Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENCEMARAN LAUT

PENCEMARAN LIMBAH AIR PANAS

Disusun Oleh:
RAHMAT DANIL
26020116120053
ILMU KELAUTAN B

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
II. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Laut
Pencemaran Laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat
dimasukkannya oleh manusia secara langsung maupun tidak bahan-bahan enerji ke
dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang
demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati,
bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk
perikanan dan lain-lain penggunaan laut yang wajar, pemburukan dari kwalitas air
laut dan menurunnya tempat-tempat permukiman dan rekreasi (1).
Pencemaran dapat diartikan sebagai bentuk Environmental impairment, yakni
adanya gangguan, perubahan, atau perusakan13. Pencemaran Laut merupakan
masalah yang dihadapi bersama oleh masyarakat internasional. Pengaruhnya bukan
saja menjangkau seluruh kegiatan yang berlangsung di laut, melainkan juga
menyangkut kegiatan-kegiatan yang berlangsung di wilayah pantai termasuk
muara-muara sungai yang berhubungan dengan laut. Pada dasarnya laut itu
mempunyai kemampuan alamiah untuk menetralisir zat-zat pencemar yang masuk
ke dalamnya14. Akan tetapi apabila zat-zat pencemar tersebut melebihi batas
kemampuan air laut untuk menetralisirnya, maka kondisi itu dikategorikan sebagai
pencemaran (2).
Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 1997, yang dimaksud dengan
pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy
dan/atau komponen lain kedalam lingkungan dan/atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya. Selain itu menurut
PP No.19 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Pengrusakan
Lingkungan Laut, pencemaran merupakan masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
2.2 Pencemaran Limbah Panas
Polusi termal erat kaitannya dengan pemanasan global. Penjelasan lain untuk
pemanasan global adalah bahwa ini adalah hasil dari variasi alami dalam radiasi
matahari, lihat, misalnya, sebelum pemanasan global, suhu rata-rata Bumi adalah
13,6C, di mana suhu berada dalam kesetimbangan termal. Selama hari yang berarti
global, radiasi gelombang pendek yang masuk (SWR) memanas permukaan tanah.
Kemudian pada hari itu, di dinginkan karena jumlah energi yang sama dipancarkan
kembali keruang angkasa sebagai radiasi gelombang panjang yang keluar (OLR).
Permukaan tanah kemudian kembali pada suhu rata-rata di mana OLR hanya
dibatasi oleh laju aliran panas geothermal dari bagian dalam Bumi. Sebelum
pemanasan global, aliran panas geothermal adalah satu-satunya sumber panas
bersih di Bumi. Sejakitu, pembuangan panas dari penggunaan global energi tak
terbarukan telah menghasilkan sumber panas bersih tambahan (3).
Polusi termal adalah degradasi kualitas air oleh setiap proses yang mengubah
suhu air. Polusi termal dikaitkan dengan peningkatan suhu air di sungai, danau, atau
laut karena debit air panas dari proses industri, seperti generasi listrik. Penyebab
umum dari polusi termal sendiri adalah penggunaan air sebagai pendingin oleh
pembangkit listrik dan produsen industri. Bila air yang digunakan sebagai
pendingin dikembalikan kelingkungan alam pada suhu yang lebih tinggi, perubahan
suhu akan mengurangi pasokan oksigen, dan mempengaruhi komposisi ekosistem.
Ketika pembangkit listrik pertama membuka atau menutup untuk perbaikan atau
penyebab lainnya, ikan dan organisme lain dengan rentang suhu tertentu dapat
dibunuh oleh kenaikan mendadak suhu air yang dikenal sebagai 'shock termal’ (4).

