Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resort PTN Cisarua merupakan salah satu dari 13 Resort PTN di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai ujung tombak dalam pengawasan, pengamanan dan pemanfaatan sesuai
fungsi dan kewenangannya. Luas wilayah kerja Resort PTN Cisarua adalah
2.651,4 Ha, dengan kondisi alam yang unik dengan kontur yang berjari dari
pembentukan aliran lava vulkanik ribuan tahun yang lalu, sehingga terbentuk
beberapa sungai dan anak sungai (sungai Cimisblung, Cibogo, Cicapit, Cirembes,
Cisarua dan Cisukabirus) DAS Ciliwung, dengan ekosistem keanekaragaman
hayatinya cukup beragam baik flora maupun faunanyasehingga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, pengembangan budidaya,
rekreasi dan wisata alam.

Secara administratif Resort PTN Cisarua berada di Desa Sukagalih


Kecamatan Megameundung Kabupaten Bogor. Dengan wilayah kerja meliputi
beberapa desa yang berada dalam 2 (dua)wilayah kecamatan (Megamendung
dan Cisarua ) yang terdiri dari : 11 (sebelas) desa penyangga, 6 (enam) desa
berbatasan langsung dengan kawasan TN dan 5 (lima) desa memiliki jarak kurang
dari 4 km dari kawasan TN.

Potensi keanekaragaman hayati yang ada di Resort PTN Cisarua


meliputi potensi flora, potensi fauna dan potensi ekosistem. Beberapa jenis flora
yang dapat dijumpai di kawasan hutan Resort PTN Cisarua diantaranya :
saninten,jamuju, huru-huruan, kantung semar, paku-pakuan, bambu-bambuan
dan beberapa jenis tanaman herba. Sedangkan potensi faunanya adalah surili
jawa (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul jawa
(Panthera pardus melas), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi (Sus
scrofa), elang jawa (Nisaetus bartelsi), elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan
elar ular bido (Spilornis cheela). Potensi ekosistem yang terdapat di Resort PTN
Cisarua adalah ekosistem sungai dan ekosistem air terjun.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan kondisi sosial ekonomi


masyarakat yang rendah dapat menimbulkan permasalahan terhadap upaya-

1
upaya pelestarian taman nasional. Beberapa permasalahan yang sering muncul
antara lain: pencurian kayu, pencurian hasil hutan lainnya (kayu bakar, bambu,
buah, rotan, pakis), pemburuan liar dan penggarapan lahan, terutama pada lokasi
bekasareal PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) Perum Perhutani.

Untuk memperinci data dan informasi yang terdapat dalam pengelolaan


Resort PTN Cisarua, maka perlu penyajian dan pemaparan data dan informasi
sebagaimana dimaksud dalam bentuk Profil Resort PTN Cisarua.

B. Maksud dan Tujuan


Profil Resort PTN Cisarua ini disusun dengan maksud untuk
menyediakan data dan informasi yang lebih baru mengenai potensi dan
pengelolaan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan serta gangguan
keamanan kawasan serta pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), khususnya Resort PTN Cisarua.
Sedangkan tujuannya adalah tersedianya data dan informasi yang berkaitan
dengan potensi dan pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
pengelolaan secara struktural.

C. Ruang Lingkup

2
II. KEADAAN UMUM RESORT PTN CISARUA

A. Fisik
1. Letak dan Luas
Luas kawasan hutan pada wilayah kerja Resort PTN Cisarua adalah
±2.351,76 hektar. Secara administratif Resort PTN Cisarua berada di wilayah
administratif Desa Sukagalih Kecamatan MegamendungKabupaten Bogor,
dengan luaswilayah kerja sekitar 2.651,4 ha, meliputi 2 (dua) Kecamatan
(Megamendung dan Cisarua), 6 (enam) desa penyangga (Sukaresmi, Sukagalih,
Kuta, Citeko, Cibeureum dan Tugu Selatan). Secara geografis, wilayah kerja
Resort PTN Cisarua memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Resort Mandalawangi
- Sebelah selatan berbatasan dengan Resort PTN Tapos
- Sebelah timur dengan gunung Pangrango
- Sebelah barat berbatasan dengan perkebunan teh dan lahan Hak Guna Usaha
(HGU) PTPN VIII Gunung Mas serta lahan milik

2. Aksesbilitas
Aksesibilitas Resort PTN Cisarua sangat mudah dijangkau karena
berada tepat pada alur jalan Cikopo Selatan Desa Sukagalih, dapat ditempuh satu
jam perjalanan dari pusat Kota Bogor, dua jam perjalanan dari pusat Kota Jakarta
dan empat jam perjalanan dari pusat Kota Bandung, Jarak dari pusat Kota Bogor
empat puluh kilo meter, delapan puluh kilo meter dari pusat Kota Jakarta dan
seratus dua puluh enam kilo meter dari pusat Kota Bandung.

