Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR KELAUTAN

1. Terlampir Makalah Untuk Tugas. Pada Makalah Tersebut telah


ditetapkan TEMA UNTUK TUGAS DENGAN WARNA MERAH
2. TEMA untuk Tugas Dikerjakan Sesuai Dengan No. NIM Paling Akhir,
sebagai berikut :
NIM berakhiran 1 mengerjakan Tema No. 1
NIM berakhiran 2 mengerjakan Tema No. 2
NIM berakhiran 3 mengerjakan Tema No. 3
NIM berakhiran 4 mengerjakan Tema No. 4
NIM berakhiran 5 mengerjakan Tema No. 5
NIM berakhiran 6 mengerjakan Tema No. 6
NIM berakhiran 7 mengerjakan Tema No. 7
NIM berakhiran 8 mengerjakan Tema No. 8
NIM berakhiran 9 mengerjakan Tema No. 9
NIM berakhiran 0 mengerjakan Tema No. 10
3. Struktur Makalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Makalah diketik dalam bentuk Microsoft Word


Jarak 2 spasi
Ukuran kertas A4
JUMLAH HALAMAN MAKALAH 5 LEMBAR terdiri dari :
a. Halaman 1, berisi 2 Sub bab. 1 halaman
Sub bab 1.1 Pendahuluan, hal, 3 alinea
Sub bab 1.2 Permasalahan, hal, 2 alinea
b. Halaman 2 sd 4, berisi 3 Sub bab. 3 halaman
Sub bab 2.1 Kajian Pustaka bersifat Teori dari literatur, 1 hal
Sub bab 2.2 Kajian Aplikasi / Terapan, 1 hal
Sub bab 2.3 Pembahasan, berisi analisis/pendapat tentang tema,
hubungan antara teori dan aplikasi
c. Halaman 5, berisi 2 Sub bab. 1 halaman
Sub bab 3.1 Kesimpulan
Sub bab 3.2 Saran

4. Dikumpulkan tanggal 4 sd 21 Januari 2016


5. Jadwal penguimpulan akan ditetapkan kemudian.
6. Tugas dikumpulkan oleh mahasiswa yang bersangkutan ke Dosen
Pengampu
1

ZERO DRAFT

Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Nasional Indonesia


National Ocean (and Maritim) Policy
of the Republic of Indonesia

OUTLINE
I. Pendahuluan
II. Wilayah Kedaulatan dan Hak Berdaulat
III. Tantangan Indonesia
IV. Tujuan Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Nasional
V. Arah Kebijakan Umum dan Strategi
VI. Kaidah Pelaksanaan

Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Nasional Indonesia


National Ocean (and Maritim) Policy of the Republic of Indonesia
I. Pendahuluan
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 yang menyatakan tumpah darah yang
satu yaitu tanah air Indonesia menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang sadar akan jati dirinya sebagai bangsa daratan dan lautan,
bangsa petani dan pelaut, bangsa penakluk gunung dan samudera. Para
pendiri bangsa menyadari sepenuhnya bahwa perairan, selat dan lautan di
antara pulau-pulau nusantara adalah satu kesatuan yang utuh. Perairan, selat
dan lautan adalah pemersatu dan bukan pemisah puluhan ribu pulau-pulau
Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau
Deli, dari Pulau Sebatik hingga Pulau Timor.
Sebenarnya tidak perlu ada dikotomi antara pilihan menjadi bangsa petani
atau bangsa pelaut karena perdagangan rempah-rempah, perhiasan dan
barang seni yang dilakukan nenek moyang kita dengan kapal Samudra Raksa
dari Nusantara ke Afrika melalui cinnamon route sejak abad ke-2 justru
menunjukkan keutuhan dan keterkaitan antara budaya pertanian dan budaya
kemaritiman keahlian membuat kapal, bernavigasi dan berdagang tidak
hanya regional tetapi juga internasional ribuan tahun yang lalu. Navigasi
kapal Samudra Raksa yang diabadikan di pahatan candi Borobudur yang
terletak di kaki pegunungan Menoreh merupakan bukti bahwa Indonesia
sebenarnya adalah bangsa yang terlahir untuk menguasai gunung dan laut:
tanah air. Dengan wilayah air yang jauh lebih luas dari tanah, serta posisi
silang yang strategis, maka penguasaan laut, identitas dan budaya maritim
seyogyanya merupakan elemen dan modal Indonesia yang kuat untuk
menjadi bangsa maritim yang besar.

