Disusun Oleh:
Irwan Alpian 031032010009
Savira Felicia 031.191.077
Fairuz Syafa Zahira 031032010043
Pembimbing:
dr. Budi, Sp.S
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Penyakit
Neurologi RS TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta
27 Juni – 29 Juli 2022
Disusun oleh:
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Yudhisman Imran, Sp.S selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Neurologi RS TNI AL D.r
Mintohardjo Jakarta
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Bell’s Palsy” dengan baik dan tepat
waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu
Penyakit Neurologi di RS TNI AL D.r Mintohardjo periode 27 Juni 2022 – 29 Juli 2022.
Dalam menyelesaikan laporan kasus, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Budi, Sp.S selaku pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu
Penyakit Neurologi di RS TNI AL D.r Mintohardjo.
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RS TNI AL Dr Mintohardjo.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RS TNI AL D.r Mintohardjo.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar
laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga pembuatan laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya
untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang
baik. Low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek sehari-hari,
dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung, paling kurang
sekali semasa hidupnya.1
Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk dapat mengetahui
penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat
kanker, penggunaan steroid yang lama, dan lain-lain. Di Indonesia, nyeri punggung bawah
merupakan masalah kesehatan yang nyata dan merupakan penyakit nomor dua setelah
influenza. Kira-kira 80% penduduk Indonesia pernah sekali merasakan nyeri punggung
bawah. Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang dilakukan
kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri
sebanyak 4456 (25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan
penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah.2
Etiologi low back pain dapat bervariasi dari yang paling ringan (misalnya kelelahan
otot) sampai yang paling berat (misalnya tumor ganas) tetapi sebagian besar low back pain
pada masyarakat adalah akibat adanya faktor mekanik hal ini terjadi karena kekakuan dan
spasme otot punggung akibat aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh.
Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteomielitis, osteoporosis,
sclerosis, rematik dan lain-lain.3
Dari aspek rehabilitasi medik, LBP menyebabkan nyeri pada tulang belakang
(impairment), keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (disabilitas), dan
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial (handicap). Sehingga
diperlukan penanganan dari segi rehabilitasi medik dengan tujuan yaitu agar penderita dapat
kembali kepada kondisi semula atau mendekati keadaan sebelum sakit, menghindari
semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder, mengusahakan sedapat mungkin penderita
cepat kembali ke pekerjaan semula atau pekerjaan baru, serta psikologi penderita menjadi
lebih baik.4
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. K
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Karet Pasar Baru BRT VII, Jakarta Pusar
Nomor RM : 250***
Tanggal MRS : 04/07/2022
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan nyeri kaki kiri disertai kebas,
laseque (+).
RPS
Pasien, Ny. K, berusia 55 tahun datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan nyeri
kaki kiri disertai kebas sejak 2 minggu SMRS dan memberat. Satu minggu sebelumnya,
pasien sudah sempat ke IGD RSAL dengan keluhan sesak dan nyeri pada kaki, diberikan obat
kemudian dipulangkan. Dikatakan petugas kesehatan IGD apabila 1 minggu kemudian masih
ada keluhan yang sama, pasien diminta segera kembali ke IGD. Sejak 2 minggu SMRS,
pasien mengatakan tidak dapat berjalan dan nyeri dari bagian punggung bawah kiri menjalar
hingga tungkai bagian bawah, gerak dan beraktivitas sangat terbatas Tidak terdapat adanya
keluhan mual, muntah, nyeri kepala, pandangan ganda, telinga berdenging. Demam, trauma
kepala, penurunan berat badan disangkal. Terdapat tambahan keluhan lutut kiri nyeri hanya
saat bangun tidur hingga pasien sulit berjalan.
RPD
- Diabetes Mellitus terkontrol
- Riwayat hipertensi terkontrol
RPK
Terdapat riwayat hipertensi dan diabetes dalam keluarga.
Riwayat Alergi
Tidak terdapat riwayat alergi terhadap obat dan makanan.
