Anda di halaman 1dari 12

MODUL PRAKTIKUM

MATA KULIAH KORALOGI

DEPARTEMEN SUMBERDAYA AKUATIK


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

1
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
1. Prof. Dr. Ir. Supriharyono NIP. 195007151978021001
2. Sigit Febrianto S.Kel., M.Si NIP. 198902280115011056
3. Oktavianto Eko Jati., S.Pi., M.Si NIP. 199010200117011073

Tim Asisten
1. Ary Hendri Pribadi NIM. 26010115130100
2. Febio Ariawan NIM. 26010115140047
3. Lintang Kinanti Putri NIM. 26010115120020
4. Arofi Vanila Atsa Wardyani NIM. 26010115120037

2
I. PENGANTAR PRAKTIKUM

1. Latar Belakang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan masyarakat
(hewan) karang (reef corals), yang hidup di dasar perairan. Ada dua tipe karang,
yaitu karang hermatypic corals yang membentuk bangunan karang dari kapur
(CaCO3) dan ahermatypic corals, yang tidak dapat membentuk bangunan
karang. Bangunan karang yang dibentuk hermatypic corals cukup kuat sehingga
mampu menahan energi gelombang laut. Kerangka kapur hewan-hewan karang,
hermatypic corals, dihasilkan dari hasil fotosintesa algae (zooxanthellae) yang
hidup bersimbiose di jaringan karang. Terumbu karang sebagai ekosistem,
mempunyai hubungan timbal balik antara karang dengan lingkungannya, baik
yang biotik maupun abiotik. Lingkungan biotik berupa biota yang hidup
berasosiasi dengan karang, seperti ikan, kerang, lobster, penyu, yang juga hidup
berasosiasi di ekosistem terumbu karang. Berkaitan dengan istilah terumbu
karang, perlu dibedakan antara karang (reef corals) sebagai
individu organisme atau komponen daripada masyarakat, dan terumbu karang
(coral reefs) sebagai suatu ekosistem, termasuk di dalamnya hewan-hewan
karang. Sedangkan lingkungan abiotik adalah kualitas air yang menopang
kehidupan karang dan biota asosiasinya.
Seperti disebutkan di atas bahwa hermatypic corals hidupnya bersimbiose
dengan sejenis algae (zooxanthellae). Karenanya peran cahaya matahari adalah
penting sekali bagi hermatypic corals. Sehingga karang hermatipik ini
umumnya hidup di perairan pantai/laut yang cukup dangkal, yang mana penetrasi
cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Di samping itu,
untuk hidupnya hewan karang membutuhkan suhu air yang hangat,
yaitu berkisar antara 25-32C. Sehingga ekosistem terumbu karang
banyak dijumpai di perairan laut tropis, seperti Indonesia.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memberikan pengetahuan kepada para
mahasiswa tentang arti karang sebagai komponen utama hewan yang ada di dalam
ekosistem terumbu karang, faktor-faktor penentu kehidupan karang, penyebaran

3
terumbu karang, bentuk dan penentu pertumbuhan karang, teknik pengukuran
pertumbuhan karang.

3. Kompetensi
Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor penentu kehidupan karang
dan cara mengukur pertumbuhan karang.

4. Prosedur Kerja
a. Bahan
Bahan yang dibutuhkan berupa, informasi yang terkait dengan kondisi
ekologis sumberdaya alam di daerah kunjungan, antara lain:
1. Peta daerah kunjungan
2. Jenis ekosistem yang cukup penting untuk dijadikan bahan praktikum
mahasiswa
b. Alat
Alat yang dibutuhkan antara lain:
1. GPS
2. Line transect
3. Kwadrat transect
4. Refraktometer
5. Termometer
6. Turbidity Meter atau Secchi Disk
7. Tongkat penduga kedalaman
8. Bola arus
9. Gergaji besi
10. Lampu neon UV
11. GPS
12. Kamera Underwater

c. Metoda
Metoda yang digunakan adalah metoda survei, mahasiswa (praktikan)
dibagi dalam beberapa kelompok, disesuaikan dengan subjek akan diamati, yaitu
kondisi kualitas fisik-kima, dan biologis perairan. Penilaian biologis difokuskan

4
di perairan terumbu karang, penilaian fisik-kimia terutama difokuskan pada
kondisi kualitas air, seperti kedalaman, salinitas, suhu air, kekeruhan/kecerahan
air, kecepatan arus. Sedangkan penilaian biologis praktikan lebih diarahkan ke
kondisi karang, dan biota asosiasinya, seperti algae, moluska, teripang, bintang
laut.

Cara kerja di lapangan :


1. Survey dilakukan di 1 kedalaman antara 1-3 m (yang digunakan untuk
praktikum)
2. Transek ditarik sejajar garis pantai sepanjang 30 m (posisi daratan berada
di sebelah kiri pengamat)
3. Menghitung penutupan karang yang terdiri dari karang hidup, karang mati,
pecahan karang, dan pasir disepanjang garis transek
4. Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan karang
4. Lakukan pengukuran parameter fisika kimia
5. Lakukan pengamatan terhadap biota asosiasi

E. Pengolahan Data Tutupan Karang

% Tutupan Komponen = x100%

Pembagian kategori penutupan karang berdasarkan Gomez


& Yap (1988) adalah:
75 – 100% : sangat baik
50 – 74,9% : baik
25 – 49,9% : sedang
0 – 24,9% : rusak

