Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang
mempelajari lautan dengan segaJa aspeknya. Ilmu ini semata-mata merupakan
perpaduan dari bennacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain. ilmu dasar lain yang
termasuk di dalamnya iaIah ilmu tanah (geology). ilrnu bumi (geography), ilmu
fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim
(meteorology) (Hutabarat, 2001).
Pada abad ke-4 sebelum Masehi seorang sarjana terkemuka bangsa Junani,
Aristoteles, telah melakukan suatu penelitian yang mendetail mengenai hewan-
hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Akhimya pada abad I sebelum Masehi,
hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan telah dimengerti oleh manusia
untuk pertama kali (Tim Oseanografi, 2012).
Pelayaran-pelayaran besar juga sarna pentingnya dalam memetakan garis
pantai dan lautan-lautan dunia dalam perkembangan sejarah berikutnya. Sebagai
contoh., seorang bangsawan Portugis, Ferdinand Magellan telah mengadakan suatu
pelayaran mengelilingi dunia pada abad ke-4 belas Masehi. Dia telah
rnernbuktikafi, bahwa burni ini berbentuk bulat tidal datar seperti yang diperkirakan
oleh banyak orang pada waktu sebelumnya (Hutabarat, 2001).
Hidrodinamika berasal dari kata Hidrolika yang merupakan bahasa Yunani
hyidraulikos yang bila dipecah persuku kata menjadi hydro yang berarti air dan
aulos berarti pipa. Secara sederhana hidrolika adalah salah satu topik dalam cabang
ilmu yang berurusan dengan sifat fisis fluida yang mempelajari aliran air secara
mikro dan secara makro. Hidrodinamika akan meletakkan dasar-dasar teori
hidrolika yang difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida (seperti densitas,
viskositas, dll) serta perilaku fluida (Cahyana, 2016).
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi sebagian besar oleh
laut.banyak para nelayan yang menggantungkan hidupnya pada laut yaitu bekerja
sebagai nelayan pencari ikan hias atau pun ikan yang dikonsumsi. Dengan banyak
dikelilingi oleh lautan Indonesia, secara otomatis banyak terdapat ikan dilautan dan
akan membuat para nelayan hidup makmur.laut memilki sirkulasi tersendiri.para
ahli berpendapat akibat penggunaan bahan bakar yang mengeluarkan CO2 dan
penggunaan plastik yang berlebihan menyebabkan pemanasan global dan
mempengaruhi sirkulasi laut. Laut dan daratan adalah fluida yang berbeda dalam
hal kapasitas menyimpan panas (Hutabarat, 2001).
Laut memiliki peranan penting dalam mengontrol iklim di Bumi dengan
memindahkan panas dari daerah ekuator menuju ke kutub. Tanpa peranan laut,
maka hampir keseluruhan planet Bumi akan menjadi terlalu dingin bagi manusia
untuk hidup. Laut juga merupakan sumber makanan, energi (baik yang terbarukan
maupun yang tak terbarukan), dan obat-obatan. Daerah pantai juga merupakan
daerah yang sangat besar peranannya bagi kehidupan manusia. Hampir 60%
penduduk Bumi tinggal di daerah sekitar pantai (Cahyana, 2016).
Sebagian besar air (97,3%) yang terdapat di permukaan bumi berasal dari
lautan di seluruh dunia. Sisanya yang berjumlah 2,7% berasa1 dari daerah daratan,
bernpa gunung~ung es di daerah kutub, ~ air yang berada di ba wah pennukaan
tanah yang berasa1 dari danau dan sungal. Sedan~ yang berasa1 dari atrnosfer yang
berbentuk sebagai uap air berjum1ah sangat kecil yaitu kira-kira sebesar 0,01% dari
seluruh air yang terdapat di bumi (Hutabarat, 2001).
Diperkirakan jum1ah total air dipennukaan lautan yang hilang setiap mhun
kira-kira seteba1 97,3 cm. Dari jumlah tsb 89,7 cm diganti dari curah hujan yang
langsung jatuh ke permukaan lautan. Sedangkan sisanya yang 7,6 cm dicurahkan
ke permukaan daratan, kemudian mengalir kernba1i ke lautan melalui sungai-
sungai kecil dan besar (Cahyana, 2016).