2.3 Dampak Pencemaran Limbah Panas


Limbah panas menyebabkan pengaruh baik fisik, kimia maupun biologi.
Secara fisika, berpengaruh terhadap densitas, viskositas, tekanan uap, dan
kelarutan. Pengaruh terhadap densitas dan viskositas berdasarkan hukum stokes
tentang pengendapan padatan dalam medium non-turbulent . Efek temperatur
mempunyai dampak spesifik sehingga perlu dipelajari efeknya terhadap spesies
lokal yang penting. Tingkat oksigen dan salinitas turut mempengaruhi efek tersebut.
Penurunan oksigen terlarut dan kenaikan laju metabolisme dapat berkombinasi
yang memnuat lingkungan kurang sesuai bagi kehidupan (5).
Pencemaran air limbah panas (Thermal Pollution) adalah masukan dalam
jumlah besar air yang mengalami pemanasan dari satu atau sejumlah industry yang
menggunakan sumber yang sama sehingga temperature airnya melebihi kondisi
normalnya serta dapat menyebabkan efek merugikan pada kehidupan perairannya.
Industry air pendingin merupakan sumber awal panas dimana pembangkit tenaga
listrik menggunakan 80% air pendingin (2).

Luas pengaruh limbah panas tergantung pada beberapa factor yaitu

 volume air limbah,


 temperature air limbah
 arus
 sirkulasi massa air tempat pembuangan limbah panas (6)

Temperatur air yang lebih hangat menyebabkan organisme perairan mengalami


peningkatan laju respirasi dan peningkatan konsumsi oksigen serta lebih mudah
terkena penyakit, parasit dan bahan kimia beracun. Sedangkan untuk meminimalisir
efek panas yang berlebihan terhadap ekosistem perairan adalah melalui mengurangi
penggunaan dan pembuangan listrik dan pembatasan jumlah buangan air panas ke
dalam badan air yang sama, control dengan difusi, menstransfer panas dari air ke
atmosfir dengan tower pendingin basah atau kering, pembuangan air panas kedalam
kolam yang dangkal atau kanal untuk pendinginan dan memanfaatkan
kembali (reuse) sebagai air pendingin (6).

2.4 Baku Mutu Perairan


Baku Mutu Air Laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air laut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004. Pencemaran air menurut Peraturan
Pemerintah Nomor : 82 Tahun 2001 adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tingkat
pencemaran di pelabuhan menjadi penting untuk diketahui agar pengelolaan
kawasan tersebut lebih terencana serta meminimalisir dampak bencana. Indeks
pencemaran (IP) adalah Indeks pencemaran adalah nilai yang telah ditentukan
besarannya sesuai badan airnya misalnya sungai, danau, laut. Sebagaimana
menurut Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003. Indeks Pencemaran ditentukan
untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa
peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai (7).

Gambar.1 Tabel baku mutu air laut untuk kawasan pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun


2001 Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat
sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan
persyaratan kualitas air tersebut. tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi
: Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air
untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas III : Air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut (8)

2.5 Faktor Pengaruh Sebaran Suhu Permukaan Laut


Faktor yang mempengaruhi sebaran suhu permukaan laut ialah sebagai
berikut (9):
1. Letak ketinggian dari permukaan laut dan kedalaman.
Suhu akan menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini
disebabkan karena pengaruh intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam air yang menyebabkan semakin dalam suatu perairan suhunya pun
semakin rendah. Dan pada suhu melebihi 1000 meter suhu air relative
konstan yaitu 2oC – 4oC . Berdasarkan perubahan suhu itulah, sehingga
suhu di dalam laut memiliki wilayah sebaran secara vertikal (menegak)
yang membagi lapisannya menjadi tiga bagian yaitu Mix Layer,
Thermocline dan Deep Layer. Lapisan Mix Layer merupakan lapisan yang
hangat di bagian teratas dimana pada lapisan ini gradient suhu berubah
secara perlahan. Lapisan ini juga biasa disebut lapisan epilimnion .

Gambar 2. Lapisan kedalaman laut

2. Intensitas cahaya matahari


Cahaya matahari berperan penting terhadap suhu air laut. Wilayah
permukaan memiliki suhu yang lebih tinggi di bandingkan di bagian dalam.
Hal ini disebabkan karena wilayah permukaan lebih banyak terkena sinar
matahari dibandingkan bagian dalam perairan.Cahaya matahari dapat
masuk hingga kedalaman 200 sampai 1000 meter. Hal ini ditandai oleh
masih hangatnya suhu air pada kedalaman 200 meter dan pada kedalaman
antara 200 sampai 1000 meter, suhu air pun berubah secara drastis.
3. Presipitasi dan evaporasi
Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu
permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan
akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan.
Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu
kira-kira sebesar 0,1oC pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan
hanya kira-kira 0,12oC pada kedalaman 10 – 75 m.
4. Kecepatan angin dan sirkulasi udara
Adveksi vertikal dan entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap
kandungan bahang dan suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut
bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja pada suatu periode
tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling
menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah.
Pada umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang
berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran
massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi
homogen.