3. Topografi
Keadaan topografi kawasan Resort PTN Cisarua bervariasi dari landai
sampai dengan dataran tinggi dan berbukit sehingga dikenal dengan kontur yang
berjari atau curam, berbukit dengan kelerengan mencapai 45̊ - 75̊, sehingga
membentuk jurang yang curam dengan ketinggian rata-rata berkisar 40-70%.
Kawasan ini berada pada ketinggian berkisar 700-3.282 mdpl. Selain itu Resort
PTN Cisarua memiliki kawasan hutan yang terpisah yaitu blok Babakan Tonggoh
(petak 15) seluas 5 ha, Blok Kuta (42 ha), blok Cicapit (petak 16) dan blok Cibogo
(petak 17), kawasan terpisah tersebut merupakan kawasan perluasan dari hutan

3
produksi Perum Perhutani yang dialihfungsikan dan ditunjuk pemerintah menjadi
kawasan hutan konservasi yang dikelola oleh TNGGP.

4. Iklim
Curah hujan di kawasan ini cukup tinggi berkisar 3.000-4.200 mm/tahun.
Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Mei, dengan rata-rata curah hujan
bulanan sekitar 2000 mm, pada bulan Desember-Mei curah hujan rata-rata
mencapai 4000 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September dengan
curah hujan rata-rata sekitar 1000 mm.Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan
Fergusson, tipe iklim kawasan ini termasuk tipe A dengan nilai Q berkisar 5-9%,
dengan suhu minimum rata-rata 18°C dan suhu maksimum rata 32°C.

5. Hidrologi
Pada kawasan Resort PTN Cisarua terdapat 7 sungai besar (Cimisblung,
Cibogo, Cirembes, Cisarua, Cicapit dan Sukabirus) yang mengalir ke wilayah
Bogor yang selanjutnya bergabung menjadi 2 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu
DAS Ciliwung dan Cisadane, yang keduanya bermuara di Laut Jawa.

B. Biologi
1. Ekosistem
Wilayah kerja Resort PTN Cisarua merupakan kawasan TN dengan
ekosistem hutan hujan pegunungan tropis, dengan Gunung Pangrango sebagai
gunung tertinggi dan saat ini telah dinyatakan mati/ tidak aktif. Berdasarkan
ketinggiannya, ekosistem hutan dibedakan dalam 3 zonasi yaitu sub montana
(<1500 m dpl), montana (1500-2400 mdpl) dan sub alpin (2400 mdpl ke atas). Di
bawah ketinggian 1000 mdpl pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan
dataran tinggi. Jenis ekosistem lainnya yang terdapat di dalam kawasan adalah
dataran luas di puncak Gunung Pangrango yang dikenal dengan Alun-alun
Mandalawangi. Alun-alun ini memiliki luas sekitar 5 ha yang ditumbuhi oleh rumput
pegunungan, edelweis (Anaphalis javanica) dan lain-lain.

2. Flora
Van Steenis (1972) membedakan tipe ekosistem berdasarkan ketinggian
yang dilihat dari dominasi jenis tumbuhannya, yaitu ekosistem sub montana,
montana dan sub alpin. Ekosistem sub-montana (<1500 mdpl) didominasi oleh

4
jenis rasamala (Altingia excelsa), saninten (Castanopsis argentea), riung anak
(Castanopsis javanicus) dan pasang (Quercus sp). Sebagian pohon ini terutama
Castanopsis javanicus ditumbuhi oleh lumut dan efipit lainnya. Tumbuhan bawah
zona ini sangat rapat yang terdiri dari semak, perdu dan paku-pakuan. Rapatnya
tumbuhan ini memungkinkan perlindungan tanah yang lebih baik dan
penyimpanan air yang lebih banyak. Ekosistem hutan montana (1500-2400 m dpl)
didominasi oleh puspa (Schiima wallichi) dan jamuju (Dacricarpus imbricatus).
Sedangkan tumbuhan bawahnya banyak ditumbuhi oleh kiaksana (Mecodes
petala) yang termasuk tumbuhan langka dan dilindungi. Sedangkan ekosistem
sub-alpin (2400-3019 mdpl) didominasi oleh jenis cantigi gunung (Vaccinium
varingaefolium), kitanduk (Leptospemum flavencens), kantung semar (Nepenthes
sp) sertaedelweis (Anaphalis javanica).