5
PEMETAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT PENGINDERAAN JAUH

KONSEP DASAR

Algoritma yang dipakai untuk mengolah terumbu karang yang dilakukan


disini dengan menggunakan algoritma lyzenga (1978), dimana:
ki
Y  ln TM 1  ln TM 2
kj

ki
kj
a a 1
2

a
var TM 1  var TM 2
2  cov ar TM 1TM 2
1. Koreksi Radiometrik

Citra yang ditampilkan dari segi radiometrik belum benar, karena masih
terpengaruh oleh faktor-faktor lain seperti atmosfer. karena itu nilai
piksel citra tersebut perlu dikoreksi dahulu melalui suatu koreksi
radiometrik

2. Pengambilan Trainning Area

Penentuan trainning area atau biasa disebut juga sample area atau
daerah sampel adalah pekerjaan mengidentifikasi obyek berdasarkan
nilai piksel pada suatu daerah. Trainning area ini tidak harus luas, tetapi
sebaiknya di ambil dalam jumlah banyak dengan persebaran tempat
pengambilan yang merata.
Secara umum, obyek-obyek yang terdapat pada citra yang ditampilkan
adalah : awan, air laut, padang lamun, pasir, coral. Rona paling terang
adalah pasir, rona agak gelap adalah coral, rona yang lebih terang dari
coral adalah padang lamun, dan warna merah adalah vegetasi. Warna
merah untuk vegetasi timbul karena digunakannya saluran inframerah
pada komposit citra ini.

3. Perhitungan Algoritma Lyzenga


Untuk mengidentifikasi persebaran obyek-obyek ini secara akurat,
diperlukan penentuan daerah sampel (trainning area).
Untuk membuat model formula Lyzenga, diperlukan beberapa nilai
parameter yang bisa didapat dari data statistic diatas.
Formula Lyzenga adalah sebagai berikut:

6
Y=ln(B1) + Ki/Kj + ln(B2)
dengan :
Ki/Kj = a + (a2 + 1)1/2 dan
a = (varB1 – varB2) / (2*covB1B2)

Langkah pertama memunculkan masing-masing parameter tersebut


dalam excel. Buat kolom VarB1, VarB2, covB1B2, a, a2, dan Ki/Kj.
Contoh dapat dilihat di bawah.

KATEGORI BENTUK PERTUMBUHAN KARANG (LIFE FORM)

7
8
Tabel 1. Alat dan metode/cara pengambilan data

Alat Jenis Motode/Cara Pelaksanaan


Pengukuran

Parameter Fiskim
Tongkat penduga Kedalaman air Insitu Dilakukan setiap
berskala saat pada titik
tertentu
Refraktometer Salinitas Insitu Idem
Suhu air Thermometer Insitu Idem
Kekeruhan/kecerahan Turbidity Meter Insitu Idem
air atau Secchi
Disk
pH meter Derajad Insitu Idem
Keasaman
Bola arus Kecepatan arus Insitu Idem

Parameter Biologis
Jumlah dan jenis Persen tutupan Kwadrat/line Dilakukan setiap
karang hidup, karang transek saat pada titik
mati, substrat tertentu

d. Hasil
Hasil yang diharapkan adalah bagaimana tingkat kehidupan karang laju
pertumbuhan karang, dan kondisi kualitas lingkungan karang.

e. Pembahasan (disediakan halaman secukupnya)


Mahasiswa (praktikan) diharapkan bisa menilai bagaimana kondisi
ekosistem terumbu karang di daerah kunjungan, sesuai dengan hasil dan kajian
ilmiah (sumber kepustakaan).

9
f. Simpulan dan Saran (disediakan halaman
secukupnya)
Mahasiswa (praktikan) diharapkan bisa menyimpulkan bagaimana kondisi
terumbu karang di daerah kunjungan, termasuk saran-saran perbaikannya atau
upaya pengelolaan dan pemantauan sumberdaya yang mungkin bisa dilakukan.

g. Pustaka
Pustaka yang dipakai adalah pustaka terkait, antara lain:

Buku:
1. Salm, R.V. 1984. Man's use of coral reefs., pp 15-22. In
Kenchington, R.A. and B.E.T. Hudson (eds.) Coral Reef Management
Handbook. UNESCO-ROSTSEA, Jakarta.
2. Supriharyono. 2005. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang 2nd. PT.
Penerbit Djembatan, Jakarta
3. Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah
Pesisir dan Laut Tropis. PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Peraturan Perundangan:
1. Undang Undang No. 1 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-undang Nomor
27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil
2. Kep Men LH No. 04/2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang

10
FORMAT LAPORAN

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR V TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Waktu dan Tempat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Terumbu Karang
2.2. Distribusi Terumbu Karang
2.3. Keanekaragaman Terumbu Karang
2.4. Faktor Pembatas Terumbu Karang

III. MATERI DAN METODE

11
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Metode Praktikum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskripsi Lokasi
4.2. Hasil
4.2.1. Parameter Fisika Kimia
4.2.2. Tutupan Karang
4.2.3. Pertumbuhan Karang
4.3. Pembahasan
4.3.1. Keanekaragaman Karang di Pulau …
4.3.2. Pengaruh Faktor Pembatas terhadap Distribusi Karang
4.3.3. Kondisi Terumbu Karang di Pulau …
4.3.4. Pertumbuhan Karang
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Peta lokasi
2. Dokumentasi

12

Anda mungkin juga menyukai