Kekuatan Sriwijaya yang menguasai Selat Malaka dan menjalin hubungan


setara dengan Chola Nalanda dari India dan Dinasti Tang dari China serta
kemenangan Sultan Fatahilah mengusir Portugis di Teluk Sunda Kelapa
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia juga memiliki budaya strategi maritim
yang kuat selain strategi perang gerilya darat yang terbukti efektif dan
dirujuk pejuang kemerdekaan melawan penjajah asing di Asia.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, kesatuan
tanah air Indonesia menjadi semakin erat setelah Indonesia, dengan
diplomasi ulung dan tanpa menembakkan satu butir peluru, berhasil
mengubah laut bebas yang memisahkan pulau-pulau menjadi perairan yang
berada di dalam kedaulatan Indonesia yang mana pelaksanaan hak-hak dan
kewajibannya dijamin oleh hukum internasional, Konvensi Hukum Laut
1982. Setelah melalui proses penolakan terhadap Deklarasi Djuanda 1958
dan perundingan multilateral yang alot selama lebih dari satu dekade,
masyarakat internasional akhirnya mengakui keinginan kuat Indonesia untuk
mewujudkan kesatuan tanah air dan inovasi hukum yang dilakukannya
melalui pengakuan negara kepulauan sebagai suatu prinsip hukum
internasional.
Indonesia adalah satu-satu nya negara yang mampu memperluas wilayah
kedaulatan dan hak berdaulatnya menjadi suatu ruang darat, laut dan udara
negara kepulauan yang terbesar di dunia tanpa ekspedisi atau ekspansi
militer.
Jaminan hukum internasional ini telah memperkuat cara pandang mendasar
bangsa Indonesia, wawasan nusantara, dengan tidak hanya melalui faktorfaktor kondisi diri dan lingkungannya sebagai bangsa yang merdeka tetapi
juga dengan keutuhan wilayah tanah air yang berbentuk kepulauan Nusantara
4

sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan


keamanan

Dengan modal ini, Indonesia dapat merencanakan strategi

pembangunan nasionalnya secara utuh dan menyeluruh.


Pengakuan negara kepulauan sebagai suatu prinsip hukum internasional telah
menambah nilai strategis Indonesia karena masyarakat internasional harus
melalui wilayah kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia untuk keperluan
navigasi, komunikasi, peletakan kabel serat optik, pipa gas, dan perdagangan
berbagai barang komditi dan manufaktur serta ekspor energi dan jasa.
Posisi strategis Indonesia lebih dari berada di persilangan antara dua benua
dan dua samudera tetapi juga di antara Laut China Selatan dengan Samudra
Hindia, antara kapitalisme bebas di selatan dengan kapitalisme negara di
utara, antara individualism liberal di selatan dengan sosialisme dan
komunisme di utara, antara penghasil komoditi di selatan dengan pengguna
komoditi di utara, antara penghasil energi di selatan dengan pengguna energi
di utara, antara middle power di selatan dengan global power di utara.
Alam Indonesia sendiri memiliki nilai strategis bagi planet bumi. Indonesia
memiliki hutan tropis kedua terbesar di dunia dan juga terumbu karang
terbesar
II. Wilayah Kedaulatan dan Hak Berdaulat
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara
kepulauan

yang

bercirikan

nusantara,

mempunyai

kedaulatan

atas

wilayahnya serta memiliki hak-hak berdaulat di luar wilayah kedaulatannya


1

Dalam dokumen resmi Lembaga Tinggi Negara pada waktu itu, terdapat perbedaan definisi Wawasan
Nusantara antara Tap MPR RI Nomor:IV/MPR/1973denganTapMPRRI:II/MPR/1993dimanafaktor
kesatuanwilayahdantanahairsebagaisuatukesatuanpolitik,ekonomi,sosialbudayadanpertahanan
keamanantidakdisebutkansebagaisuatucarapandangbangsaIndonesiabarudicantumkanpadatahun
1973.