Jenis-jenis tumbuhan dalam kawasan yang dilindungi undang-undang


adalah anggrek koribas (Coribas mucronatus), kiaksara (Macodes petola), perud
cantigi (Balanophora elongata), perud konyal (Balanophora fungosa), perud puspa
(Balanophora ungeriana), pinang jawa (Pinanga javana) dan suren (Toona sureni).

3. Fauna
Jenis primata yang terdapat dalam kawasan ini yaitu owa jawa
(Hylobates moloch) merupakan primata endemik jawa yang sangat langka, surili
(Presbitys comata) yang primata endemik di pulau jawa bagian barat yang mulai
langka, lutung (Tracipitecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dan kukang jawa (Nycticebus coucang).

Satu-satunya predator besar yang terdapat di kawasan Resort PTN


Cisarua adalah macan tutul (Panthera pardus melas). Jenis satwa pemangsa
lainnya adalah ajag/anjing hutan (Cuon alpinus) yang merupakan satwa malam,
disamping itu dapat dijumpai jenis babi hutan (Sus crofa) serta jenis-jenis mamalia
kecil seperti sigung, kucing hutan, kucing akar, tikus hutan, tando, trenggiling dan
celurut.

5
C. Potensi Wisata dan Jasa Lingkungan

a. Wisata.
1. Bumi Perkemahan
Potensi wisata yang menjadi andalan di Resort PTN Cisarua adalah
bumi perkemahan Barubolang dengan luas 300,510 Ha terletak
diketinggaian 1050 mdpl, dengan jarak 2,7 km dari kantor resort cisarua,
pasilitas yang ada mck, api unggun, gajebo, loket karcis

2. Air Terjun
Ada beberapa air terjun yang terdapat di resort cisarua yang mempunyai
daya tarik wisata alam namun yang sudah dikembangkan dan dikunjungi
adalah air terjun Curug Beret. Air terjun Curug Beret adalah salah satu
petensi wisata yg ada di Resort cisarua yang mempunyai daya tarik wisata
alam dengan ketinggian sekitar 80 m berada di ketinggian 1250 m dpl
mengalir dari aliran sungai sukabirus, jalan menuju lokasi ini bisa ditempuh
melalui dua jalan yaitu pertama dari pintu masuk blok cirembes/kebun 17
dengan jarak sekitar 1,5 km atau 4,5 km dari kantor resort cisarua, jalan yang
kedua menuju curug beret adalah dari camping ground barubolang dengan
kondisi jalan setapak dengan jarak 2,7 km atau 4,7 km dari kantor resrt
cisarua dengan kondisi trak yang cukup menarik menyusuri aliran sungai
sukabirus, pada bagian bawah curug terdapat pelataran yang bisa digunakan
untuk mandi/berenang bagi pengunjung, lokasi ini terdapat pada bagian
lembah diantara punggungan blok baru engang dan blok cirembes.

Selain air terjun Curug Beret masih ada dua air terjun yang ada di Resort
Cisarua sebagaimana tertera dalam tabel 10.

Tabel 11. Potensi Wisata di Resort PTN Cisarua :


No
Nama Objek Ketinggian Jarak dari Resort Keterangan
.
1. Curug Goong 1150 mdpl 3,8 km
2. Curug Cijambe 1350 mdpl 4,8 km

6
3. Jalur Interpretasi
Jalur intrepretasi di Resort Cisarua adalah trek dari camping ground
barubolang menuju air terjun curug beret sepanjang 2,7 km, trek ini berada
di lembah dengan kondisi jalan setapak menyusuri aliran sungai cisukabirus.
Sepanjang lokasi ini banyak terdapat tanaman cariang, pakis jenis pisang-
pisangan, begonia dan jenis tanaman obat seperti harendong, rende dll,
lokasi ini merupakan habitat yang subur bagi sang penyedot darah alias
pacet, dimana pengunjung yang melewati trak ini harus siap untuk di donor
atau disedot darahnya, bagi sedikit orang yang menganggap bahwa di hisap
darah oleh pacet merupakan terapi pengobatan alternatif akan tetapi
kebanyakan orang menganggap bahwa dihisap darahnya oleh pacet adalah
kejadian yang menakutkan/menggelikan.

b. Potensi Jasa Lingkungan


Disamping pemanfaatan kawasan sebagai tempat wisata, manfaat lain
yang dapat dirasakan oleh masyarakat adalah jasa lingkungan terutama
pengatur tata air. Sedangkan manfaat lainnya adalah produksi oksigen serta
penyerapan karbon yang masih kurang memasyarakat (kurang disadari).

