Pencemaran Laut
Dosen Pembimbing
Mauludiyah M.T.
Disusun Oleh
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga-Nya dan kita selaku umat-Nya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih dalam keterbatasan. Untuk itu kami,
mengharapkan saran dan kritik yang membangun, demi perbaikan makalah ini yang akan
datang.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa selalu
meridhoi segala usaha kita. Aamiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
migas dan pelaku transportasi kapal. Untuk mengendalikan pencemaran minyak
diperairan perlu instrumen regulasi (peraturan perundang-undangan) yang di
keluarkan oleh pemerintah sebagai stakeholder pemangku kebijakan. Oleh sebab
itu diperlukan komitmen berbagai stakeholders dalam mengendalikan
pencemaran minyak.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan penanggulangan
tumpahan minyak yang cepat dan tepat adalah pemodelan persebaran dan
konsentrasi tumpahan minyak sehingga nantinya resiko akibat pencemaran
minyak tersebut dapat diminimalisasi. Dengan mengetahui hal tersebut akan dapat
disusun upaya penanggulangan (contingency planning) yang paling efektif dan
efisien, karena telah ada urutan prioritas penanganan pada daerah yang berpotensi
tercemar.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemodelan pencemaran tumpahan minyak
dengan perangkat lunak(software) ?
2. Bagaimana proses terjadinya kebocoran minyak di anjungan Deep Water
Horizon?
3. Bagaimana ADIOS memodelkan kebocoran anjungan minyak Deep Water
Horizon?
4. Bagaimana GNOME memodelkan kebocoran anjungan minyak Deep Water
Horizon?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian pemodelan pencemaran laut menggunakan
perangkat lunak.
2. Untuk menjelaskan terjadinya kebocoran minyak di anjungan Deep Water
Horizon.
3. Untuk menjelaskan hasil pemodelan kebocoran minyak di anjungan Deep
Water Horizon dengan perangkat lunak(software) ADIOS.
4. Untuk menjelaskan hasil pemodelan kebocoran minyak di anjungan Deep
Water Horizon dengan perangkat lunak(software) GNOME.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Deepwater Horizon
3
tersebut, semburan minyak mentah yang mencemari wilayah Teluk Meksiko
terhitung sekitar 5.000 barrel atau 210.000 galon (795.000 liter) per hari (Kompas,
2010).
BP merupakan pengembang sah dari sumur minyak macondo, dimana
peristiwa ledakan tersebut terjadi. Pemerintah AS menyatakan BP sebagai pihak
utama yang harus bertanggung jawab pada peristiwa ini dan membayar seluruh
kerugian yang diakibatkan oleh tumpahan minyak. Kebocoran ini berhasil ditutup
pada tanggal 15 juni 2010, dan pemerintah AS menyatakan usaha tersebut efektif
pada 19 september 2010.
Pemerintah AS juga mengeluarkan estimasi mengenai volume dari tumpahan
minyak di Teluk Meksiko. Pada 15 Juli 2010, Pemerintah AS memperkirakan
sekitar 4,9 juta barrel atau setara dengan 210 juta galon minyak mentah sudah
mencemari wilayah perairan Teluk Meksiko. Sekitar 810 ribu barel diantaranya
berhasil dihancurkan, dan dikumpulkan, sementara sisanya 4,1 juta barrel
mengancam perairan Teluk Meksiko.
2.2 Pemodelan Pencemaran Laut (Tumpahan Minyak)
Seperti diketahui bahwa tumpahan minyak sangat berdampak negatif terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia di sekitarnya terutama pada kawasan yang
sangat sensitif terhadap tumpahan minyak seperti laguna atau daerah yang berada
terpisah oleh pulau dan tertutup dibelakang karang. Oleh karena itu kejadian
tumpahan minyak di laut harus sesegera mungkin ditanggulangi sebelum
menyebar luas dan tidak terkendali dengan tujuan penyelamatan lingkungan dan
perikehidupan manusia. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No.
109 tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di
Laut yang mengamanatkan perlunya penanggulangan tumpahan minyak yang
cepat, tepat dan terukur.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan penanggulangan tumpahan
minyak yang cepat dan tepat adalah pemodelan persebaran dan konsentrasi
tumpahan minyak sehingga nantinya resiko akibat pencemaran minyak tersebut
dapat diminimalisasi. Dengan mengetahui hal tersebut akan dapat disusun upaya
penanggulangan (contingency planning) yang paling efektif dan efisien, karena
4
telah ada urutan prioritas penanganan pada daerah yang berpotensi tercemar.
Prioritas ini akan sangat membantu dalam pengalokasian sumberdaya sesuai
tingkat resiko yang mungkin terjadi. Untuk penyusunan prioritas lokasi
penanganan didasarkan pada pola dan waktu persebaran minyak serta konsentrasi
(ketebalan slick) yang mungkin terjadi di setiap lokasi yang terkena tumpahan
minyak. Proses pergerakan dan penyebaran tumpahan minyak di laut
disimulasikan dengan model matematik lintasan tumpahan minyak dengan
memperhatikan kondisi angin dan arus laut .
Pentingnya pemodelan sendiri berfungsi untuk mengetahui dan mengkaji
dampak yang timbul dengan adanya tumpahan minyak yang terjadi. Hasil kajian
tumpahan minyak juga dilakukan oleh Saepudin dkk (2008) dengan
menggunakan interpretasi citra Modis Surface Reflectane.Komponen minyak
yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut
berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di
dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan- batuan di pantai..
Akibat jangka pendek, molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel
biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut
ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan berbau minyak sehingga
menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan
karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida dan keracunan langsung
oleh bahan berbahaya (Kuncowati, 2010).
2.4 ADIOS
ADIOS(Automated Data Inquiry for Oil Spills) merupakan software pengolah
model distribusi minyak yang dikembangkan oleh NOAA, memiliki sekitar seribu
jenis minyak yang tersimpan pada software ini. Perangkat lunak ini biasa
digunakan untuk menentukan fate dari minyak dalam jangka pendek dan model
pembersihan untuk membantu memperkirakan jumlah waktu minyak tumpah
yang tersisa di lingkungan laut, berikut dengan mengembangkan strategi
pembersihannya.(Samuels et all, 2013).
Pengolahan tumpahan atau kebocoran minyak dengan adios diperlukan
beberapa data input yang harus dimasukkan. Mulai dari data minyak(jenis), data
5
angin dan gelombang, data parameter air, dan data temporal kejadian tumpahan.
Semua data tersebut akan diolah oleh sistem adios sehingga menghasilkan output
berupa gambaran prosentase yang terjadi terhadap minyak yang tumpah. Baik
yang terdispersi, menguap maupun yang masih tersisa di badan air. Sehingga bagi
peneliti berguna untuk tindakan penanganan terhadap tumpahan minyak yang
terjadi..(Samuels et all, 2013).
Dalam perkembangannya ADIOS sudah sampai pada versi terbaru yakni
ADIOS 2 dengan fitur yang lebih lengkap. Dalam proses distribusi minyak
terdapat dispersi,evaporasi, menyebar, sedimentasi dan emulsifikasi. Sedangkan
opsi pembersihan ada dispersan, pembakaran in-situ dan skimming. (Samuels et
all, 2013).
2.4 Data Parameter Fisika dan Kimia
Untuk menghasilkan keluaran(output) pada ADIOS, diperlukan beberapa data
parameter lingkungan laut baik fisik maupun kimia. Menurut NOAA pada waktu
terjadinya ledakan kilang minyak Deep Water Horizon pada Selasa, 20 April 2010
pukul 22.00 waktu setempat diperoleh salinitas sebesar 35 ppm dan suhu 27 ⁰C.
Waktu pemodelan selama 3 hari kebocoran berlangsung dengan nilai minyak yang
bocor 5000 barrel/hari. Kecepatan arus sekitar 4 knot dan tinggi gelombang
bervariasi mulai dari 1 ft sampai 4,5 ft. Data angin kami dapatkan dari
ECMWF(Europe Center for Medium Range Weather Forecast) sebagai berikut:
6
2.6 Hasil Pemodelan dengan ADIOS
Dari hasil pemodelan terlihat bahwa sebagian besar minyak yang tersembur
dari kilang deepwater horizon selama 3 hari masih banyak yang tersisa/tertinggal
di badan air. Hal ini terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor baik fisik maupun
kimia yang terjadi di tempat kejadian. Faktor lain yang menyebabkan masih
banyak minyak yang tertinggal adalah secara geografis kilang deepwater horizon
terletak di daerah teluk(meksiko) yang memiliki sirkulasi tertutup. Sehingga
meskipun yang menguap cukup banyak tetapi yang terdispersi sangatlah kecil.