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengoperasikan perangkat lunak ODV
2. Mahasiswa mampu membuat sebaran menegak dan mendatar dalam
pengolahan data oseanografi.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum kali ini adalah
1. Mahasiswa mampu membuat mengolah data sebaran menegak dan
mendatar dalam penelitian oseanografi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu kawasan beriklim tropis yang unik, dimana
atmosfernya dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angina monsual, iklim
maritime dan pengaruh berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia
diduga memiliki karakteristik khusus yang hingga kini mekanisme proses
pembentukannya belum diketahui (Wisha et al. 2016).
Perairan merupakan daerah peralihan antara wilayah daratan dan laut lepas,
sehingga ada interaksi diantaranya. Faktor-faktor yang mempenagruhi suhu
permukaan air laut dan suhu udara ialah keseimbangnan kalor dan keseimbangan
masa air di lapisan permukaan laut. Faktor meteorologi yang mengatur
keseimbangan ialah curah hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, kecepatan
angin, penyinaran matahari dan suhu permukaan laut itu sendiri
(Hadikusumah, 2008).
Temperatur, salinitas dengan densitas memiliki hubungan yang sangat erat,
dimana densitas akan meningkat jika salinitas bertambah atau suhu berkurang.
Akan tetapi, tidak selamanya densitas meningkat seiring dengan penurunan suhu,
hal ini karena adanya sifat anomali pada air. Densitas tidak bisa kita ukur langsung
dilautan, namun densitas merupakan fungsi dari suhu, salinitas dan tekanan.
Adanya perbedaan densitas di daerah kutub menyebabkan timbulnya gerak vetikal
air yang nantinya akan menyebabkan timbulnya sirkulasi termohaline (Wisha et al.
2015).
Kondisi iklim mempunyai peran utama terhadap permukaan air laut,
sehingga di Indonesia mempunya empat musim. Faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux),
curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus. Perubahan
pada suhu dan salinitas akan menaikan atau mengurangi densitas air laut di lapisan
permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi ke lapisan bawah (Holiludin,
2009).
Pemahaman mengenai kondisi perairan sangat penting dilakukan sebagai
analisis untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang terjadi dalam
merencanakan pengembangan wilayah pesisir dan laut. Arus merupakan salah satu
komponen oseanografi, pengukuran arus adalah salah satu langkah awal monitoring
kondisi perairan, Pola pergerakan arus dalam lingkup studi yang luas adalah dengan
melakukan pengambilan data lapangan dan menggunakan pendekatan matematik
(Wisha et al. 2015).
Pola arus pada perairan muara pada umumnya dibangkitkan oleh tiga gaya
dasar yang bekerja sekaligus yaitu pasang surut, angin dan aliran sungai itu sendiri.
Kecepatan arus di perairan pantai sangat bergantung kepada musim dan arus pasut
serta arus sungai. Jika energi pasut dan aliran sungai cukup kuat, maka di muara
sungai akan terjadi pola stratifikasi massa air suhu dan salinitas karena aliran sungai
dan pasut. Arus pantai yang ditimbulkan oleh arus sungai, pasut dan angin bisa
menyebarkan biomasa, polutan atau tumpahan minyak secara horizontal atau
turbulensi secara vertikal (Hadikusumah, 2008).
Di dalam perairan Indonesia, mass air berstratifikasi dari Samudera Pasifik
secara nyata diubah oleh pencampuran vertikal seperti maksimum salinitas yang
berbeda yang berasal dari North Pacific (salinitas 34,8psu pada 100m) dan South
Pacific (salinitas 35,4psu pada 150m) akhirnya hilang. Akibatnya, pada saat air
throughflow meninggalkan Indonesia untuk memasuki Samudra Hindia mereka
membawa salinitas homogen (34,6psu) melalui termoklin bagian atas, dinyatakan
oleh (Ffield et al., 2005). Air subtropical Samudera Pasifik bagian selatan
bersalinitas tinggi tidak menyebar ke bagian atas termoklin di Laut Banda dari pintu
masuknya di Laut Halmahera (Wisha et al. 2015).
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat
perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat
kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam
oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (P).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State
of Sea Water):
ρ = ρ (s, t, p) (Surbakti et al. 2017).
Spektrum densitas energi digunakan untuk mengetahui periode fluktuasi
dan nilai densitas energi parameter suhu, salinitas, angin, dan DMI dengan
menggunakan perangkat lunak Statistica 6.0. Spektrum densitas energi suhu dan
salinitas dicari untuk kedalaman 1,5 meter, 25 meter, 50 meter, 75 meter, 125 meter,
150 meter, 200 meter, 250 meter, 300 meter, 500 meter, dan 750 meter. Spektrum
densitas energi salinitas untuk kedalaman 200 meter dan 500 meter tidak dapat
dicari karena data yang ada tidak memungkinkan/ kurang mencukupi dan akurasi
yang rendah (data salinitas kedalaman 500 meter) (Holiludin, 2009).
Arlindo memiliki peran penting dalam sirkulasi massa air dunia karena
merupakan bagian ‘sabuk’ penghubung utama aliran massa air (great conveyor belt)
dari Samudera Pasifik kembali ke tempat asalnya di Samudera Atlantik Utara.
Godfrey (1996) dan Hautala et al. (1996) menyatakan bahwa Arlindo
mempengaruhi banyak fenomena penting, seperti pemanasan aliran keluar Agulhas,
kekuatan sistem angin Leeuwin, Arus Australia Timur, serta air hangat di area
upwelling Indonesia (Siregar et al. 2017).
Temperatur dan salinitas merupakan karakteristik utama untuk
mengidentifikasi massa air di suatu perairan. Profil dari temperatur dan salinitas