Tabel 12. Potensi Jasa Lingkungan Air di Resort PTN Cisarua:


Debit
No. Objek Jasling Keterangan
(m3/s)
1. Sungai 22,6 Potensi untuk
Cisukabirus dimanfaatkan/dikembangkan
2. Sungai Cisarua 18,8 Sda.
3. Sungai Cirembes 16,6 Sda.
4. Sungai Cicapit 9,2 Sda.
5. Sungai Cibogo 8,9 Sda.
6. Sungai Cimisblung 21,4 Sda.

7
Tabel 12. Data pengguna/pemanfaat sumber air dari kawasan TN di Resort
PTN Cisarua:
No. Pengguna Pengelola Alamat Pengguna Jumlah
1. Desa Sukaresmi Kepala Sukaresmi, Kec. Megamendung 326 KK
Desa
2. Villa/Tempat Ibadah Romo Kp.Lija, RT/RW.03/03, Ds. -
Sukaresmi, Kec.Megamendung
3. Desa Sukagalih Kepala Ds.Sukagalih, 176 KK
Desa Kec.Megamendung
4. Saung Mirwan Manajer SW Kp.Leumah Neundeut RT.05/04, -
(Pert.Organik & Ds.Sukagalih,
Bunga) Kec.Megamendung
5. Villa/Kebun Ishar Kp.Leumah Neundeut RT.05/04, -
Sampriphi Ds.Sukagalih,Kec.Megamendung
6. Desa Kuta Kepala Ds.Kuta, Kec.Cisarua 211 KK
Desa

D. Sosial Ekonomi Masyarakat


1. Desa Penyangga
Secara administratif Resort Cisarua berada di desa sukagalih kecamatan
megamendung kabupaten bogor dengan desa penyangga yang ada di wilayah
kerja sebanyak 6 (enam) desa penyangga. Adapun desa penyangga yang ada
dan kondisi jumlah penduduk seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Jumlah penduduk pada desa penyangga TNGGP di Resort PTN
Cisarua :
No Jumlah
Nama Desa Kecamatan Keterangan
. Penduduk
1 Sukaresmi Megamendung 7866 Jiwa Sumber data diambil
2 Sukagalih Megamendung 8956 Jiwa tahun 2012
3 Kuta Megamendung 8246 Jiwa
4 Citeko Cisarua 9288 Jiwa
5 Cibeureum Cisarua 11.222 Jiwa
6 Tugu Selatan Cisarua 11.426 Jiwa

8
.

2. Model Desa Konservasi


Kegiatan Model Desa Konservasi (MDK) di Resort Cisarua belum dapat
dilaksanakan, karena sampai saat ini belum (tidak) ada kegiatan pembentukan
MDK di wilayah kerja Resort Cisarua.

III. TINGKAT PENGELOLAAN

A. Kelembagaan
1. Organisasi Resort
Organisasi (kelembagaan) Resort PTN Cisarua berada di bawah Seksi
Pengelolaan TN Wilayah VI Tapos dan Bidang Pengelolaan TN Wilayah III
Bogor.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) Resort


Resort PTN Cisarua dipimpin oleh seorang Kepala Resort, dan memiliki
3 (tiga) anggota yang terdiri dari: Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem
Hutan (PEH) dan Tenaga Pengamanan Hutan Lainnya (TPHL). Berikut adalah
susunan organisasi pada Resort PTN Cisarua :

Tabel 14. Komposisi sumberdaya manusia (SDM) Resort PTN Cisarua :


9
No. Nama / NIP Pangkat Jabatan

1. Ayi Rustiadi / Penata Muda Tk.I Polisi Kehutanan


19821021 200212 1 (III/b) Penyelia
001 (merangkap Kepala
Resort)
2. Tarya Nuryaha / Penata Muda (III/a) Polisi Kehutanan
19631015 199703 1 Pelaksana
001
3. Ayi Rustiadi / Pengatur Tk. I (II/d) PEH Pelaksana
19821021 200212 1
003
4. Didin Supandi / Pengatur (II/c) Penata Usaha Umum
19670416 198902 1
001

Dengan luasan wilayah kerja yang besar, jumlah personil yang ada
masih belum dapat menggali potensi dan menangani permasalahan serta
gangguan keamanan kawasan, sehingga dibutuhkan tambahan personil
minimum 2 (orang) dari jabatan fungsional Polhut dan PEH.

B. Pemangkuan Kawasan
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP Nomor :
272/II-BT/5/2012 bahwa luas kawasan hutan pada wilayah kerja Resort PTN
Cisarua adalah ±2.351,76 hektar (TN 2401-TN 2700). Luas tersebut terdiri dari
kawasan asli TNGGP seluas 1.464.29 hektar dan berasal dari areal perluasan dari
perum perhutani seluas 887.47 hektar. Kondisi hutan asli TNGGP merupakan
hutan alam yang heterogen sedangkan kondisi kawasan hutan dari perluasan
merupakan hutan produksi dengan fungsi hutan lindung dengan kelas hutan
tertentu dan didominasi hutan pinus.

1. Tata Batas Resort


Tata batas Resort Cisarua dari (TN 2401-TN 2700) yang terdiri dari
kawasan asli TNGGP dan kawasan perluasan dari perum perhutani, kondidi
tata batas dilapangan ada yang sudah berupa pal batas beton dan ada yang
masih berupa batu pin dan dari hasil temuan dilapangan penomorannya belum
10
berurutan sebagaimana no pal yang ada dan masih menggunakan no pal yang
sebelum perluasan. Kondisi tata batas hutan di areal perluasan

Pada tahun anggaran 2013 selaian kegiatan pemeliharaan tata batas


juga terdapat kegiatan pemasangan pal batas, mengingat terbatsnya jumlah pal
yang ada yaitu sebanyak 50 pal batas/resort maka untuk penggantian pal yang
hilang/rusak diprioritaskan pada lokasi-lokasi yang rawan konflik, pemasangan
pal batas di resort cisarua seperti yang tercantum dalam tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pemasangan pal batas di Resort Cisarua


No Jumlah pal batas
. Blok/Petak yang di pasang No Pal Keterangan
(buah)
1. Babakan/ 30 B600-B630 Luas 5 Ha, rawan
Petak 15 penggarapan dan
pengoper alihan
lahan
Kuta/ 4 B651-B654 Petak 15, pal berupa
2. Petak 16 batu alam dan pal
bulat, nomor tidak
terbaca
Baru 16 TN2051-
3. gotong/ TN2067
Petak 14
Jumlah 50

Dengan telah dipasang nya pal batas di lokasi yang rawan konflik
diharapkan tidak ada lagi kasus yang mengancam terhadap keutuhan kawasan,
namun demikian untuk lebih antisiftif terhadap adanya ancaman gangguan
perlu segera adanya pemasangan kembali pal batas mengingat masih
banyaknya pal batas yang hilang dilapangan.

3. Zonasi Resort
Pembagian zonasi di Resort Cisarua didasarkan pada keputusan
Direktorat Jenderal PHKA nomor : SK.39/IV-KKBHL/2011 tentang zonasi

11
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagaimana tercantum di bawah
ini :

Tabel 20. Zonasi TNGGP tahun 2011 :


Zona
No. Luas (ha)
Jenis Luas (ha)
 Zona Inti 9.612,592
 Zona Rimba 7.175,396
 Sona Pemanfaatan 1.330,424
 Zona Rehabilitasi 4.367,192
1. 22.851,03
 Zona Tradisional 312,136
 Zona Konservasi Ow 50,100
Jawa
 Zona Khusus 3,190

C. Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang terdapat di Resort PTN Cisarua sebagaimana
tersaji dalam tabel berikut di bawah ini.

Tabel 21. Sarana prasarana di Resort PTN Cisarua :


No. Jenis Lokasi Kondisi Keterangan
1. Pondok Kerja Kp. Lemah Neundeut Baik Kantor resort
Ds. Sukagalih, Kec.
Megamendung, Kab.
Bogor
2. Loket Karcis Buper Barubolang Rusak Bangunan baru
3. Loket Karcis Buper Barubolang Rusak Banguna Lama
4. MCK Buper Barubolang Rusak Banguna Baru
5. MCK Buper Barubolang Rusak Banguna Lama
6. Gazebo Buper Barubolang Rusak
7. MCK Curug Beret Rusak
8. Kantor Kp. Lemah Neundeut Sedang Bangunan eks.
Perhutani Ds. Sukagalih, Kec. Perhutani

