Piracetam 3x3gr
Inj. Mecobalamin 1x1
Inj. Mannitol 3x125 (tap
off)
Inj. Furosemide 3X1
Kalium klorida 2x1
Simvastatin 1x1
Inj. Dexametason 3x1 amp
inj. Multivitamin 1x1 amp
Vitamin B6,B12 2x1
Antiplatelet Clopidogrel
1x75
Pasien BLPL, Kontrol poli
saraf tanggal 18 Juli 2016
Daftar pustaka
1. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat.
Dalam: Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi
4. EGC, Jakarta. 2005;371–438.
2. Sutrisno, Alfred. Stroke. You Must Know Before you Get It. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta; 2007.hal.1-13. (5)
3. Feigin, Valery. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. PT.
Bhuana Ilmu Populer: Jakarta; 2006
4. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
5. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf: Neurologi
Klinis Dasar. Cetakan ke-14. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2009;267–292.
6. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Ed II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;18–34.
7. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
8. Sidiarto L, kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran no.34. Afasia sebagai
gangguan komunikasi pada kelainan otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
9. Price SA, Wilson LM. Bagian IX : Penyakit Neurologi, Pemeriksaan Neurologis,
Evaluasi Penderita Neurologis. Patofisologi : Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.1995.
10. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologis : Anatomi, Fisiologis, Tanda,Gejala Edisi IV.
Penerbit Buku kedokteran EGC,Jakarta. 2010.
11. Lumbantobing SM. Neurologi Klinis. Pemeriksaan Fisik dan Mental. Bab XI :
Berbahasa. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.