ini dipengaruhi oleh monsoon. Perbedaan musim ini mengakibatkan distribusi
temperatur di setiap musimnya menjadi bervariasi. Selain keadaan musim,
banyaknya sungai juga memengaruhi distribusi temperatur dan salinitas perairan
(Saputra dan Johanis, 2016).
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain
akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel
air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas),
maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami
pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini
bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan
kandungan energi panas. Temperature seperti ini kita katakana sebagai temperatur
insitu (Cahyana, 2016).
Perubahan suhu di permukaan laut di wilyah barat Indonesia yang
berbatasan langsung dengan Samudra Hindia berdampak terhadap anomali cuaca
dan curah hujan yang terjadi, yang dikenal dengan fenomena Indian Ocean Dipole
(IOD) yang merupakan fenomena couple antara atmosfer dan laut yang ditandai
dengan perbedaan anomali dua kutub suhu permukaan laut di Samudera Hindia
tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera dan Jawa) dan
Samudera Hindia tropis bagian tengah sampai ke barat (Perairan pantai timur Benua
Afrika) (Holiludin, 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu Penguapan, makin besar
tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya
pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah
kadar garamnya. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah
laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah
hujan yang turun salinitas akan tinggi (Hutabarat, 2001).
Semakin ke atas gerakan arus mulai di pengaruhi oleh faktor lain, yaitu
angin dan pasang surut, sehingga gerakan arus menjadi semakin cepat di permukaan
dan sudah tidak ada lagi hambatan seperti gesekan dasar dan densitas air laut, Hal
ini sesuai pengerakan arus secara vertikal dan horizontal dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti, angin, pasang surut, densitas dan tahanan dasar. Kondisi tersebut
menyebabkan tingginya kecepatan arus permukaan dan arahnya yang lebih tidak
teratur, dinamika arus permukaan ini berpengaruh kepada distribusi zat-zat terlarut
di perairan (Wisha et al. 2016).
Angin berhembus secara horizontal dari timur ke barat saat monsun timur
dan bertiup ke arah sebaliknya saat monsun barat di Laut Jawa. Monsun dapat
dikategorikan sebagai angin musiman secara periodik. Monsun barat laut mencapai
puncaknya pada bulan Desember sampai Februari dan seringkali disertai dengan
hujan dan angin, orang Indonesia biasanya menyebutnya musim hujan, sedangkan
monsun tenggara mencapai puncaknya pada bulan Juni sampai Agustus dan
biasanya dikategorikan sebagai curah hujan rendah, yang biasanya disebut monsun
barat (Siregar et al. 2017).
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan densitas air laut
dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ
dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan
dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas
baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (Persamaan ini
menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan
tekanan dalam dbar. Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi,
densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan
densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional
(Surbakti et al. 2017).
Gerakan secara vertikal pada setiap kedalaman yang mewakili kondisi
pasang dan surut Secara vertikal arus bergerak dipengaruhi oleh banyak faktor,
pada kolom air dekat dasar pergerakan arus tidak terlalu signifikan hal ini
disebabkan oleh adanya gesekan dasar dan juga pengaruh densitas, di dasar gerakan
arus akan di hambat oleh adanya partikel dasar perairan, sehingga kecepatan dan
energi menjadi lemah. Densitas di dasar perairan yang lebih tinggi membuat
gerakan arus menjadi terhambat, arus dekat dasar memiliki kecepatan yang lemah
dan lebih teratur (Wisha et al. 2015).
Massa air adalah suatu volume besar perairan yang mengandung air laut
dengan densitas yang berbeda dengan perairan lain disekitarnya. Karakteristik
massa air sendiri adalah sifat yang yang mencirikan kondisi suatu perairan.
Karakteristik yang dikaji dalam hal ini adalah karakteristik fisik perairan meliputi
suhu, salinitas dan densitas. Pemilihan beberapa parameter fisik yang dilakukan ini
merupakanparameter penting yang digunakan dalam mempelajari kondisi dan sifat-
sifat perairan, sebaran dan pelapisan massa air serta pencampuran massa air di suatu
perairan (Hutabarat, 2001).
Arus Lintas Indonesia (Arlindo) mengontrol sebaran menegak massa air
utama di kawasan timur Indonesia, sedangkan dikawasan barat Indonesia sebaran
parameter oseanografi pada umumnya memiliki keragaman yang sangat kecil
karena percampuran dari angin yang dapat menyentuh dasar perairan, hingga massa
air menjadi homogen. Transpor Arlindo diikuti oleh hembusan angin timur
menimbulkan arus khatulistiwa utara dan selatan yang membawa massa air dari
bagian timur khatulistiwa Pasifik ke bagian baratnya. Karakteristik massa air yang
dibawa arlindo mempengaruhi perimbangan parameter fisik perairan. Arlindo
membawa karakteristik massa air yang unik karena adanya percampuran massa air
dari kedua samudra yang berbeda (Siregar et al. 2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan pratikum ini berlangsung pada hari selasa, tanggal 27
Februari 2018 pada pukul 13.30 WIB - selesai. Bertempat di Laboratorium
Penginderaan Jarak Jauh dan SIG. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.2. Alat dan Bahan


