Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATAKULIAH SELAM KEAHLIAN

Oleh:
Rahmat Danil
26020116120053
Ilmu Kelautan A

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1. Apa yang anda ketahui tentang Scientific diving (selam ilmiah). Jelaskan asosiasi
yang menyelenggarakan program Scientific diving dan bagaimana sejarah dan
perkembanganya
2. Jelaskan tentang Code of conduct scientific diving yang anda ketahui
3. Sebutkan SKKNI yang terkait dengan Scientific diving di Indonesia
4. Sebutkan metode-metode penilaian kondisi terumbu karang dan jelaska
kegunaan masing-masing metode tersebut

Jawab

1. Apa yang anda ketahui tentang Scientific diving (selam ilmiah). Jelaskan asosiasi
yang menyelenggarakan program Scientific diving dan bagaimana sejarah dan
perkembanganya

Selam ilmiah merupakan suatu kegiatan penyelaman yang dilakukan di bawah


permukaan air untuk suatu tujuan ilmiah tertentu. Ilmu terkait dengan penyelaman ilmiah yang
dikenal sampai saat ini adalah bidang geologi kelautan, bidang arkeologi, bidang oseanografi
dan bidang biologi laut. Ilmu-ilmu lain yang juga terkait biasanya mengikuti salah satu bidang
yang telah dikenal dan dikembangkan serta diadopsi secara internasional.

Salah satu organisasi selam dunia yang melaksanakan sertifikasi dan pelatihan brevet
selam ilmiah adalah CMAS (Confédération Mondiale des Activités Subaquatiques). CMAS
adalah federasi selam internasional yang berpusat di Roma, Italia. Kegiatan bawah air yang
dikembangkan oleh CMAS mencakup kegiatan olah raga selam, sertifikasi berbagai jenjang
penyelam dan instruktur, sertifikasi berbagai keahlian penunjang selam, dll. Organisasi selam
resmi Indonesia yaitu POSSI (Persatuan Olah Raga Selam Seluruh Indonesia) juga menginduk
kepada CMAS termasuk dalam melaksanakan program sertifikasi serta brevet selam ilmiah.

CMAS dan POSSI untuk pertama kalinya melaksanakan sertifikasi selam ilmiah di
Indonesia ini diprakarsai oleh Pengprov POSSI Bangka-Belitung di Tanjung, Pandan Belitung,
pada tanggal 1-4 Januari 2011 untuk bidang keahlian Marine Geology, Archeology, dan
Oceanology. Selain dihadiri oleh Ketua dan Pengurus POSSI Pusat, kegiatan ini juga secara
langsung dipantau oleh presiden Scientific Commitee CMAS Mr. Hassen Baccouche.
Sertifikasi selam ilmiah internasional ini diikuti oleh para penyelam ilmiah dari berbagai
institusi diantaranya Balai Arkeologi Propinsi Sumatera, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Puslitbang Geologi Kelautan, Universitas Hasanuddin, Balai Oseanologi Ambon dan P3O
LIPI.

2. Jelaskan tentang Code of conduct scientific diving yang anda ketahui

UCSC telah mengembangkan panduan keselamatan menyelam ilmiah, yang menyediakan


memungkinkan UCSC memenuhi persyaratan lingkungan lokal dan kondisi serta untuk
mematuhi standar menyelam ilmiah AAUS. Standar menyelam ilmiah UCSC termasuk sebagai
berikut:

 Standar AAUS dapat digunakan sebagai seperangkat pedoman minimum untuk


pengembangan UCSC ilmiah panduan keselamatan menyelam.

 Evakuasi darurat dan prosedur perawatan medis.

 Kriteria untuk pelatihan penyelam dan sertifikasi.

 Standar yang ditulis atau diadopsi oleh referensi untuk mode menyelam yang
digunakan termasuk yang berikut:

1. Prosedur keselamatan untuk operasi penyelaman.


2. Tanggung jawab anggota tim selam.
3. Penggunaan peralatan dan prosedur perawatan.
4. Prosedur darurat.

3. Sebutkan SKKNI yang terkait dengan Scientific diving di Indonesia


Indonesia memiliki 2 SKKNI mengenai Scientific diving yaitu
a. SKKNI Nomor 116 Tahun 2019 tentang Penyelaman Ilmiah Biologi Laut
b. SKKNI Nomor 139 Tahun 2019 tentang Penilaian Kondisi Terumbu Karang
c. SKKNI Nomor 154 Tahun 2019 tentang Penilaian Struktur Komunitas Ikan
Terumbu Karang
d. SKKNI Nomor 179 Tahun 2019 tentang Penilaian Kondisi Megabentos
e. SKKNI Nomor 185 Tahun 2019 tentang Penilaian Kondisi Pandang Lamun
f. SKKNI Nomor 227 Tahun 2019 tentang Penilaian Kondisi Komunitas Manggrove
4. Sebutkan metode-metode penilaian kondisi terumbu karang dan jelaska
kegunaan masing-masing metode tersebut
a. Manta Tow

Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara
pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai
penghubung antara perahu dengan pengamat. Dengan kecepatan perahu yang tetap dan
melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat
beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang
keras dan karang lunak) dan karang mati. Data yang diamati dicatat pada tabel data
dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan bulat.

b. UPT (Underwater Photo Transect)

Metode UPT merupakan metode yang memanfaatkan perkembangan teknologi,


baik perkembangan teknologi kamera digital. Pengambilan data di lapangan banya
berupa foto-foto bawah air yang dilakukan dengan pemotretan menggunakan kamera
digital bawah air. Foto-foto basil pemotretan tersebut selanjutnya dianalisis
menggunakan software komputer untuk mendapatkan data-data yang kuantitatif.
Beberapa keuntungan dari penggunaan metode UPT antara lain dapat mempersingkat
waktu pengambilan data di lapangan sehingga penyelam tidak perlu berlama-lama
melakukan penyelaman di bawah air.

c. LIT (Line Intercept Transect)

Pengamatan dilakukan dengan pemasangan transek dipasang sejajar dengan garis


pantai dan mengikuti garis kontur pada daerah yang akan diamati. Pengamatan
dilakukan pada tiga sisi, dan setiap sisi terdiri dari tiga zona yaitu Zona Reef Crest di
kedalaman 3 m, Reef Slope di kedalaman 12 m dan Reef Base di kedalaman 28 m. Tiap
Zona memiliki satu transek sepanjang 100 meter. Metode ini memiliki beberapa
kelebihan antara lain, akurasi data dapat diperoleh dengan baik, kualitas data lebih baik
dan lebih banyak, penyajian struktur komunitas seperti perentase penutupan karang
hidup ataupun karang mati, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan
secara lebih menyeluruh serta dapat menyajikan secara baik data struktur komunitas
biota yang bersimbiosis dengan terumbu karang. Namun metode ini memiliki beberapa
kekurangan seperti alat dan bahan yang banyak, waktu yang dgunakan lebih lama dan
membutuhkan tenaga lebih.
d. PIT (Point Intercept Transect)

Metode PIT, merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk memantau
kondisi karang hidup dan biota pendukung lainnya di suatu lokasi terumbu karang
dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang cepat. Metode ini dapat
memperkirakan kondisi terumbu karang di daerah berdasarkan persen tutupan karang
batu hidup dengan mudah dan cepat. Secara teknis, metode Point Intercept Transect
(PIT) adalah cara menghitung persen tutupan (% cover) substrat dasar secara acak,
dengan menggunakan tali bertanda di setiap jarak 0,5 meter atau juga dengan pita
berskala (roll meter).

Anda mungkin juga menyukai