2.6 Lansat 8
Landsat 8 yang diorbitkan tanggal 11 Februari 2013, NASA melakukan
peluncuran satelit Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai
menyediakan produk citra open access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai
perkembangan baru dunia antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM
kepada USGS sebagai pengguna data terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini
kemudian lebih dikenal sebagai Landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih
ditangani oleh Earth Resources Observation and Science (EROS) Center (8).
Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan
melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini
tidak berbeda dengan landsat versi sebelumnya. Seperti dipublikasikan oleh USGS,
satelit landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan
memiliki area scan seluas 170 km x 183 km (mirip dengan landsat versi
sebelumnya). NASA sendiri menargetkan satelit landsat versi terbarunya ini
mengemban misi selama 5 tahun beroperasi (sensor OLI dirancang 5 tahun dan
sensor TIRS 3 tahun). Tidak menutup kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat
lebih panjang dari umur yang dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM)
yang awalnya ditargetkan hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun
2012 masih bisa berfungsi. Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational
Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal
sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada
OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki
spesifikasi mirip dengan landsat 7 (10).
Berikut merupakan tabel yang menjelaskan karakterisktik band-band yang
terdapat pada citra landast 8 (10).

Gambar.3 Band citra landsat 8


DAFTAR PUSTAKA

1. Mohammad AM. Perancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan


Gas Buang Pada PLTU di Indonesia. Rekayasa Hijau. 2017;I(2):176–83.

2. Purwendah EK. PERAN SYAHBANDAR DALAM PENEGAKAN


HUKUM PENCEMARAN MINYAK DI LAUT OLEH KAPAL TANKER.
Perspektif. 2015;XX(1):30–40.

3. Siregar CN. Partisipasi Masyarakat dan Nelayan dalam Mengurangi


Pencemaran Air Laut di Kawasan Pantai Manado-Sulawesi Utara.
Sosioteknologi. 2014;13(April):25–33.

4. Rizkiyah, S DN, Purwanto. Studi Pola Sebaran Buangan panas PT.


Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan.
Oseanografi Mar. 2016;5(1):1–13.

5. Hutomo M, Arinardi OH. DAMPAK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


( TERUTAMA LIMBAH TERMAL ) TERHADAP EKOSISTEM
AKUATIK. Oseana. 1992;XVII(4):135–58.

6. Subardjo P, Ario R, Handoyo G. Pola Persebaran Limbah Air Panas PLTU


Di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang. Kelaut Trop.
2016;19(1):48–54.

7. Syafik A, Kunarso, Hariadi. PENGARUH SEBARAN DAN GESEKAN


ANGIN TERHADAP SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI
SAMUDERA HINDIA ( WILAYAH PENGELOLAAN. Oseanografi.
2013;2:318–28.

8. Yudo S. KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG DI WILAYAH


DKI JAKARTA. JAI. 2010;6(1).

9. Tangke U, Karuwal JC, Zainuddin M, Mallawa A. SEBARAN SUHU


PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A PENGARUHNYA
TERHADAP HASIL TANGKAPAN YELLOWFIN TUNA (Th un nu s al b
ac ar e s ) DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA BAGIAN SELATAN.
IPTEKS PSP. 2015;2(April):248–60.

10. Septine T, Priyono C, Yuliani E, Sayekti RW. STUDI PENENTUAN


STATUS MUTU AIR DI SUNGAI SURABAYA UNTUK KEPERLUAN
BAHAN BAKU AIR MINUM. Tek Pengair. 2003;4(115):53–60.

Anda mungkin juga menyukai