Anda di halaman 1dari 10

KOMODITAS EKSPLORASI BIOLOGI LAUT DAN PEMANFAATANNYA

Oleh : Ashil Falih Kes Foh Al Ghozali


Billiyan Mochammad Rizaldi

A. Definisi
 Komoditas : bahan mentah yang dapat digolongkan menurut
mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional,
misalnya gandum, karet, kopi.1
 Eksplorasi : penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-
sumber alam yang terdapat di tempat itu.1
 Biologi laut : Ilmu yang mempelajari makhluk hidup laut dan
lingkungannya serta hubungan antar keduanya.
B. Latar Belakang
Sekitar 70% lebih luasan bumi diselimuti oleh lautan. Indonesia
merupakan salah satu negara maritim dengan jumlah kepulauan yang
mencapai 13.466 pulau, tidak heran jika Indonesia merupakan salah satu
negera Kepulauan terbesar di dunia selain. Dengan banyak nya jumlah
pulau dan wilayah perairan yang sangat luas, tentunya Indonesia banyak
sekali menyimpan banyaknya kekayaan alam yang bahkan hanya bisa
ditemukan di Indonesia dan menjadikan kita bangga sebagai masyarakat
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah.2
Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah kepulauan
terbesar di dunia dengan luas 1904 km2. Tidak heran jika Indonesia
menyumbang 10% komoditas perikanan dunia, apalagi ditambah dengan
letak indonesia yang berada pada kawasan coral triangle. Sehingga
sekitar 76% karang dunia dimiliki oleh Indonesia. Sebaran flora maupun
fauna di laut Indonesia sangatlah beragam sehingga potensi untuk
dimanfaatkannya sangat besar.2
C. Jenis-jenis Eksplorasi Biologi Laut
1. Mangrove
2. Terumbu Karang
3. Lamun
4. Rumput Laut
5. Sumber Daya Perikanan
6. Bahan Bioaktif

1
KBBI
2
Diolah dari data BPS,UNPD,FAO
1. Mangrove

Mangrove adalah jenis tanaman tropis dari genus Rhizophora.


Memiliki akar tunjang yang tumbuh menyembul dari batang bawah. Akar
tersebut berfungsi untuk memperkokoh cengkeraman pohon agar tidak
rebah dan juga sebagai alat pernapasan. Hutan mangrove di Indonesia
sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan
hutan dan 4,8 juta hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan
mangrove di dalam kawasan hutan sekitar 1,7 juta hektar atau 44,73
persen dan kerusakan di luar kawasan hutan 4,2 juta hektar atau 87,50
persen.3
Antara tahun 1982-1993 telah terjadi pengurangan hutan
mangrove seluas 513.670 ha atau 46.697 ha per tahunnya. Ekosistem
hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies
tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies
parasitik. 3
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan
yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Secara ekologis, hutan man-
grove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat
pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi,
amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air
laut dan lain sebagainya. 4
Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu, daun-
daunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya. Tidak kurang dari
70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia telah
diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" seperti bahan bakar kayu,
bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku
kertas, makanan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak
langsung" seperti tempat rekreasi, dan bahan makanan (DAHURI et al,
1996). Kegunaan tersebut secara tradisional telah dimanfaatkan oleh
masyarakat pesisir di Indonesia. Potensi lain dari hutan mangrove yang

3
Gunawan, H dan C. Anwar. 2005. Analisis Keberhasilan Rehabilitasi Mangrove di Pantai Utara Jawa
Tengah. Info Hutan Vol. II, No.4 : 239-248. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
4
Nontji, A. 1983. Laut Nusantara. Penerbit Jembatan, Jakarta.
belum dikembangkan secara optimal adalah sebagai kawasan wisata
alam (ecoturism).5
2. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh biota


laut penghasil kapur, terutama oleh hewan karang, bersamasama dengan
biota lain yang hidup di dasar laut maupun kolom air. Hewan karang,
yang merupakan penyusun utama terumbu karang, terdiri dari polip dan
skeleton. Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik
yang tinggi, demikian pula keanekaragaman hayatinya.6
A. Tipe-Tipe Terumbu Karang
a. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reef adalah
jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di
pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi
berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan keatas dan kearah luar menuju laut lepas.7
b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reef
merupakan terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh
dai pinggir pantai. Terumbu karang jenis initerletak sekitar 0.52km ke
arah laut lepas dengan kedalaman 75 meter. 7
c. Terumbu karang cincin (atoll)
Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang
berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol
banyak ditemukan pada daerah tropis di samudara atlantik.7
d. Terumbu tambalan (patch reefs)
Terumbu karang ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.7

