Anda di halaman 1dari 5

POTENSI SUMBER DAYA ALAM GUNUNG

TAMBORA
Gunung Tambora adalah gunung tipe strata vulkanik yang semula memiliki ketinggian 4.200
meter (13.000 ft) diatas permukaan laut (mdpl), akibat letusan tahun 1815 ketinggiannya berubah
menjadi 2.851 meter dpl (9.350 ft). Sisa letusan membentuk mangkuk kaldera yang sangat besar
(terbesar di indonesia). Diameter kawah mencapai 7 kilometer (4 mil), serta panjang keliling 16
kilometer, dengan kedalamannya sekitar 950 meter. Letusan itu mengakibatkan debu
membumbung tinggi menutupi stratosfir dan mempengaruhi cuaca di bumi secara global. Sinar
matahari ke bumi terhambat oleh debu. Kawasan konservasi Gunung Tambora yang ditunjuk
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 418/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999
memiliki luas 71.64,74 Ha. Saat ini kawasan konservasi tersebut terdiri atas tiga fungsi yaitu
Cagar Alam seluas 23.840,81 Ha, Suaka Margasatwa seluas 21.674,68 Ha dan Taman Buru
seluas 26.130,25 Ha. Kondisi bentang lahan yang sangat luas yang merupakan gunung api aktif
memiliki keterwakilan ekosistem yang cukup lengkap mulai dari hutan dataran rendah sampai
hutan dataran tinggi.

Secara geografis kelompok hutan gunung tambora terletak diantara 117 0 47’ 00” sd 1180  17’
00” BT dan 08007’ 00” LS. Cagar alam, suaka Margasatwa maupun taman buru masuk dalam
wilayah pemerintahan Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Sebelah utara kawasan ini
berbatasan dengan hutan produksi dan areal peruntukan lainnya, sebelah selatan berbatasan
dengan hutan produksi, hutan lindung dan hutan produksi terbatas, sebelah barat berbatasan
dengan areal peruntukan lainnya dan hutan produksi sedangkan sebelah timur berbatasan dengan
hutan produksi.

POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Potensi Tumbuhan
Hasil identifikasi tahun 2013 ditemukan sebanyak 277 spesies dan famili pohon, herba, perdu,
epifit dan liana. Ditemukan juga spesies endemik Elaeocarpus batudulangii  yang merupakan
tumbuhan khas di kawasan Gunung Tambora, selain itu ditemukan juga beberapa jenis tumbuhan
kunci/ penting pembentuk ekosistem klimak di kawasan Gunung Tambora, antara lain : Cemara
gunung (Casuarina junghuniana); Rajumas (Duabanga moluccana); Ganitri (Elaeocarpus
sphaericus); Engelhardtia spicata.

Potensi Satwa
Gunung Tambora degan total luas 71.645,74 Ha memiliki tiga klasifikasi tipe ekosistem hutan
yaitu hutan musim, hutan hujan tropis dan hutan savana merupakan habitat dari berbagai jenis
satwa liar antara lain : (Rusatimor / Cervus timoriensis;  Babi / Sus sp.); klas primata (Kera
Abu/ Macacafasicularis); klas reptil (Biawak biasa / Varanus salvator); Kadal biasa; Kadal
pohon; Ular Phiton / Phiton raticulatus) dan telah teridentifikasi beberapa jenis burung
dilindungi antara lain: Elang Alap (Accipiter sp.); Gosong Kaki Merah(Megapodius reinwardt);
Coracina doherty;  Isap Madu Australia (Lichmera indistincta); Isap Madu Topi Sisik (Lichmera
lombokia); Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea); Koakiau / Cikukua Tanduk
(Philemon buceroides); dan Elang Bondol (Heliatus indus) serta ditemukan dua jenis burung
endemik Nusa Tenggara yaitu Kipasan flores (Rhipidura diluta); dan  Kacamata wallacea
(Zoosterops wallacea).

