Taman Nasional adalah sebuah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menumpang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Saat ini di wilayah Sumatera terdapat sebanyak 12 Taman Nasional yang aktif dan operasional.
1.2 Taman Nasional Batang Gadis
Taman Nasional Batang Gadis merupakan salah satu Taman Nasional berada di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Nama Batang Gadis diperoleh dari nama sungai yang melintasi Taman Nasional yang bernama Sungai Gadis, di mana batang merupakan bahasa lokal yang artinya sungai. Taman Nasional (TN) Batang Gadis berada pada Pegunungan Bukit Barisan Sumatera bagian utara. Secara administratif berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Propinsi Sumatera Utara yang meliputi 10 wilayah kecamatan dan bersinggungan dengan 32 desa. Dua (2) desa diantaranya berada di dalam kawasan, yaitu : Desa Aek Nabara dan Desa Hatupangan. Secara geografis, TN Batang Gadis terletak diantara 99° 12’ 45” sampai dengan 99° 47’ 10” Bujur Timur dan 0° 27’ 15” sampai dengan 1° 01’ 57” Lintang Utara. TN Batang Gadis memiliki luas ± 72.803,75hektar dan terletak pada kisaran ketinggian 300 sampai 2.145 meter di atas permukaan laut dengan titik tertingginya di puncak gunung berapi Sorik Merapi. TNBG merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis. DAS ini mempunyai luas 386.455 ha atau 58,8% dari Luas Kabupaten Mandailing Natal dan sangat penting artinya sebagai penyedia air yang teratur untuk mendukung kelangsungan hidup dan kegiatan perekonomian utama masyarakat yaitu pertanian. Keadaan topografi kawasan hutan Taman Nasional berupa perbukitan sampai pegunungan (dolok – dolok) yang memiliki ketinggian bervariasi, dengan kemiringan rata – rata lebih dari 40 %. Ketinggian lokasi dari permukaan air laut berkisar antara 300 m – ± 2.145 m puncak tertinggi berada pada puncak gunung Sorik Merapi. Kombinasi curah hujan yang tinggi, dominasi kemiringan lereng > 50 %, kondisi topografi yang umumnya perbukitan dan pegunungan, terletak di daerah vulkanis aktif sehingga membawa kondisi geologis yang labil. Hidrologi di kawasan Taman Nasional Batang Gadis dicirikan oleh sungai terpanjang yaitu Sungai Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal dari hulu Pakantan Muara Sipongi melewati Kotanopan, Panyabungan, Siabu dan bermuara di Muara Batang Gadis,yang juga merupakan bagian dari Taman Nasional Batang Gadis. Sungai Batang Gadis berkontribusi banyak bagi perekonomian masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai irigasi, pemeliharaan ikan, dan kebutuhan sehari-hari. 1.3 Taman Nasional Zamrud Taman Nasional Zamrud merupakan salah satu taman nasional yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Riau. Penamaan kawasan ini diambil dari nama lokasinya, yaitu Desa Zamrud. Disini, keindahan pesona alam yang ditampakkan juga ibarat batu zamrud.Keunikan dari taman nasional ini yaitu ekosistem pembentukannya berupa rawa gambut yang merupakan ekosistem khas dan cukup langka. Berbagai jenis flora dan fauna pun dapat dijumpai dengan berbagai keunikannya, mulai dari jenis endemik hingga langka. Taman Nasional Zamrud berlokasi di Kecamatan Siak Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang sebelumnya merupakan kawasan konsensi Caltex Pacific Indonesia (CPI). Kondisi topografi dari taman nasional ini yaitu datar, bergelombang, dan landai. Terdapat dua Daerah Aliran Sungai yang mengalir di kawasan taman nasional ini, yaitu DAS Kampar dan DAS Siak. Kedua daerah aliran sungai tersebut merupakan DAS utama di Propinsi Riau. Taman Nasional Zamrud mempuyai ekosistem yang unik, yakni hutan rawa gambut. Ekosistem ini disebut unik karena hanya dijumpai di kawasan tertentu dan terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Selain itu, rawa gambut juga memiliki kecenderungan mudah terbakar, sehingga harus dikelola dengan baik. Metode pengelolaan kawasan ini menerapkan sistem zonasi sesuai dengan tujuan dari areal tersebut. Misalnya untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, dan pariwisata. Terdapat ena zona yaitu zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, zona tradisional, zona rehabilitasi, dan zona khusus. Beberapa flora yang tumbuh di Taman Nasional Zamrud adalah pohon ramin (Gonystylus bancanus), jangkang (Xylopia malayana), durian burung (Durio carinatus), kolakok (Melanorrhoea), bengku (Ganua motleyana), berbagai jenis pisang (Gonithalamus sp.), dan juga spesies dari genus Dipterocapaceae atau jenis meranti. Terdapat bermacam-macam satwa yang hidup di Taman Nasional Zamrud, mulai dari jenis hewan endemik, liar, sampai yang dilindungi. Beberapa spesies fauna yang dilindungi yaitu harimau Sumatra (Panthera tigris-sumatrensis), harimau dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus), serta napu (Tragulus napu).