5
Dahuri, R. et al, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT.
Pramadya Paramita.
6
Darsono,Prapto.1999. PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT
NELAYAN. Jurnal Oseanografi. Vol XXIV No. 4
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang
B. Pemanfaatan
Terumbu karang berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan, tempat asuhan dan
mencari pakan bagi berbagai biota. Terumbu karang juga mempunyai
produk yang bernilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan
karang, udang karang, alga, teripang, dan berbagai jenis keong dan
kerang. Di beberapa tempat di Indonesia, karang batu (hard coral)
dipergunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan
bangunan, bahan baku industri, dan perhiasan. Dalam industri
pembuatan kapur, karang batu sering ditambang sangat intensif seperti
terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam kelestarian pantai.
Sementara itu potensi lestari sumberdaya ikan karang di perairan laut
Indo-nesia diperkirakan sebesar 76.000 /ton/ tahun. belum termasuk
potensi ikan hias sebesar 1,5 milyar ekor, dengan luas total terumbu
2
karang lebih kurang 50.000 km .8
3. Lamun

Dalam Kamus Merriem Webster (2003) lamun atau seagrass


definisikan sebagai: “any of various grass like plants that inhabit coastal
areas”. Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Antophyta) yang
hidup dan terbenam di lingkungan laut berpembuluh, berdaun,
berimpang (rhizome), berakar dan berkembang biak secara generatif
(biji) dan vegetatif (tunas). Kata seagrass sendiri di benua Amerika baru
muncul di tahun 60-an dan di Eropa di tahun 70-an dengan terbitnya
publikasi hasil-hasil penelitian yang menggunakan kata seagrass.
Sebenarnya puluhan bahkan ratusan tahun sebelumnya telah muncul
nama-nama Inggris (common name) dari jenis-jenis lamun yang
disesuaikan dengan bentuk luar (morfologi) atau sebagai makanan dari
binatang tertentu, misal; eelgrass (Zostera marina), turtle/dugonggrass
(Thallassia testudinum), manatee grass (Halodule wrightii), spoongrass
(Halophila spp.)9

8
Suharsono. (1984). Pertumbuhan Karang. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi.
9
Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso,Marindah Yulia Iswari, Kasih
Anggraini, Rahmat.2017. Status Padang Lamun Indonesia 2017. Jakarta : Puslit Oseanografi - LIPI
Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga
dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang
luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari
dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan
berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput
yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah
dan menghasilkan biji. Pertumbuhan padang lamun memerlukan
sirkulasi air yang baik. Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-
zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun,
seperti karbon dioksida (CO2) keluar daerah padang lamun.6

Lamun dapat tumbuh di daerah pesisir dan lingkungan laut


wilayah tropis dan ugahari, kecuali pantai perairan kutub karena banyak
tertutup es. Lamun tumbuh mulai dari mintakat intertidal sampai
kedalaman lebih kurang 90 m. Di perairan Indonesia lamun umumnya
tumbuh di daerah pasang surut dan sekitar pulau-pulau.Tumbuh pada
substrat dengan dasar lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pecahan
karang.10
Jumlah jenis lamun di dunia adalah 60 jenis, yang terdiri atas 2
suku dan 12 marga (Kuo & McComb, 1989). Di perairan Indonesia
terdapat 15 jenis, yang terdiri atas 2 suku dan 7 marga. Jenis lamun yang
dapat dijumpai adalah 12 jenis, yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea
rotundata, C. serrulata, Halophila decipiens, H. ovalis, H. minor, H. spinulosa,
Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia
hemprichii, dan Thalassodendron ciliatum. Tiga jenis lainnya, yaitu
Halophila sulawesii merupakan jenis lamun baru yang ditemukan oleh
Kuo (2007), Halophila becarii yang ditemukan herbariumnya tanpa
keterangan yang jelas, dan Ruppia maritima yang dijumpai koleksi
herbariumnya dari Ancol-Jakarta dan Pasir Putih-Jawa Timur.9
 Pemanfaatan lamun
Fungsi dan manfaat padang lamun di ekosistem perairan dangkal
adalah sebagai produsen primer, habitat biota, stabilisator dasar perairan,
penangkap sedimen dan pendaur hara.9 Berikut penjelasan lebih lanjut
dari peran-peran tersebut:
a) Sebagai Produsen Primer
Sebagai tumbuhan autotrofik, lamun mengikat karbondioksida
(CO2) dan mengubahnya menjadi energi yang sebagian besar
memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung

10
Duarte CM. 1991. Seagrass Depht Limits. Aquatic Botany 40: 363-377.
oleh herbivora maupun melalui dekomposisi sebagai serasah.
Produktivitas primer padang lamun relatif tinggi di pesisir.
b) Sebagai habitat biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel
berbagai macam organisme. Selain itu, padang lamun dapat juga
berfungsi sebagai daerah asuhan, padang penggembalaan dan
makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang.
Sejumlah jenis biota tergantung pada padang lamun, walaupun
mereka tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri.
Banyak dari organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap
keragaman pada komunitas lamun. Lamun juga penting bagi
beberapa biota terancam punah (endangered species) seperti
dugong dan penyu karena mereka memanfaatkan lamun sebagai
makanan utamanya.
c) Sebagai Penangkap Sedimen Serta Penahan Arus dan Gelombang
Daun lamun yang lebat akan memperlambat aliran air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya
menjadi tenang. Di samping itu, rimpang dan akar lamun dapat
menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan
menstabilkan dasar permukaan. Daun lamun yang berfungsi
sebagai penangkap sedimen serta penahan arus dan gelombang
yang berperan dalam mencegah erosi pantai.
d) Sebagai Pendaur Zat Hara
Lamun memegang fungsi yang utama dalam daur berbagai zat
hara dan elemen-elemen langka (mikro nutrien) di lingkungan
laut. Fosfat yang diambil oleh daun-daun lamun dapat bergerak
sepanjang helai daun dan masuk ke dalam algae epifitik. Akar
lamun dapat menyerap fosfat yang keluar dari daun yang
membusuk yang terdapat pada celah-celah sedimen. Zat hara
tersebut secara potensial dapat digunakan oleh epifit apabila
mereka berada dalam medium yang miskin fosfat.
4. Rumput Laut

Rumput laut merupakan makro algae yang termasuk dalam divisi


Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh
yang terdiri dari batang/thalus dan tidak memiliki daun serta akar. Jenis
rumput laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah
Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum dan Tubrinaria.
Kualitas baik yang dimiliki oleh rumput laut tersebut, selain
pembudidayaannya dilakukan dengan cara yang baik dan benar, iklim
dan geografis (sinar matahari, arus, tekanan dan kualitas air serta kadar
garam) sesuai dengan kebutuhan biologis dan pertumbuhan rumput laut.
Sebab, rumput laut mampu menyerap sinar matahari dan nutrisi air laut
secara optimal dan menghasilkan rumput laut yang kaya akan poliskarida
(agar-agar & lemak), phaeophyceae (alginat), chlorophyceae (kanji &
lemak).11
Rumput laut memiliki multi manfaat karena mengandung sumber
keraginan, agar-agar dan alginate yang cukup tinggi dan cocok digunakan
sebagai bahan baku industri makanan, pelembut rasa, pencegah
kristalisasi es krim dan obat-obatan. Selain itu, rumput laut di Indonesia
juga dapat digunakan sebagai bahan baku benang jahit operasi (sea cut-
gut), dekorasi porselen (pengikat warna dan plasticizer), industri kain
(pengikat warna), industri kertas (lackuer dan penguat serta pelican
kertas), industri fotografi (pengganti gelatin), bahan campuran obat (obat
penyakit: gondok/ basedow, rheumatic, kanker, bronchitis kronis/
emphysema, scrofula, gangguan empedu/ kandung kemih, ginjal, tukak
lambung/ saluran cerna, reduksi kolestrol darah, anti hipertensi,
menurunkan berat badan, anti oksidan), bahan bakar bio fuel dan lain
sebagainya.11

11
Marlena,RA.2013.Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Kemendag Press
5. Sumber Daya Perikanan

Laut memang tidak bisa dilepaskan dari sumber daya ikannya.