7
Gambar 4. Grafik prosentase minyak yang tersisa di perairan
8
Gambar 5. Grafik prosentase minyak yang menguap
Minyak yang menguap ditunjukkan pada grafik diatas memiliki nilai positif,
artinya semakin lama semakin bertambah. Pada saat awal terjadi hanya sekitar 3%
minyak yang menguap ke atmosfer, hal ini dapat disebabkan karena waktu
kejadian adalah di malam hari. Seiring berjalannya waktu sampai 3 hari terdapat
23% minyak yang menguap. Jadi selama 3 hari berlangsung, terdapat 3.450 barrel
minyak yang menguap. Peningkatan tersebut tidak lepas dari faktor intensitas
cahaya dan letak geografis. Di daerah teluk sirkulasi sangat terbatas sehingga
cahaya matahari dapat dengan mudah membuat minyak di laut menguap.
9
Gambar 6. Grafik prosentase minyak yang terdispersi
Nilai dispersi pada minyak sangatlah kecil meskipun memiliki grafik positif,
rentang nilainya antara 0-0,18 persen. Dari total 15.000 barrel yang bocor hanya
27 barrel yang terdispersi di lautan. Hal ini mengakibatkan masih banyak sekali
minyak yang tersisa di laut. Mungkin faktor yang berpengaruh adalah parameter
fisik maupun kimia seperti angin dan arus. Wilayah teluk yang terbatas juga bisa
menyebabkan sedikitnya minyak yang terdispersi.
10
minyak yang dipengaruhi oleh angin, arus, pasang surut dan sebaran tumpahan
minyak. Gnome dikembangkan oleh Hazardous materials Response Devision
(HAZMAT). Fungsi GNOME secara luas yaitu untuk memprediksikan pengaruh
angin, arus, dan proses pergesrakan lain di laut terhadap tumpahan minyak di laut.
GNOME juga digunakan untuk memprediksi ketidakpastian dari sebaran
tumpahan minyak dan kondisi minyak yang dipengaruhi oleh cuaca di sekitar
tumpahan minyak
Model sebaran tumpahan minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni arus,
angin, dan difusi minyak. Deepwater Horizon merupakan pengeboran minyak
lepas pantai yang terletak di teluk Meksiko yang terletak pada koordinat
28.736667°N 88.386944°W, 80 km jauhnya dari tepi pantai Lousiana, AS. Kilang
minyak ini meledak pada tanggal 20 April 2010 yang menyebabkan terjadinya
semburan minyak mentah yang mencemari wilayah Teluk Meksiko terhitung
sekitar 5.000 barrel atau 210.000 galon (795.000 liter) per hari. Namun petugas
mengatakan tumpahan minyak itu akan memakan waktu paling sedikit tiga hari
untuk sampai ke darat (tempo.co).
11
Dari hasil pemodelan tumpahan minyak terlihat bahwa pergerakan minyak
yang mulai medekati garis pantai dalam waktu 4 hari. Penyebaran minyak yang
semakin medekat dari titik tumpahan disebabkan oleh pergerakan arus dan angin.
Dalam 2 hari minyak mulai mendekati pantai pada solusi minimum( titik merah).
Solusi minimum digunakan untuk mengantisipasi wilayah yang akan terkena
dampak tumpahan minyak. Pada hari ke tiga solusi Best guest(titik hitam) telah
sampai pada garis pantai. Luas minyak yang ada di perairan semakin bertambah
luas yang dikarenakan adanya proses difusi minyak dan penyebaran oleh faktor
fisik seperti arus dan angin.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebocoran minyak yang terjadi di anjungan deep water horizon setelah
dimodelkan dengan software adios selama 3 hari terdapat 76% minyak yang
masih tersisa di lautan atau sebanyak 11.400 barrel. Yang menguap(evaporasi)
sebanyak 3.450 barrel atau sekitar 23% dan 0,18 % minyak yang terdispersi ke
lautan atau sebanyak 27 barrel. Sedangkan pemodelan dengan GNOME
pergerakan tumpahan minyak memakan waktu 3-4 hari untuk sampai ke darat.
Luas minyak yang ada di perairan semakin bertambah luas yang dikarenakan
adanya proses difusi minyak dan penyebaran oleh faktor fisik seperti arus dan
angin.
13
Daftar Pustaka
14