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi alkohol disangkal
- Riwayat merokok disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
GCS : E4V5M6 = 15 compos mentis
Tanda Vital:
- Tekanan darah : 161/97 mmHg
- Nadi : 79 x/menit
- Suhu : 37 C
- Pernapasan : 20 x/menit
- Saturasi : 99%
Status Generalis
Thorax Paru:
Inspeksi : gerak dinding dada simetris.
Palpasi : vocal fremitus dalam batas normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
Whezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : iktus cordis teraba ICS 5 sinistra mid clavicula.
Perkusi : batas jantung DBN.
Auskultasi : S1,S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
Status neurologis
Pemeriksaan N. Cranialis
- N I (N. Olfactorius)
Fungsi Menghidu baik
- N II (N. Opticus)
Lapang pandang penglihatan normal kanan dan kiri, RCL (+/+), RCTL (+/+)
- N II, IV, VI (N. Oculomotorius, N. Trochlearis, N. Abdusen)
Kelopak mata: ptosis (-/-), endolftalmus (-/-), eksolftalmus (-/-) Pupil: bulat, isokor,
tepat berada ditengah
Gerakan bola mata tidak ada hambatan ke segala arah
- N. V (N. Trigeminus)
Sensorik : sensibilitas wajah (+/+)
Motorik : gerakan mengunyah (+)
- N. VII (N. Fasialis)
Mengangkat alis (+/+)
Menutup dan membuka mata (+/+)
Lipatan nasolabial (nasolabial fold) (+/+)
- N. VII (N. Vestibulocochlearis)
Tidak dilakukan
- N. IX, X (N. Glossopharingeus, N. Vagus )
Posisi uvula berada ditengah
Refleks menelan baik
- N. XI (N. Accesorius)
Mengangkat bahu (+/+), menoleh ke kiri dan ke kanan (+/+)
- N. XII (N. Hipoglossus)
Kedudukan lidah simetris saat dijulurkan dan istirahat
c. Tes provokasi
Tes Dextra Sinistra
Valsava test -
Kernig test - +
Laseque test - +
Patrick - +
Kontra patrick - +
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 3 juni 2022
Hematologi
Darah lengkap
Hematokrit 29 % 37- 42
Hitung jenis
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 0% 0-3
Neutrofil 80 % 50-70
Limfosit 15 % 20-40
Monosit 5% 2-8
Kimia klinik
Elektrolit
Kimia klinik
Pemeriksaan EKG
Tanggal 3 juli 2022
Kesan: Sinus rithme, HR 88x/menit
Pemeriksaan Radiologi
DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Low Back Pain
2. Diagnosis Topis : Vertebra L5-S1
3. Diagnosis Etiologis : LBP suspect HNP lumbalis
4. Diagnosis Tambahan : Hipertensi grade II, Diabetes melitus tipe 2
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Fisioterapi
2. Korset Lumbo Sacral Orthose
3. Pelatihan cara duduk dan aktivitas
Medikamentosa
1. Paracetamol 3x500mg p.o
2. Diazepam 3x2mg p.o
3. Alpentin 3x100mg p.o
PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
Follow Up
Low Back Pain (LBP) merupakan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan yang
terlokalisir di antara batas iga bagian bawah dan lipatan gluteus inferior, dengan atau tanpa
penjalaran ke paha dan/atau tungkai (sciatica). LBP dapat terjadi dengan/tanpa nyeri radikular
atau nyeri alih yang menandakan kerusakan jaringan organ lain. Pada prinsipnya, LBP
disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf dan non-saraf yang sangat dipengaruhi oleh aspek
psikologis.5
Pasien ini merupakan pasien yang berjenis kelamin wanita dengan usia 55 tahun.