Bahkan eksploitasi yang pertama kali dilakukan manusia adalah
perikanan. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka
ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh
dunia. Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan terbesar di
dunia. Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompok-
kelompok: Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea
lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-
ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia laut.
Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan
lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah budidaya
perikanan baik budidaya pantai maupun budidaya laut. Potensi budidaya
pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar diseluruh wilayah
perairan Indonesia dan yang baru dimanfaatkan untuk budidaya ikan
bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis lainnya hanya sekitar
356.308 ha. Dengan demikian peluang pengembangan usaha budidaya
masih terbuka luas. Usaha budidaya mempunyai prospek yang baik
dimasa yang akan datang dalam memajukan taraf hidup para nelayan
disekitar pesisir laut. Beberapa komoditas perikanan saat ini sudah mulai
dikembangkan untuk di budidayakan dan mempunyai prospek baik yaitu
berbagai jenis ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, batu
laga, kerang mutiara, dan teripang.12
Pembangunan perikanan termasuk budidaya laut perlu
ditingkatkan, baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya manusianya
sehingga potensi biota laut dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan
tetap memperhatikan kelestarian daya dukungnya. Pembangunan
perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya industri perikanan yang
mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam pengelolaan,
penangkapan, budidaya laut, pengolahan dan pemasaran hasilnya sesuai
dengan potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan.
Pembangunan perikanan laut bertujuan untuk dapat memanfaatkan

12
Dahuri, R. et al, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT.
Pramadya Paramita.
sumber daya secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya serta
diharapkan dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat nelayan
melalui tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui
pajak pendapatan dan devisa dari ekspor produknya.
Dengan demikian diharapkan pemanfaatan sumber daya hayati
laut akan membuka kesempatan lapangan kerja dan bidang usaha baru.
Pemanfaatan sumber daya laut senantiasa didasarkan pada strategi
berkelanjutan (sus-tainable), dimana pemanfaatan dan
pendayagunaannya harus memperhatikan aspek pelestarian. Upaya
pelestarian dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan sumber daya laut
dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara optimal. Untuk itu
perlu dilakukan pengusahaan yang tepat yang berorientasi pada potensi
lestari sumber kekayaan laut guna mencegah eksploitasi dan eksplorasi
yang berlebihan.13
6. Bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif (Bioactive sub-stances) atau berbagai macam
bahan kimia yang terkandung dalam tubuh biota laut merupakan potensi
yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industri farmasi,
kosmetika, pangan dan industri bioteknologi lainnya. Sejauh ini,
pemanfaatan potensi bahan-bahan bioaktif untuk keperluan industri
terutama bioteknologi masih rendah. Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif
(natural product) dari biota laut praktis belum berkembang, padahal di
negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia, industri
bioteknologi yang mengelola bahan- bahan bioaktif dari laut telah
menjadi salah satu industri andalan.13
Di Hawai, Amerika Serikat, yang hanya memiliki sedikit terumbu
karang, telah berhasil mengembangkan industri pembuatan tulang dan
gigi palsu yang terbuat dari hewan karang. Di Madagaskar, salah satu
jenis biota terumbu karang telah diekstrak zat bioaktifnya untuk industri
obat anti kanker. Indonesia yang memiliki keaneka- ragaman hayati
tinggi mempunyai potensi besar untuk mengembangkan industri
bioteknologi. Hal ini merupakan tantangan untuk diwujudkan untuk
dinikmati hasilnya.

13
Darsono,Prapto.1999. PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT
NELAYAN. Jurnal Oseanografi. Vol XXIV No. 4
Daftar Pustaka
- Dahuri, R. et al, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: PT. Pramadya Paramita.
- Darsono,Prapto.1999. PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA

BAGI MASYARAKAT NELAYAN. Jurnal Oseanografi. Vol XXIV No. 4


- Duarte CM. 1991. Seagrass Depht Limits. Aquatic Botany 40: 363-377.
- Gunawan, H dan C. Anwar. 2005. Analisis Keberhasilan Rehabilitasi Mangrove di
Pantai Utara Jawa Tengah. Info Hutan Vol. II, No.4 : 239-248. Badan Litbang
Kehutanan. Bogor.
- Marlena,RA.2013.Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Kemendag Press
- Nontji, A. 1983. Laut Nusantara. Penerbit Jembatan, Jakarta.
- Suharsono. (1984). Pertumbuhan Karang. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi.
- Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso,Marindah Yulia
Iswari, Kasih Anggraini, Rahmat.2017. Status Padang Lamun Indonesia 2017. Jakarta :
Puslit Oseanografi – LIPI
- https://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang

Anda mungkin juga menyukai