dan kewenangan tertentu lainnya untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesarbesarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Definisi
perundangan tersebut disusun sedemikian rupa untuk merangkum berbagai
konsep, pengaturan hukum serta kepentingan Indonesia di dalam mengelola
kewilayahannya, khususnya terkait dengan perairan.
Sebagai negara pihak dari UNCLOS 1982, Indonesia memiliki
kedaulatan penuh terhadap wilayah perairan yang terdiri dari laut territorial,
perairan kepulauan dan perairan pedalaman. Disamping itu, kedaulatan
Indonesia juga mencakup dasar laut, tanah di bawahnya, serta ruang udara di
atasnya dari wilayah perairan tersebut, bahkan sampai seluruh sumber
kekayaan yang terkandung di dalamnya. Atas dasar hal tersebut, maka
Pemerintah Indonesia memiliki kendali penuh terhadap pengelolaan wilayah
perairan Indonesia. Namun tentunya hal ini juga berimbas kepada kewajiban
Pemerintah Indonesia untuk mengelolanya dengan baik yang bertujuan
semata untuk kedaulatan NKRI serta kesejahteraan rakyat Indonesia.
Selain memiliki kedaulatan atas wilayah perairan sebagaimana
tersebut di atas, Indonesia juga memiliki hak berdaulat dan kewenangan
tertentu lainnya di wilayah yurisdiksi. Wilayah yurisdiksi Indonesia adalah
wilayah di luar laut territorial yang terdiri atas Zona Ekonomi Eksklusif,
Landas Kontinen, dan Zona Tambahan. Laut territorial Indonesia adalah
selebar 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia.
Untuk zona tambahan selebar 12 mil laut diukur dari garis terluar laut
territorial, sedangkan zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen Indonesia
adalah selebar 200 mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan
Indonesia. Dalam hal zona-zona maritim tersebut berbatasan dengan negara
tetangga, maka batas terluarnya ditetapkan melalui kesepakatan dengan
negara tetangga terkait sesuai dengan hukum internasional, khususnya
UNCLOS 1982.

Di wilayah yurisdiksi, Indonesia memiliki kewenangan tertentu sesuai


dengan zona maritimnya. Di zona tambahan, Indonesia memiliki
kewenangan untuk melakukan penegakan hukum di bidang kepabeanan,
perpajakan (fiskal), imigrasi, karantina dan kesehatan (sanitera). Di Zona
ekonomi eksklusif secara umum Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan pengelolaan terkait dengan sumber daya kolom air dari zona
ekonomi eksklusif. Sedangkan di landas kontinen, Indonesia memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengelola dasar laut dan tanah di
bawahnya.
Pelaksanaan dari kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia di berbagai
zona maritim tersebut tentunya harus sejalan dengan hukum internasional,
peraturan

perundangan

dan

juga

kepentingan-kepentingan

strategis

Indonesia, khususnya yang terkait dengan usaha menjamin keutuhan wilayah


negara, menjaga kedaulatan negara, dan kepentingan kesejahteraan segenap
bangsa. Selain itu, geostrategis dan geopolitik kawasan regional maupun
internasional tentunya juga harus menjadi salah satu elemen pertimbangan di
dalam melaksanakan berbagai hal yang menjadi bagian dari penegakan
kedaulatan dan hak berdaulatan Indonesia di perairannya.
Selain kedaulatan dan hak berdaulat yang dimiliki oleh Indonesia di
zona-zona maritim tersebut di atas, Indonesia tentunya juga memiliki
kepentingan-kepentingan tertentu di laut bebas (high seas) dan juga dasar
samudera dalam. Pengelolaan perairan Indonesia tentunya tidak boleh
melupakan potensi peran besar Indonesia untuk ikut serta mengelola laut
bebas dan dasar samudera dalam. Berbagai negara, bahkan negara-negara
tetangga di kawasan asia tenggara, telah berlomba untuk ikut serta mengelola
dasar samudera dalam. Potensi sumber daya alam yang besar di dasar
samudera dalam tentunya dapat menjadi salah satu alternative sumber untuk
memenuhi kebutuhan Indonesia akan energi dan mineral.

III. Tantangan Indonesia


Keutuhan tanah air kepulauan Indonesia sebagai suatu kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan membawa berkah dan
sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia.
Puluhan ribu pulau yang membentang dari Asia Selatan, Asia Tenggara
hingga Pasifik Barat lebih dari 5000 km dan menjangkau tiga zona waktu
memberikan Indonesia ruang wilayah darat, laut dan udara yang sangat masif
dengan kedaulatan dan hak berdaulat di berbagai zona maritim yang sangat
luas. Pada saat yang sama, Indonesia adalah negara ring of fire dengan
lebih dari 150 gunung berapi, bahkan gunung berapi di dalam laut, Krakatau.
Wilayah yang sangat luas ini juga dihuni oleh ratusan etnik dengan bahasa
serta agama dan kepercayaan yang berbeda yang tinggal di pegunungan,
perbukitan, dataran rendah dan pesisir.
Kondisi geografis dan demografis ini membawa konsekuensi munculnya
berbagai tantangan nyata bagi Indonesia.
Pertama, meneguhkan identitas atau jati diri bangsa ( TEMA 1 ) yang
menyatakan bertanah air satu, Indonesia. Tidak mudah menyatakan kepada
masyarakat pegunungan bahwa mereka adalah bangsa pelaut atau sebaliknya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa penakluk samudra dan gunung. Budaya
pertanian dan budaya maritim telah lama ada dalam diri bangsa Indonesia.

Kedua, membangun konektivitas ( TEMA 2 ) untuk berbagai kepentingan


nasional yang strategis seperti pemerintahan, keamanan, perdagangan,
pendidikan, kesehatan dan komunikasi. Kesenjangan kesejahteraan yang
terjadi karena rendahnya komunikasi antar pulau dapat menciptakan
ketegangan di berbagai kawasan Indonesia dan menghalangi teruwujudnya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Ketiga, tidak seluruh pulau Indonesia memiliki populasi sehingga semakin
mempersulit rentang kendali pengawasan dan pengamanan, ( TEMA 3 )
terutama yang bertetangga dengan daerah konflik di luar wilayah Indonesia.
Aspek keamanan ini tidak hanya terkait dengan pengamanan di pulau-pulau
kecil dan terluar tetapi juga pengamanan perairan dari berbagai kegiatan
ilegal yang menggunakan perairan Indonesia sebagai target mau pun sarana.
Ancaman keamanan tidak hanya terbatas kepada berbagai kegiatan ilegal di
kawasan maritim tetapi juga di daratan pulau-pulau kecil dan terluar serta
ruang udara di atasnya.
Ancaman maritim non-tradisional juga tidak berarti telah hilang sama
sekali. Dengan perkembangan kondisi lingkungan strategis Indonesia dewasa
ini, cara pandang penilaian ancaman, pengembangan kemampuan dan
kapasitas pertahanan Indonesia juga perlu disesuaikan dengan karakter dan
luas wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di posisi silang
strategis dengan sejumlah choke-points perdagangan global.
Keempat, rentang wilayah yang sangat luas juga menuntut Indonesia untuk
menyelesaikan batas maritim ( TEMA 4 ) laut teritorial, ZEE dan landas
kontinen guna mendapatkan kepastian hukum wilayah kedaulatan dan hak
berdaulat Indonesia.

Kelima, selain penetapan perbatasan dalam konteks kepastian dan jaminan


hukum internasional atas ruang maritim yang menjadi hak Indonesia,
( TEMA 5 ) Indonesia juga perlu menyusun suatu tata ruang kelautan yang
komprehensif yang meliputi berbagai zona maritim dan yang disusun dengan
memperhatikan aspek
Keenam, kekayaan dan kandungan tanah air Indonesia memiliki arti
ekonomi yang sangat tinggi. ( TEMA 6 ) Hasil tambang energi dan mineral
di gunung, lembah, tanah, laut, dasar laut dan di bawahnya, hasil kesuburan
tanah yang menghasilkan komoditas unggulan dunia, sumber daya alam
hayati dan non hayati di lautan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi
bagi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.
Pada saat yang sama, kandungan isi kekayaan tanah air, terutama dalam
perairan Indonesia masih belum diketahui semua nya, terlebih lagi yang
berada di laut dalam Indonesia di sisi Barat Pulau Sumatra, Selatan Jawa dan
Indonesia Timur. Selain itu, belum semua data kelautan seperti oseanografi,
hidrografi dan biodiversity di semua perairan Indonesia telah diketahui dan
dicatat dengan baik untuk kepentingan di masa depan.
Indonesia juga menghadapi tantangan untuk menambah luas yurisdksi landas
kontinen di luar 200NM dan mampu melakukan eksplorasi di wilayah the
Area yang berada jauh di luar yurisdiksi nasional Indonesia.

10

Ketujuh, ekonomi maritim Indonesia tidak hanya dari kekayaan sumber daya
alam hayati dan non-hayati saja tetapi juga harus dikembangkan di bidang
jasa ( TEMA 7 ) logistik pelabuhan kapal niaga dan kapal pesiar, wisata
bahari, galangan kapal modern dan tradisional yang mencerminkan tradisi
bahari, serta ahli navigasi, pelaut dan awak kapal. Pengembangan sektor jasa
ini memerlukan upaya tersendiri baik dari segi teknologi mau pun
pendanaannya.
Kedelapan, kegiatan jasa kemaritiman dan eksploitasi sumber daya alam
hayati dan non-hayati juga dapat membawa dampak pencemaran
lingkungan ( TEMA 8 ) dan juga perusakan biodiversity yang berdampak
negatif secara langsung dalam jangka pendek dan jangka panjang. Luas laut
Indonesia juga membawa konsekuensi polusi dari wilayah negara lain baik
polusi darat maupun polusi kapal dan anjungan eksploitasi sumber daya
alam.
Kesembilan, pengelolaan wilayah laut yang sangat luas juga menghadapi
tantangan tersendiri terkait dengan adanya struktur otonomi daerah
( TEMA 9 ) pada tingkat propinsi, kota, dan kabupaten yang memiliki
wilayah admnistrasi yang juga meliputi wilayah maritim dan pulau-pulau
kecil dan terluar. Sinkronisasi, koordinasi dan pengawasan nya memerlukan
upaya tersendiri mengingat rendahnya konektivitas berbagai pemerintahan
daerah.
Kesepuluh, lingkungan strategis Indonesia telah mengalami perubahan
pesat ( TEMA 10 ) yang tidak pernah terbayangkan satu dekade yang lalu.
Asia kini menjadi salah satu kiblat kekuatan ekonomi dunia dan arsitektur
regional Asia telah berkembang demikian pesat dengan adanya Asean dan
Masyarakat Asean, East Asia Summit, APEC, dan ARF serta yang tengah
11

dirundingkan seperti Regional Comprehensive Economic Partnership dan


Trans-Pacific Partnership. Sementara itu, geopolitik dan geostrategik di
Asia Timur dan Asia Tenggara diwarnai oleh sejumlah ketegangan yang
apabila tidak dikelola dengan baik dapat berkembang menjadi sumber
konflik baru yang akan menganggu ketahanan regional dan nasional negaranegara di kawasan.
Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, Indonesia harus mampu
menunjukkan

kepemimpinan, leadership dalam

masalah

kelautan

(kemaritiman) regional dan global. Sejalan dengan hal tersebut Indonesia


juga akan terus meningkatkan kerjasama internasional dalam kerangka
bilateral (khususnya dengan Negara-negara mitra strategis), regional dan
multilateral

guna

mendukung

agenda

pembangunan

kelautan

dan

kemaritiman Indonesia.
Kesebelas, pada tataran global, Millennium Development Goals yang
berakhir pada tahun 2015 ini akan dilanjutkan oleh Sustainable
DevelopmentGoalsyangterdiridari17Goals.SalahsatuGoaltersebut
adalahGoal14yakniConserveandsustainablyusetheoceans,seasand
marineresourcesforsustainabledevelopmentyangterkaitlangsungdengan
agendapembangunankelautandankemaritimanIndonesia.
IV.TujuanKebijakanKelautandanKemaritimanNasional
Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Indonesia kiranya perlu merujuk
kepada Visi Pembangunan Indonesia yang dituangkan dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 2025 yaitu mewujudkan
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR serta Misi
Pembangunan Indonesia, terutama yang berimplikasi dalam pembangunan
kelautan dan kemaritiman:
12

(1) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;


(2) Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu;
(3) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
(4) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
(5) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan
(6) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Selain itu, Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Indonesia juga merujuk
kepada visi pembangunan nasional untuk tahun 2015 2019 yakni
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPENTINGAN

BERLANDASKAN

GOTONG-ROYONG

serta

sejumlah misi nya yang terkait dengan kelautan dan kemaritiman yaitu:
(1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan;
(2) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim; dan
(3) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.
Kebijakan Kelautan dan Kemaritiman Nasional disusun untuk mewujudkan
visi tersebut serta melaksanakan misi yang telah dicanangkan dengan jalan
memberikan kebijakan umum dan strategi yang dapat menjadi acuan
13

perencanaan pembangunan di berbagai bidang oleh Pemerintah Pusat,


Lembaga Negara lainnya, Propinsi, Kota dan Kabupaten serta rujukan
berbagai aktifitas oleh pelaku usaha kecil, menengah, besar, akademisi,
masyarakat luas dan LSM.

V. Arah Kebijakan Umum dan Strategi


Pembangunan Kelautan (dan kemaritiman) adalah pembangunan yang
memberi arahan dalam pendayagunaan sumber daya Kelautan untuk
mewujudkan

pertumbuhan

ekonomi,

pemerataan

kesejahteraan,

dan

keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan Laut.


Pembangunan bidang kelautan (dan kemaritiman) merupakan bagian dari
upaya mewujudkan Indonesia sebagai Negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasis kepentingan nasional. Pembangunan bidang kelautan dan
kemaritiman merupakan upaya sistematis dan terencana yang dilakukan
untuk memperkuat bidang kelautan (dan kemaritiman), baik secara
geopolitik, ekonomi, ekologi, maupun sosial-budaya dalam mewujudkan
kedaulatan bangsa dan kemakmuran rakyat. Pembangunan bidang kelautan
dan kemaritiman bertujuan untuk:
Meneguhkan identitas atau jati diri bangsa maritim.
Menerapkan norma internasional, terutama Konvensi Hukum Laut
1982,

yang

memberikan

wilayah,

kedaulatan

dan

yurisdiksi

pengelolaan dan pemanfaatan secara komprehensif.


Membangun kekuatan pertahanan dan keamanan yang sepadan dengan
wilayah, hak dan kewajiban, kedaulatan dan yurisdiksi, serta
perkembangan lingkungan strategis Indonesia.
14

Membangun politik luar negeri bebas aktif yang mampu memberikan


kepemimpinan regional dan global.
Membangun konektifitas seluruh kawasan Indonesia terutama pulaupulau kecil, dan terluar guna mengurangi kesenjangan dan
memperkuat pertahanan.
Membangun infrastruktur maritim yang kuat
Membangun pendidikan maritim
Membangun teknologi maritim yang relevan bagi peningkatan
kapasitas sumber daya manusia,
Membangun maritim knowledge untuk mengetahui seluruh isi,
kekayaan hayati dan non-hayati serta kondisi semua wilayah perairan
dan pulau-pulau kecil dan terluar Indonesia
Mengukuhkan prinsip kesinambungan dalam pengelolaan sumber daya
hayati maritim Indonesia.
Dalam rangka memperkuat jatidiri sebagai Negara Maritim, terdapat sasaran
yang ingin diwujudkan yaitu, yaitu menguatnya keamanan laut dan daerah
perbatasan dalam rangka menjamin kedaulatan dan integritas wilayah NKRI
serta mengamankan sumber daya alam dan ZEE.
V. Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran adalah sebagai
berikut:

15

1. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan serta penegakan hukum di


laut dan daerah perbatasan;
2. Meningkatkan sarana dan prasarana pengamanan daerah perbatasan;
3. Meningkatkan sinergitas antar institusi pengamanan laut;
4. Menyelesaikan penetapan garis batas wilayah perairan Indonesia dan
ZEE;
5. Melakukan pengaturan, penetapan dan pengendalian ALKI dan
menghubungkan dengan alur pelayaran dan titik-titik perdagangan
strategis nasional;
6. Mengembangkan dan menetapkan Tata Kelola Kelembagaan Kelautan
(dan Kemaritiman) untuk mendukung perwujudan negara maritim;
7. Meningkatkan keamanan laut dan pengawasan pemanfaatan sumber
daya kelautan terpadu.

Pembangunan dengan arah kebijakan di atas dilaksanakan dengan strategi


pembangunan sbb:
1. Meningkatkan operasi pengamanan dan keselamatan di laut dan
wilayah perbatasan;
2. Menambah dan meningkatkan pos pengamanan perbatasan darat dan
pulau terluar;
3. Memperkuat kelembagaan keamanan laut;
4. Intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama;

16

5. Menyelesaikan penataan batas maritim (laut teritorial, zona tambahan,


ZEE) dengan 9 negara tetangga;
6. Menyelesaikan batas landas kontinen di luar 200 mil laut;
7. Melaporkan data geografis sumber daya kelautan ke PBB dan
penamaan pulau;
8. Menyempurnakan sistem penataan ruang nasional dengan memasukan
wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang
nasional/regional;
9. Menyusun Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Maritim untuk
penguasaan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan maritim bagi
kesejahteraan rakyat;
10.Mengembangkan sistem koordinasi pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pembangunan kelautan danm maritim;
11.Pembentukan Badan Keamanan laut untuk meningkatkan koordinasi
dan penegakan pengawasan wilayah laut;
12.Peningkatan sarana prasarana, cakupan pengawasan dan peningkatan
kelembagaan pengawasan sumber daya kelauatan;
13.Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan
sumber daya kelautan; dan
14.Mengintensifkan

penegakan

hukum

dan

pengendalian

Illegal,Unreported and Unregulates (IUU) Fishing serta kegiatan yang


merusak di laut.
Penyelenggaraan Kelautan (dan Kemaritiman) Indonesia) meliputi:
17

wilayah Laut;
pembangunan Kelautan (dan Kemaritiman);
pengelolaan Kelautan (dan Kemaritiman);
pengembangan Kelautan (dan Kemaritiman);
pengelolaan ruang Laut dan pelindungan lingkungan Laut;
pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan di
Laut; dan

tata kelola dan kelembagaan.


VI. Kaidah Pelaksanaan
Pemerintah menetapkan kebijakan Pembangunan Kelautan terpadu jangka
panjang

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Pelaksanaan rencana pembangunan, termasuk pembangunan kelautan dan


maritim, akan lebih efektif dan efisien apabila berpedoman pada rumusan
kaidah pelaksanaan yang meliputi:
1. Kerangka pendanaan,
2. Kerangka regulasi,
3. Kerangka kelembagaan,
4. Kerangka evaluasi.
1. Kerangka Pendanaan
Kerangka

pendanaan

merupakan

bagian

dari

rencana

tindak

pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah. Kerangka


pendanaan meliputi kebijakan pada belanja pemerintah pusat, transfer
daerah (jika ada/sesuai dengan tusi dan kewenangan Kemenko) serta
18