Prevalensi LBP cukup bervariasi, dengan hasil studi di negara-negara berkembang
menunjukkan prevalensi pertahun sekitar 22-65%. Data Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI
menyatakan sebesar 18,37% dari keseluruhan pasien nyeri adalah LBP. Data epidemiologi
lain memperkirakan sekitar 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung, dengan prevalensi 18,2% pada laki-laki dan 13,6% pada
perempuan.5 Nyeri punggung bawah pada pekerja umumnya dimulai pada usia dewasa muda
dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 45-65 tahun dengan sedikit perbedaan
berdasarkan jenis kelamin.6
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya LBP, yaitu usia, pekerjaan dan aktivitas
fisik, indeks massa tubuh, dan kebiasaan merokok. Pasien ini berusia 55 tahun, di mana
wanita yang berusia di atas 60 tahun mempunyai risiko low back pain yang lebih besar
karena cenderung terjadinya osteoporosis.7 Pasien juga memiliki status gizi obesitas dan
menurut kepustakaan, individu yang mempunyai berat badan berlebih beresiko mengalami
nyeri pinggang bawah lebih besar karena sendi penumpu berat badan akan meningkat
sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang bawah. Tinggi badan berkaitan
dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior
untuk mengangkat beban tubuh. Obesitas merupakan faktor independen dari perkembangan
nyeri pinggang dan disabilitas yang disebabkan oleh nyeri.8
Pasien mengatakan kesehariannya adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan fisik
yang berat, terutama yang memberikan tekanan besar pada tulang belakang. Pekerjaan yang
berhubungan dengan posisi statis yang berkepanjangan, seperti duduk atau berdiri dalam
waktu lama. Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau
memutar tubuh secara berulang-ulang merupakan faktor risiko LBP.7 Beberapa aktivitas berat
seperti bekerja dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari dan melakukan aktivitas
dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari dapat pula meningkatkan
risiko timbulnya nyeri pinggang. Perokok lebih beresiko mengalami LBP, hal ini disebabkan
penurunan pasokan oksigen dan berkurangnya oksigen darah. Kebiasaan merokok dapat
menyebabkan nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami
gangguan pada peredaran darah, termasuk ke tulang belakang. Kebiasaan minum alkohol,
kopi dan rokok dihubungkan dengan kejadian osteoporotik. 7 Hal ini tidak menjadi suatu
faktor risiko pada pasien karena kebiasaan merokok disangkal oleh pasien.
Pada saat dilakukan anamnesis, pasien LBP datang biasanya dengan keluhan utama
nyeri. Selain nyeri, keluhan lain yang dapat timbul adalah rasa kaku, pegal, kesulitan
bergerak, atau perubahan bentuk punggung (deformitas). Keluhan utama nyeri pada LBP
harus dieksplorasi karakteristiknya lebih lanjut, antara lain jenis dan lokasi, durasi
(menetap/intermiten), intensitas (ringan/sedang/berat), hubungan temporal (akut/kronik), dan
faktor yang memperberat atau meringankan nyeri. Dapat ditanyakan juga mengenai pemicu
terjadinya LBP, seperti membungkuk (bending), memutar (twisting), mengangkat beban
(lifting), atau bahkan hanya dengan bangun dari kondisi berbaring. 5 Hal ini sama seperti apa
yang dikeluhkan oleh pasien, yaitu pasien datang dengan keluhan utama nyeri di bagian
punggung bawah yang menjalar ke tungkai kiri bawah. Penjalaran nyeri tersebut membuat
pasien sulit untuk menggerakan kaki kirinya.