No Alat dan Bahan Fungsi
1 Komputer/Laptop Untuk mengoprasikan software
2 Perangkat lunak ODV Untuk mengolah data
3 Data Bahan yang di pakai

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Sebaran Menegak

Import data terlebih dahulu

Kemudian Klik kanan diluar gambar, pilih Layout Template, pilih 2 Scatter
Windows

Untuk melakukan pengaturan ukuran, klik kanan diluar gambar pilih


Windows Layout

Untuk keterangan pilih Extra, lalu pilih Add Graphics Objects, klik
Symbol set

Pada Symbol Set-Selection, klik BPPT, klik station, klik <<, pilih OK

Simpan gambar dalam format *.JPG

3.3.2 Sebaran Mendatar


Pertama, klik kanan diluar gambar, pilih Layout Templates,
pilih 2 Surface Windows

Untuk melakukan pengaturan sebaran dan interpolasi, klik


kanan lalu pilih Properties

Kemdudian klik Display Style , klik Gridded Field, pilih


Diva Gridding. Pilih OK

Untuk kontur, klik kanan pada gambar, pilih Contour,


kemudian klik OK

Untuk kedalam yang berbeda, klik View, pilih Isosurface


Variabels

Ganti tulisan First menjadi angka kedalaman, pilih Add.


Klik OK

Kemdian klik kanan pada gambar, pilih Z-Variabels

Setelah itu, pilih kedalaman yang telah dibuat

Simpan gambar dalam format *.JPG


DAFTAR PUSTAKA

Cahyana C. 2012. Model Sebaran Panas Air Kanal Pendingin Instalasi Pembangkit
Listrik Ke Badan Air Laut. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pengelolaan Limbah IX ; Serang, 24 April 2012. Serang : Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

Hadikusumah. 2008. Variabilitas Suhu Dan Salinitas Di Perairan Cisadane. Jurnal


Makara. Volume 12 (2) : 82 – 88.

Holiludin. 2009. Variabilitas Suhu Dan Salinitas Di Perairan Barat Sumatera Dan
Hubungannya Dengan Angin Muson Dan IODM (Skripsi). Bogor : Institut
Pertanian Bogor.

Hutabarat S. 2001. Pengaruh Kondisi Oseanografi Terhadap Perubahan Iklim,


Produktivitas dan Distribusi Biota Laut (Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Oseanografi). Semarang : Universitas Diponegoro.

Saputra FRT dan Johannis DL. 2016. Dinamika massa air Di Teluk Ambon. Jurnal
Widyariset. Volume 2 (2) : 143 – 152.

Siregar SN, Lintang PS, Noir PP, Widodo SP, Mega LS. 2017. Pertukaran massa
air di Laut Jawa terhadap periodisitas monsun dan Arlindo pada tahun 2015.
Jurnal Ilmu – Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. Volume 6 (1) : 44 – 59.

Surbakti dkk. 2017. Modul Praktikum Hidrooseanografi. Indralaya : Universitas


Sriwijaya.

Wisha dkk. 2015. Hidrodinamika Perairan Teluk Banten Pada Musim Peralihan
(Agustus–September). Jurnal Ilmu Kelautan. Volume 20(2) : 101 – 112.

Wisha dkk. 2016. Distribusi Spasial Suhu Permukaan Laut Di Perairan Sumatera
Barat Dikaitkan Dengan Kejadian Indian Ocean Dipole (Iod) Pada Musim
Peralihan (Agustus-Oktober). Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 ;
Madura, 27 Juli 2016. Madura : Universitas Trunojoyo.

Anda mungkin juga menyukai