12
Megamendung, Kab.
Bogor
9. Kendaraan Kantor resort (mobile) Baik Operasional
Roda 2 lapangan
10 Kantor Resort Baik
Pesawat Rig
11. (icom) baru Kantor Resort Rusak
Pesawat Rig
12. Lama Kantor Resort Baik
Antena Ringgo
13. Kantor Resort Baik
HT icom
14. (2 buah) Kantor Resort Baik
GPS
15. (2 bah) Kantor Resort Baik
Notebook
16. Kantor Resort Baik
Printer
17 Kantor Resort Baik
Camera
18. Kantor Bidang Baik
Sepeda
Gunung

D. Pengamanan Kawasan
1. SDM Pengamanan Hutan
Kegiatan pengaman hutan merupakan tugas utama dalam menjaga dan
melestarikan keberadaan TNGGP, dalam pengaman hutan tersebut diperlukan
adnya sumber daya manusia yang handal baik secara fisik maupun
intelektualitas sehingga senantiasa selalu siap siaga dalam mengantisifasi
kemungkinan adanya gangguan keamaman hutan. Di Resort Cisarua ada 4
(empat) personil sekaligus berfungsi sebagai tenaga pengamanan hutan yang
terdiri dari 2 (dua) orang fungsional polisi hutan sebagai tenaga inti personil
pamhut, 1 orang TPHL dan 1 orang PEH.
13
Selain tenaga pengaman hutan dari pegaswai TNGGP ada juga
masyarakat yang membantu secara sukarela dalam pengamanan hutan yaitu
MMP (masyarakat mitra polhut).

Tabel 22. Anggota MMP di Resort PTN Cisarua :


No. Nama Pekerjaan Alamat

Rahmat Kp. Lemahneundeut Desa Sukagalih Kec.


1. Wiraswasta
H. Megamendung
Kp. Lemahneundeut Desa Sukagalih Kec.
2. Aceng Wiraswasta
Megamendung
Kp. Lemahneundeut Desa Sukagalih Kec.
3. Ade Tani
Megamendung
Kp. Lemahneundeut Desa Sukagalih Kec.
4. Didin Tani
Megamendung
Kp. Lemahneundeut Desa Sukagalih Kec.
5. Zaenal Wiraswasta
Megamendung

2. Kegiatan Pengamanan Resort


Kegiatan pengamanan kawasan di wilayah kerja resort dilakukan secara
rutin berdasarkan jadwal kegiatan yang disusun dalam rencana kerja kegiatan
patroli, dalam satu minggu kegaitan patroli dilakukan rata-rata 3-4 kali dan
dalam satu bulan 12-14 kali. Selain kegiatan patroli rutin kegiatan pengamanan
kawasan dilakukan juga kegiatan patroli mendadak bilamana ada kejadian yang
sifatnya insidentil. Dalam rangka peningkatan kegiatan pengamanan hutan di
tingkat Bidang wilayah secara berkala juga dilakukan kegiatan patroli
gabungan.

Adapun penanganan, pencegahan dan penyelesaian terhadap


gangguan keamanan kawasan yang telah dilakukan di Resort PTN Cisarua
sebagai berikut :
a. Patroli Rutin : dilakukan secara periodik diwilayah kerja Resort PTN Cisarua
yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi diwilayah
tersebut serta penganganananya.

14
b. Penghadangan : dilakukan untuk menghadang para pelaku pelanggaran
tindak pidana kehutanan pada blok blok tertentu yang dianggap rawan di
Resort PTN Cisarua.
c. Penyuluhan: dilakukan dengan harapan masyarakat lebih mengerti dan
merasa memiliki bahwa kawasan hutan konservasi merupakan tanggung
jawab bersama.
d. Penyuluhan Hukum : dengan harapan ada pemahaman dan tanggung jawab
bersama.
e. Kemitraan : dikembangkan untuk menggali ptotensi dan peran serta
masyarakat di semua lapisan melalui KPA, KSA, Pemberdayaan Masyarakat
dan Program Adopsi Pohon.
f. Pemberdayaan Masyarakat : melalui pemberian Usaha Alternatifagar tidak
tergantung pada kawasan hutan konservasi atau penggarapan lahan.