Beberapa pemeriksaan fisik dapat dilakukan pada pasien LBP yang dilakukan pada
bagian punggung, seperti pemeriksaan stiffness test, kekakuan dan nyeri ketok, nyeri tekan
otot, nyeri gluteus maksimus, adanya deformitas atau gibus, straight leg raise test,
pemeriksaan motorik ekstremitas bawah, tes refleks fisiologis patella dan achilles, serta
pemeriksaan sensorik ekstremitas bawah. Pemeriksaan straight leg raise test dilakukan dalam
posisi terlentang, kedua tungkai diangkat, dengan kedua lutut dalam posisi ekstensi. Hasil tes
yang positif ditandai jika terdapat nyeri yang menjalar ke bawah lutut, yang menunjukkan
sumber nyeri berasal dari radiks atau saraf spinal L4-S1. Selain itu, reverse straight leg raise
test dikerjakan dalam posisi pasien tengkurap, dilakukan ekstensi panggul dan fleksi lutut
Hasil positif ditandai dengan nyeri yang menjalar ke anterior paha bawah, yang menunjukkan
keterlibatan radiks atau saraf spinal L3.5 Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien ini
adalah nyeri tekan pada bagian punggung bawah terutama di bagian kiri, nyeri ketok (+),
dengan tes refleks fisiologis dan patologis dalam batas yang normal, serta pemeriksaan
straight leg raise test yang positif.
Pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosis kasus LBP biasanya tidak
spesifik. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan
tumor spinal. Pemeriksaan sinar X, magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized
tomography scan (CT-Scan), dual energy x-ray absorbtiometry (DEXA) atau myelography
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi. Namun, pemeriksaan ini tidak menunjukkan adanya
korelasi dengan gejala LBP pada pasien, kecuali pada kondisi tertentu seperti gangguan pada
diskus, kelainan pada tulang belakang, maupun adanya keganasan.8 Jika dicurigai adanya
kondisi serius yang mendasari LBP, maka MRI merupakan modalitas terpilih untuk sebagian
besar kasus. CT scan merupakan alternatif jika terdapat kontraindikasi atau tidak tersedia
fasilitas MRI. Hasil MRI atau CT scan harus disesuaikan dengan klinis pasien, mengingat
kemungkinan hasil tersebut positif palsu yang semakin sering sesuai dengan meningkatnya
usia.5 Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan MRI lumbosacral polos, akan tetapi hasil
radiologi masih belum ada. Maka diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan klinis yang
ditemukan.
Tujuan utama dari penatalaksanaan kasus LBP adalah untuk menghilangkan nyeri,
mempertahankan dan meningkatkan mobilitas, menghambat progresivitas penyakit, dan
mengurangi kecacatan. Terapi konservatif meliputi tirah baring disertai obat analgetik dan
obat pelemas otot. Terapi non-medikamentosa berupa fisioterapi, diatermi/kompres
panas/dingin, korset lumbal maupun traksi pelvis. Pada pasien ini telah dilakukan tirah
baring, obat analgetik seperti paracetamol, alpentin, dan tramadol, serta obat pelemas otot
seperti diazepam. Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktivitas biasa. Pasien harus tidur di atas kasur yang keras, berlapis papan di
bawahnya supaya kasur tidak melengkung selama beberapa minggu sampai 3 bulan.8
BAB IV
KESIMPULAN
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal, nyeri radikuler, maupun keduanya. Diagnosis
klinis LBP meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta
pemeriksaan penunjang. Pengobatan akan dilakukan berdasarkan indikasi penyebabnya.
Selain penggunaan obat-obatan seperti obat penghilang rasa nyeri, obat anti inflamasi non
steroid, dan obat-obatan pelemas otot, fisioterapi dengan berbagai modalitasnya sangat
berperan untuk mengatasi nyeri pinggang bawah. Kejadian timbulnya LBP pada pekerja erat
hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu diperlukan tindakan yang
tepat untuk pencegahan yang meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon, R. 2012. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: profil Klinis Pasien Nyeri Punggung
Bawah Akibat Hernia Nukleus Pulposus. CDK-198/ vol. 39 no. 10
2. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C.2010.Rehabilitation of lumbar
spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt; 2010. p.186
3. Yuliana,2011. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: Low Back Pain. CDK 185/Vol.38
no.4/Mei-Juni 2011
4. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
5. Aninditha T. Low Back Pain. In Buku ajar Neurologi 2017. Departemen Neurologi FKUI-
RSCM.
6. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta, Indonesia. 2013.
7. Helmi, ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2012
8. Emril DR. How to diagnose low back pain properly dalam nyeri punggung bawah.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2011. h.17-41.