POTENSI WISATA
Kawasan Gunung Tambora memiliki bentang lahan yang cukup luas, dimana memiliki potensi
wisata alam yang cukup menarik antara lain:

a.      Kaldera
Gunung Tambora merupakan salah satu dari tiga gunung api aktif selain Gunung Rinjani dan
Gunung Sangiang. Gunung Tambora terbentuk awalnya pada 200 juta tahun yang lalu dengan
ketinggian + 1.800 mdpl. Karena adanya aktifitas lava kawah pusat tersebut pada tahun 1815
ketinggian Gunung Tambora mencapai 4.200 mdpl. Kemudian pada bulan April Tahun 1815
terjadi letusan yang sangat dahsyat (parosima) disertai pembentukkkan kaldera, menghasilkan
material berupa jatuhan dan aliran piroklastik dengan volume sekitar + 600 km3 yang menutupi
hampir seluruh gunung api, termasuk tiga kesultanan yaitu kesultanan Tambora, Pekat dan
Sanggar yang terletak di sekitar lereng Gunung Api Tambora.Kaldera dengan garis tengah
mencapai 7 km dengan kedalaman + 950 m. Pada dasar kawahnya telah muncul gunung api baru
yang diberi nama Doro Api Toi yang merupakan pusat kegiatan Gunung Api Tambora saat ini.
Kaldera tersebut saat ini menjadi objek wisata menarik khususnya bagi wisatawan yang senang
berpetualang.
b.      Jungle Tracking
Menjelajah hutan merupakan salah satu bentuk wisata berbasis alam. Kegiatan menjelajah hutan
atau sering dikenal dengan nama jungle tracking dapat dilakukan di kawasan Gunung Tambora.
Kegiatan ini didukung kondisi tutupan vegetasi yang masih cukup rapat dengan kondisi sekitar
jalur penjelajahan yang cukup sejuk dan nyaman. Kegiatan jungle tracking tersebut dapat
dilakukan pada empat pintu pendakian yaitu Piong (Kore), Kawinda Toi, Doroncanga dan
Pancasila. Masing-masing jalur penjelajahan memiliki keunikan, kelebihan dan tantangan
tersendiri yang mampu memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan wisata alam. Sepanjang jalan
pengunjung dapat menikmati keindahan formasi hutan yang masih rapat dan memiliki
keragaman jenis yang tinggi. Pada lokasi tertentu, pengunjung dapat menjumpai pohon dengan
ukuran raksasa menjulang tinggi antara lain jenis kalanggo (Duabanga molucana), Soka
(Ardisia diversifolia), Sambi (Schleichera oleosa), Kelicung/  Huja Api (Diospyros
maritima),  Rida (Alstonia spectabilis), Jambu hutan / Monggo merah (Syzigium
polyanthum), dan jenis tumbuhan lainnya yang mencapai 277 jenis/ spesies. Diketinggian 1.500
mdpl pengunjung akan menemukan komunitas pohon cemara gunung (Casuarina
junghuhniana) pada hamparan yang cukup luas.
c.       Wisata Tirta
Kawasan Gunung Tambora merupakan daerah tangkapan air sehingga pada kawasan tersebut
Tambora terdapat beberapa alur sungai salah satunya adalah sungai Oi Marai yang ada di Desa
Kawinda Toi. Sungai ini memiliki air yang sangat jernih dan dialiri air sepanjang tahun dengan
debit yang cukup besar. Pada aliran sungai ini terdapat 7 buah air terjun dengan ketinggian 5-7
meter yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata yang menarik.
d.      Wisata Minat Khusus
Kondisi kawasan dengan potensi alam yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
objek daya tarik wisata membuat kawasan yang saat ini berstatus sebagai Cagar Alam, Suaka
Margasatwa dan Taman Buru ini memiliki peluang pengembangan pariwisata yang sangat
menjanjikan. Oleh karena itu optimalisasi fungsi pokok kawasan sehingga bisa termanfaatkan
secara maksimal baik dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya khususnya terkait
pengembangan wisata maka kawasan konservasi Gunung Tambora yang saat ini berstatus fungsi
sebagai Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan Taman Buru diubah fungsinya menjadi Taman
Nasional. Potensi daya tarik wisata di kawasan Gunung Tambora cukup beragam termasuk untuk
pengembangan wisata minat khusus seperti panjat tebing, paralayang, off road, hikking dan lain-
lain yang memacu adrenalin pengunjung.

e.        Wisata Ilmiah


Pengembangan wisata ilmiah dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan,
pengenalan jenis tumbuhan dan satwa liar yang ada, pengembangan laboratorium alam,
pengembangan demplot atau kebun koleksi tumbuhan dan lain-lain. Pengembangan wisata ini
sangat memungkinkan karena Gunung Tambora memiliki kondisi alam yang mendukung dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai