PENDAHULUAN
BAB II
Gambar 1. Kurva Kenaikan Muka Airlaut pada 10.000 Tahun yang Lalu pada
Laut China Selatan
Pelatuk
Besi
(Threskiornis
melanocephalus),
Kepodang
saledonicus),
Leptoptilos
Alap
javanicus),
Alap
Putih.
Kowak
Alap
Merah
Alap
(nyeticorax
Tikus
(Elanus
salvator
),
Pecuk
(Phalacrocorax),
Pelung.
Mandar
Blekek
Kembang,
Meliwis
Kembang,
Roko
Roko
(Plegadis
Burung
Burung
Burung
Burung
Burung
beluwok
gajahan
trinil
freget
elang putih
2.4 Upaya Perlindungan dan Pelestarian Flora dan Fauna di Pulau Rambut
Pulau Rambut ditetapkan secara resmi sebagai cagar alam melalui Surat
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 7 tanggal 3 Mei 1937 dengan
luas kawasan sebesar 20 Ha. Dalam perkembangannya, kondisi Cagar Alam Pulau
Rambut terus berubah, mengalami kerusakan pada vegetasi Mangrove yang
disebabkan oleh sampah organik maupun anorganik serta terdapat indikasi
berkurangnya jenis burung dan populasi mamalia jenis Kalong (Pterus vampyrus).
Selanjutnya pada tahun 1999 terjadi perubahan status dari cagar alam menjadi suaka
margasatwa yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 275/KPTS-II/1999 tertanggal 7 Mei 1999 tentang perubahan status Cagar
Alam Pulau Rambut menjadi Suaka Margasatwa Pulau Rambut dengan luas 90 Ha
yang terdiri dari 45 Ha daratan dan 45 Ha perairan.
Upaya perlindungan yang dilakukan BKSDA guna menjaga ekosistem yang ada di
Pulau Rambut yaitu dengan tidak membuka kawasan ini untuk umum, kecuali untuk
penelitian dan pengamatan serta membatasi waktu berkunjung bagi para pengunjung.
Selain itu, Ada juga upaya pengawetan kawasan Suaka Margasatwa yang
dilaksanakan dalam dalam bentuk:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulau Rambut memiliki luas sekitar 90 hektare (ha), yang terdiri atas wilayah
daratan (45 ha) dan wilayah perairan (45 ha). Wilayah perairan, terutama di pantai,
banyak ditumbuhi hutan bakau. Sedangkan dasar perairan banyak ditumbuhi terumbu
karang yang sangat indah. Adapun daratan banyak ditumbuhi pepohonan yang
menjadi habitat burung-burung.
Pulau seluas 90 hektare ini sebelumnya berstatus sebagai kawasan cagar alam.
Status ini melindungi Pulau Rambut dari campur tangan manusia dalam pengelolaan
habitat satwa liar di sana. Kini pulau tersebut diubah statusnya menjadi suaka
margasatwa agar pihak yang terkait dapat melakukan upaya-upaya pelestarian.
Pada puncak musim berkembang-biak antara bulan Januari-Agustus, Pulau
Rambut dihuni tak kurang dari 20.000 ekor burung air. Jenisnya antara lain kuntul
(egretta alba, intermedia, garzetta), cangak (ardea cinerea, purpurea), pecuk
(phalacrocorax sulcirostris, nifer), kowak malam (nycticorax-nycticorax), bangau
(mycteria cinerea) dan ibis (plegadis falcinellus, threskiornis melanocephals).
3.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran kedepannya
agar kita sebagai manusia harus memahami dan membantu upaya pelestarian fauna &
flora yang ada di pulau rambut. Karena , pulau rambut adalah pulau yang menjadi
habitat bagi burung burung laut untuk berkembang biak dan bersarang sehingga kita
harus menjaga ekosistem yang ada di pulau rambut terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
BKSDA.Jakarta.com
Hana, Yuki.2009.Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu.PT Penerbit IP Press
http://www.bakosurtanal.go.id/
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2507/Suaka-Margasatwa-PulauRambut-Kepulauan-Seribu
http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/05/terbentuknya-pulaupulaudiindonesia.html
Park, Robert K., dkk. 1992. Holocene Carbonate Sedimentation, Pulau Seribu,
Java Sea-The Third Dimension. IPA-Carbonate Rock and Reservoir of Indonesia :
A Core Workshop
Wardiyatmoko, Drs. 1994. Geografi. Erlangga : Jakarta.
LAMPIRAN
A. Foto-foto kegiatan
Gambar 3. Peserta sedang melakukan perjalanan yang dipandu oleh petugas BKSDA
Gambar 4. Petugas BKSDA sedang menjelaskan mengnai flora dan fauna yang terdapat di
Pulau Rambut.
Gambar 5. Peserta ikut mengamati kenampakan alam yang ada di Pulau Rambut dengan
menaiki Menara Pengamat.
Gambar 6. Peserta mengamati dan mendengarkan penjelasan dari petugas BKSDA di Menara
Pengamat.
B. Kuesioner
C. Peta