1.4 Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada umumnya kondisi topografi di dalam Kawasan Taman Nasional Way Kambas relatif datar sampai dengan sedikit bergelombang dibagian barat kawasan, dengan ketinggian 0 – 50 m dpl. Lokasi yang mempunyai ketinggian 50 meter diatas permukaan laut adalah sekitar kecamatan Purbolinggo. Pada bagian timur kawasan merupakan daerah lembah yang terpotong oleh sungai-sungai yang menyebabkan terbentuknya topografi bergelombang. Tanah. Taman nasional way kambas Berada pada ketinggian antara 0—50 m dpl dengan topografi datar sampai dengan landai, kawasan ini mempunyai 4 (empat) tipe ekosistem utama yaitu, ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem hutan rawa, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai. Penciri utama dari keberadaan ekosistem tersebut ditandai dengan formasi vegetasinya. Selain itu terdapat juga tipe-tipe ekosistem peralihan seperti ekosistem riparian. Ekosistem tersebut terbentuk dikarenakan terjadinya perubahan dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Sebagai contoh adalah formasi vegetasi dari daerah darat ke air.
1.5 Taman Nasional Siberut
Taman Nasional Siberut merupakan salah satu taman nasional yang berada di Sumatera. Sebagai salah satu cagar biosfer yang ada di Indonesia, kondisi alam kawasan ini masih sangat alami dan asri sehingga berbagai jenis flora dan fauna membentuk habitat di taman nasional ini. Secara administratif kawasan Taman Nasional Siberut terletak di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Pulau Siberut merupakan pulau terbesar dan berada paling ujung dari Kepulauan Mentawai, tepatnya 150 km dari Sumatera yang terpisah sejak 500.000 juta tahun lalu. Sedangkan secara geografis TN Siberut berada di 01°05’ – 01° 05’ Lintang Selatan dan 98° 36’ – 99° 03’ Bujur Timur. Kondisi topografi taman nasional cukup beragam mulai dari datar, bergelombang, sampai dengan berbukit- bukit. Beberapa area juga merupakan lereng dan lembah. Total luas TN Siberut dan Kepulauan Menatawai adalah 400.000 hektar. Iklim di TN Siberut adalah iklim khatulistiwa yang panas dan lembab. Meskipun begitu, curah hujannya tergolong tinggi dan musim kemarau berlangsung dalam waktu yang relatif singkat dengan curah hujan rata-rata 3.320 mm per tahun. Suhu rata-rata berada pada kisaran 22° – 31° Celcius serta kelembaban relatif konstan antara 91 sampai 95. Ada lebih dari 896 spesies tumbuhan berkayu di Taman Nasional Siberut. Beberapa diantaranya adalah kelompok herba, semak belukar, ephypit, dan liana. Persebaran jenis flora tersebut juga mengikuti tipe ekosistem dari Taman Nasional Siberut. Beberapa diantaranya adalah spesies dari famili Euphorbiaceae, Myristicaceae, Dilleniaceae, Dipterocarpaceae, dan Fabaceae. Ada juga Terminalia phellocarpa, aneka jenis palem, bulu rotan (10 spesies Calamus, seperti Calamus manan dan Calamus scipionum, 3 spesies Daemonorops, dan 2 spesies Korthalsia), dan aroid. Terdapat 31 spesies mamalia yang hidup di Taman Nasional Siberut dengan empat jenis merupakan primata endemik dan terancam punah seperti siamang Mentawai (Hylobates klossii), lutung (Presbytis potenziani), monyet Mentawai (Simias concolor), dan beruk (Macaca pagensis).
1.6 Taman Nasional Gunung Maras
Taman Nasional Gunung Maras merupakan salah satu wilayah konservasi yang berada di Pulau Bangka. Kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 2016 melalui Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kawasan TN Gunung Maras berada di Kabupaten Bangka, tepatnya pada Desa Berbura, Kecamatan Riau Silip dan Desa Dalil, Kecamatan Bekam. Sebelumnya, kawasan ini merupakan wilayah hutan konservasi dengan luas 16.806,91 hektar dan berada di Gunung Maras yang merupakan satu-satunya gunung yang dapat dijumpai di Pulau Bangka. Meskipun sebelumnya kurang mendapat perhatian dan status taman nasionalnya baru diperoleh, kawasan Gunung Maras ternyata menyimpan banyak sekali panorama alam. Panorama tersebut membentuk bentangan alam dan menjadi destinasi wisata yang menjanjikan bagi pengunjung taman nasional. Cukup banyak obyek wisata yang dapat dijadikan tujuan di Taman Nasional Gunung Maras. Sebab, kawasan ini memang telah terkenal dengan keindahan alamnya seperti perbukitan, sungai, sampai dengan air terjun yang jumlahnya cukup banyak. Bukit Idat merupakan salah satu tujuan wisata yang diminati oleh pengunjung Taman Nasional Gunung Maras. Akses menuju bukit yang puncaknya berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak dari Kantor Desa Dalil. Selain Air Terjun Bukit Idat, satu lagi air terjun yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Maras dan cukup terkenal di kalangan pengunjung. Air terjun tersebut tidak lain adalah Air Terjun Dalil yang berlokasi di Desa Rambang, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
1.7 Taman Nasional Bukit Dua Belas
Taman Nasional Bukit Dua Belas adalah salah satu taman nasional di Pulau Sumatera yang biasa disebut sebagai TNBD. Kawasan seluas 54.780,41 hektar ini termasuk ke dalam taman nasional dengan ukuran yang relatif sempit dibandingkan yang lainnya. Secara geografis Taman Nasional Bukit Dua Belas terletak pada koordinat 1°44’ – 1°58’ Lintang Selatan dan 102°29’ – 102°49’ Bujur Timur. Sedangkan letak administratifnya berada di Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Bungo Tebo, dan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Diketahui ada lebih dari 120 jenis tumbuhan yang tumbuh di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Flora tersebut bervariasai mulai dari jenis kayu-kayuan sampai dengan tumbuhan obat seperti cendawan. Beberapa diantara spesies tersebut adalah pohon ulin (Eusideroxylon zwageri), pohon menggeris (Koompassia excelsa) dengan ketinggian tumbuh mencapai 80 meter, jelutung (Dyera costulata) yang diameternya tumbuh hingga 2 meter, serta jerenang (Daemonorops draco. Banyak sekali spesies satwa langka yang hidup di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), kancil (Tragulus javanicus-kanchil), beruk (Macaca nemestrina), beruang madu (Helarctos malayanus), siamang (Hylobates syndactylus), dan juga macan dahan (Neofelis nebulosa).
1.8 Taman Nasional Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser (biasa disingkat TNGL) adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektare yang secara administrasi pemerintahan terletak di Provinsi Aceh dan Sumatra Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi wilayah Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatra Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo, dan Langkat. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi di Pulau Sumatera. Tipe ekosistemnya beragam dari ekosistem pantai hingga ekosistem pegunungan sub alpine, dengan puncak tertinggi pada ketinggian 3.404 mdpl. TNGL merupakan satu-satunya area di dunia yang menjadi tempat hidup dari 4 spesies penting. Spesies tersebut yakni, Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Terdapat 350 spesies burung di kawasan TNGL. Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies mamalia besar dan kecil di Sumatera tercatat menempati kawasan TNGL. Berdasarkan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan unik tersebut, kawasan TNGL ditetapkan sebagai Natural World Heritage Site (situs warisan alam dunia), cagar biosfer, serta ASEAN Heritage Park (Taman Warisan ASEAN). Sebagian besar kawasan TNGL berada di wilayah pegunungan yang berbukit dan bergelombang, dengan 33 bukit atau gunung, dan 80% wilayahnya memiliki kemiringan di atas 40%. Sebagian kecil saja areal yang berupa dataran rendah dan tidak begitu luas yaitu di wilayah Sekundur dan Langkat. Sedangkan ketinggian kawasan 3404 mdpl.