Permasalahan yang ada di wilayah kerja Resort PTN Cisarua meliputi


beberapa permasalahan yang meliputi :
1. Penggarapan Lahan di bekas aktivitas PHBM Perum Perhutani :
Keterbatasan lahan dan perubahan fungsi kawasan menjadi permasalahan
yang sangat krusial dimana masyarakat masih sangat ketergantungan
terhadap kawasan atau lahan garapan bekas aktivitas PHBM tersebut.
Penyebab lainnya adalah kurangnya lapangan pekerjaan dan rendahnya
SDM masyarakat disekitar kawasan hutan terutama terhadap konservasi
alam.
2. Perburuan Liar : Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perburuan liar
antara lain : faktor hobi, sosial budaya dan ekonomi. Perburuan Satwa
Burung memiliki kekuatan tiga faktor yang saling berkaitandan memicu
orang / masyarakat untuk melakukan perburuan satwa liar.
3. Pencurian Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu : Pencurian hasil hutan kayu dan
non kayu masih serding terjadi dilakukan oleh masyarakat desa sekitar
kawasan hutan yang pada umumnya memiliki tingkat perekonomian dan
SDM yang rendah. Keadaan tersebut mendorong masyarakat untuk
melakukan pencurian hasil hutan kayu dan non kayu, antara lain : pencurian
kayu bakar dan bambu, pencurian Kayu pertukangan dalam jumlah kecil,

15
pencurian Tanaman Hias, Rotan dan buah buahan dari dalam kawasan
hutan, pencurian Fauna dan pencurian Getah Pinus
4. Pal Batas Kawasan : Gangguan terhadap tata batas kawasan ini masih
terjadi walaupun presentasinya sangat kecil dan pelakunya hanya orang
orang tertentu yang berkepentingan terhadap lahan atau hanya sekedar
mencuri besi yang ada pada pal batas kawasan tersebut.
5. Gangguan Satwa Liar Terhadap Lahan Pertanian Masyarakat : untuk
menanggulangi berbagai gangguan hutan tersebut Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango telah melakukan upaya kegiatan pengamanan huatan dan
hasil hutan, penjagaan, patroli, penghadangan bahkan khusus dalam hal ini
telah melakukan penanganan konflik TSL tetapi kegiatan kegiatan itu belum
optimal, untuk hal ini diharapkan ada penelitian khusus terhadap perubahan
prilaku satwa tersebut.

E. Pengendalian Kebakaran Hutan


1. SDM Dalkarhut

Sumber daya manusia tenaga pengendalian kebakaran hutan secara di


tingkat resort secara khusus belum terbentuk namun secara otomatis setiap
personil yang ada di resort berfungsi sebagai tenaga/sdm dalkarhut. Untuk
membantu kegiatan penanganan dan pengendalian kebakaran hutan di Resort
PTN Cisarua, dibentuk pula kelompok sukarelawan yang berasal dari
masyarakt sekitar kawasan TN dalam bentuk Masyarakat Peduli Api (MPA)
diantaranya : Aceng, Aep, Enas, Iwan, Banan, Dayat dan Dede. Kelompok MPA
tersebut secara sukarela akan melaporkan dan membantu bila terjadi
kebakaran hutan di dalam sekitar kawasan TNGGP.

2. Kegiatan Dalkarhut Resort


Kegiatan pengendalian kebakaran hutan di Resort PTN Cisarua
dilakukan dengan cara penyuluhan dan sosialisasi pencegahan kebakaran
hutan terhadap masyarakat sekitar kawasan TN. Selain itu, dilakukan pula
kegiatan deteksi dini pada kawasan rawan kebakaran guan mengantisipasi
terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kawasn TN wilayah kerja Resort PTN
Cisarua. Beberapa lokasi blok hutan di wilayah kerja Resort PTN Cisarua yang
tergolong rawan kebakaran diantaranya :

16
Tabel 25. Daerah rawan kebakaran hutan di Resort PTN Cisarua :
No. Blok / Petak Potensi Penyebab Kebakaran Ketarangan
1. Barubolang Aktivitas perkemahan (api Perlu ada
unggun, memasak, puntung penyuluhan
rokok, dll.) kebakaran hutan
terhadap
pengunjung
Aktivitas wisata (puntung rokok,
2. Curug Beret Sda.
dll.)

F. Pengawetan Keanekaragaman Hayati


Upaya pengawetan keanekaragaman hayati di Resort Cisarua dilakukan
dalam bentuk adopsi pohon dan rehabilitasi kawasan (RHL).