kebijakan pembiayaan pembangunan. Pencapaian sasaran tersebut


dilakukan

melalui

skala

prioritas

yang

berdasarkan

strategi

pembangunan nasional.
2. Kerangka Regulasi
UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (UU SPN) telah mengamanatkan penanganan kerangka
regulasi yang sejalan dengan kerangka pendanaan sejak proses
perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak
proses perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan
meningkatkan kualitas kebijakan dan regulasi yang tertib sehingga
memungkinkan setiap tindakan dapat memberikan manfaat yang lebih
optimal.
UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan pada Pasal 18 merupakan langkah terobosan
untuk mensinergikan antara kebijakan dan regulasi, yaitu mengatur
bahwa prolegnas disusun berdasarkan perintah UUD Negara RI Tahun
1945; perintah Ketetapan MPR; perintah UU lainnya; sistem
perencanaan pembangunan nasional, RPJM; rencana kerja pemerintah
dan rencana strategis DPR; dan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan reformasi regulasi
adalah mewujudkan regulasi yang berkualitas, sederhana dan tertib
dalam kerangka pembangunan nasional terutama untuk mendukung
pelaksanaan RPJMN III 2015-2019.
Karenanya, kebijakan kelautan dan kemaritiman nasional, hendaknya
berpedoman kepada kerangka regulasi dimaksud, sehingga dapat
mencapai hasil yang optimum. Pembangunan bidang kelautan
19

merupakan bagian dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai Negara


kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan
nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU 17 tahun 2007 tentang
RPJP Nasional. Selain itu, dalam penyusunannya, kebijakan kelautan
dan

kemaritiman

nasional

harus

memperhatikan

ketentuan

perundangan nasional terkait, seperti UU No.32 Tahun 2014 tentang


Kelautan, UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, UUNo.27Tahun
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan PulauPulau Kecil,
dll.
3. Kerangka Kelembagaan
Disamping

pendanaan

dan

regulasi,

keberhasilan

pelaksanaan

pembangunan juga memerlukan kerangka kelembagaan pemerintah


yang efektif dan akuntabel sebagai pelaksana dari program
pembangunan yang telah ditetapkan. Kelembagaan merujuk kepada
organisasi, pengaturan hubungan inter dan antar organisasi, serta
sumber daya manusia aparatur. Organisasi mencakup rumusan tugas,
fungsi, kewenangan, peran dan struktur.
Sasaran penguatan kerangka kelembagaan pemerintah dimaksudkan
untuk mewujudkan kelembagaan pemerintah yang efektif, efisien,
akuntabel, dan sinergis agar mampu melaksanakan program-program
pembangunan dengan efektif dan efisien.
4. Kerangka Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian tujuan kebijakan,
program, ataupun kegiatan dan menganalisis permasalahan yang
terjadi dalam proses implementasi sehingga dapat menjadi umpan
balik

bagi

perbaikan

kinerja

pembangunan.Hasil

akan dapat
20

menyediakan data dan informasi tentang efisiensi, efektifitas,


kebutuhan, manfaat dan dampak program atau kegiatan sehingga
informasi

tersebut

dapat

digunakan

sebagai

masukan

dalam

perencanaan dan penganggaran periode selanjutnya.


Evaluasi kinerja pembangunan dilaksanakan dengan tujuan:
a. Mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, identifikasi
permasalahan dan tindak lanjut yang direkomendasikan sebagai
bahan untuk perumusan dan perbaikan kebijakan /program/
kegiatan;
b. Membantu penentuan penyusunan sasaran dan target kinerja
pembangunan secara tepat.
Evaluasi RPJMN 2015-2019 dilakukan minimal dua kali yaitu:
a. Evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada tahun ketiga
pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang hasilnya digunakan sebagai
bahan masukan dalam penyusunan RKP dan bahan melakukan
revisi RPJMN 2015-2019 jika diperlukan.
b. Evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada tahun keempat (1 tahun
sebelum berakhir periode RPJMN 2015-2019) yang hasilnya
digunakan sebagai input dalam penyusunan RPJMN periode
selanjutnya (RPJMN 2020-2025)
Sumber data utama yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi
RPJMN adalah hasil evaluasi Restra K/L. Evaluasi RPJMN dilakukan
oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas.

21

Anda mungkin juga menyukai