1.9 Taman Nasional Tesso Nilo
Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Di dalamnya terdapat sedikitnya 360 jenis flora, 107 jenis burung, 50 jenis ikan, 23 jenis mamalia, 18 jenis amfibi, 15 jenis reptil dan 3 jenis primata. Ekosistemnya termasuk hutan hujan tropika yang menjadi kawasan perlindungan gajah berjumlah 60-80 ekor gajah. Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan hutan hujan tropika daratan rendah. Di Pulau Sumatera, Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu hutan dataran rendah yang masih tersisa. Taman Nasional Tesso Nilo ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu kawasan perlindungan hutan. Di dalamnya terdapat banyak ekosistem. Fauna yang hidup di dalamnya antara lain harimau sumatera, gajah sumatera dan rusa. Flora yang ada di tumbuh di dalam Taman Nasional Tesso Nilo juga beragam. Terdapat sedikitnya 360 jenis yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku. Tanaman pohon ada 215 jenis dan tanaman anak pohon sebanayk 305 jenis. Di dalamnya juga ada 218 jenis tumbuhan vaskular di petak lahan seluas 200 m2. Vegetasi tumbuhan menutupi 90% dari luar kawasan. Beberapa jenis tumbuhan tumbuh sudah terancam punah dan masuk dalam data Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Jenisnya antara lain kayu batu, kempas, jelutung, kulim, tembesu, gaharu, ramin, keranji, meranti, keruing, dan durian. Taman Nasional Tesso Nilo dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Kegiatan ekowisata terbagi menjadi tiga yaitu pengenalan terhadap flora dan fauna, pengetahuan dan budaya masyarakat tradisional dan pendidikan lingkungan. Pemanfaatan sebagai ekowisata bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo. Kegiatan yang diberi izin adalah berjalan di hutan, penggunaan gajah latih, berkemah dan bersepeda. Konsep ekowisatanya adalah menggabungkan wisata pemandangan alam dan pengamatan terhadap flora dan dauna. Di dalam taman Nasional Tesso Nilo terdapat 9 trek ekowisata. Kesemuanya itu adalah trek patroli gajah, sungai, jelajah hutan I dan jelajah hutan II, serta trek sepeda dan kano. 1.10 Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (juga disebut Bukit Tigapuluh) adalah taman nasional yang terletak di Sumatra, Indonesia. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh terletak pada lintas provinsi dan kabupaten, yaitu di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir di provinsi Riau, dan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat di provinsi Jambi. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh memiliki topografi dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah. Iklim di sekitarnya selalu basah, tanah kering dan ketinggian dibawah 1.000 mdpl. Penyebaran vegetasi di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh termasuk dalam zona vegetasi Indonesia bagian barat. Pohon-pohon yang tumbuh sebagian besar merupakan Diterocarpaceae. Tipe ekosistemnya terbagi lagi berdasarkan perbedaan struktur tegakan, komposisi jenis dan fisiognomi. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh mempunyai hutan primer, hutan terganggu dan hutan sekunder. Hutan primer masih alami dan belum pernah mengalami kegiatan penebangan kayu. Sebagian besar flora termasuk dalam jenis meranti. Sedangkan hutan terganggu merupakan kawasan hutan alam yang telah mengalami penebangan kayu. Di hutan terganggu, flora yang tumbuh adalah Euphorbiaceae. Pada hutan sekunder hanya tumbuh belukar di sekitar peladangan musiman. Flora yang tumbuh di hutan sekunder hanya dari jenis pioner. Selain itu, ada pula kebun karet yang dimiliki oleh masyarakat yang menanam jenis tanaman utama berupa karet
1.11 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan perwakilan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang terdiri dari tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan pamah tropika sampai pegunungan di Sumatera. Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut antara lain pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), cempaka (Michelia champaka), meranti (Shorea sp.), mersawa (Anisoptera curtisii), ramin (Gonystylus bancanus), keruing (Dipterocarpus sp.), damar (Agathis sp.), rotan (Calamus sp.), dan bunga raflesia (Rafflesia arnoldi).Tumbuhan yang menjadi ciri khas taman nasional ini adalah bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum). Tinggi bunga bangkai jangkung dapat mencapai lebih dari 2 meter. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan habitat beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus javanicus kanchil), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). 1.12 Taman Nasional Berbak Sembilang Taman Nasional Sembilang adalah taman nasional yang terletak di Kabupaten Banyuasin, pesisir Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Taman ini memiliki luas sebesar 2.051 km². Taman Nasional Sembilang merupakan habitat bagi harimau Sumatra, gajah Asia, tapir Asia, siamang, kucing emas, rusa Sambar, buaya muara, ikan Sembilang, penyu air tawar raksasa, lumba-lumba air tawar, dan berbagai spesies burung.[2] Taman Nasional Sembilang terdiri dari hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan hutan riparian. Taman ini dianggap memiliki komunitas burung pantai paling kompleks di dunia, dengan 213 spesies tercatat, dan mendukung koloni perkembangbiakan bangau bluwok terbesar di dunia. Dari Palembang ke Taman Nasional Sembilang membutuhkan satu jam perjalanan ditambah satu setengah jam dengan perahu dan kemudian satu jam perjalanan darat. Lokasi menarik/tempat menarik yang ada di taman ini adalah Semenanjung Banyuasin, Sembilang, Benawan Bay, Teluk Sekanak, Pulau Betet: menjelajahi sungai dan hutan mangrove dengan perahu, memancing, dan menonton hewan seperti burung migran dari Siberia dan atraksi dolphins. Cultural air tawar di luar Taman Festival Krakatau termasuk setiap Juli di Bandar Lampung dan Festival Danau Ranau pada bulan Desember di Oku, Sumatra Selatan.