Tabel 26. Kegiatan adopsi di Resort PTN Cisarua :


No Jumlah Luas
Adopter Waktu Blok
. (pohon) (ha)
Februari Jarim
1. YPO 800 2
2010 un
GLOBAL JAYA
Jarim
2. INTERNATIONAL Juli 2011 400 1
un
SCHOOL
Januari Jarim
3. IWAN TUMEWU 400 1
2011 un
Agustus Babak
4. MAPALA UI 1000 2,5
2013 an
Jumlah 2.600 5,5

17
Tabel 27. Kegiatan RHL di Resort PTN Cisarua :
ADMINISTRATIF PERSENTA
LUA JUMLH BIBIT
TAHU SE
BLOK S PADA PETAK
N DESA KEC TUMBUH
(Ha) TANAM
(%)

Cisukabi Sukag Megamen


2010 35 65 13600
rus alih dung

Barugot Sukag Megamen


11 70 4400
ong alih dung

Cicapit 11 Citeko Cisarua 65 4400

Cibogo 63 Citeko Cisarua 60 21200

Babaka
42 Kuta Cisarua 70 16800
n

Cirembe Sukag Megamen


2011 30 85 12400
s alih dung

Pasir Sukare Megamen Belum


2013 30 12400
Pari smi dung tanam

Sukag Megamen Belum


Jarimun 30 12400
alih dung tanam

G. Pengembangan Fasilitas Jasa Lingkungan


1. Wisata
Pengelolaan wisata alam di Resort Cisarua dilaksanakan berdasarkan UU
No. 5 tahun 1990, pasal 5, ditujukan untuk melaksanakan fungsi kawasan
sebagai : (a) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (b) pengawetan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; dan (c) pemanfaatan sumberdaya
alam secara lestari.

18
Dalam rangka pemanfaatan secara lestari terhadap sumberdaya alam
hayati dan eksositemnya, Resort Cisarua telah, sedang dan akan terus
mengembangkan pemanfaatan potensi yang ada, antara lain pengembangan
wisata alam dan jasa lingkungan serta penelitian dan pendidikan
konservasi/lingkungan hidup.

Kegiatan wisata alam dilaksanakan dan dikembangkan pada lokasi zona


pemanfaatan seluas 300,510 hektar yang berada di blok Barubolang, meliputi :
bumi perkemahan Barubolang dan Curug Goong. Selain itu, pengembangan
wisata alam juga dilaksanakan di jalur interpretasi Barubolang-Curug Beret dan
air terjun Curug Beret.

Beberapa kegiatan yang berpotensi untuk dikembangkan di zona


pemanfaatan Barubolang adalah :
 Wisata Penjelajahan Hutan Hujan
 Wisata Eksplorasi Burung Pemangsa
 Wisata Penyelusuran Sungai (Water Tracking)
 Tea Walk
 Wisata Sepeda (Mountain Biking)
 Outbond

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan wisata seperti tersebut di atas,


seyogyanya dapat diwujudkan, dan dalam pelaksanaannya melibatkan
masyarakat sekitar kawasan TN.

Namun, dalam perjalanannya, pengembangan mengalami beberapa


kendala, diantaranya adalah kurangnya jumlah personil (keterbatasan SDM)
dan ketersediaan sarana dan prasarana wisata alam, seperti : MCK, loket, pusat
informasi pengunjung, gazebo, shelter, jembatan dan papan-papan petunjuk
dan informasi.

2. Air
Kegiatan pengembangan potensi jasa laingkungan air di Resort Cisarua
belum sepenuhnya dilaksanakan. Kendala yang ditjumpai dalam
pengembangan jasa lingkungan air adalah belum adanya ketentuan yang secar
khusus mengatur kegiatan tersebut. Kegiatan pengembangan jasa lingkungan

19
di Resort Cisarua hanya dilaksanakan dalam bentuk kerjasama pemanfaatan
sumber air dari kawasan dengan masyarakat sekitar kawasan TN.

Tabel 28. Potensi Jasa Lingkungan di Resort PTN Cisarua :


O
b
j
e
k
Debit
No. J PenggunaAir Keterangan
(m3/s)
a
s
li
n
g
1. S 22,6 Desa Sukagalih Perlu
u & Sukaresmi Penanganan
n
g
a
i
C
i
s
u
k
a
b
ir
u
s
2. S 18,8 Desa Sukagalih Perlu
u &Sukaresmi Penanganan
n

20
g
a
i
C
i
s
a
r
u
a
3. Sungai 16,6 Desa Sukagalih Perlu
Cirembe & Kuta Penanganan
s
4. S 9,2 Desa Kuta Perlu
u Penanganan
n
g
a
i
C
i
c
a
p
it
5. S 8,9 Desa Citeko Perlu
u Penanganan
n
g
a
i
C
i

21
b
o
g
o
6. S 21,4 Desa Perlu
u Cibereum, Penanganan
n Kopo & Tugu
g Selatan
a
i
C
i
m
i
s
b
l
u
n
g
*) Diolah dari berbagai sumber

H. Pemberdayaan Masyarakat

Jml Jml
Sumb Jenis
N Tah . . Gulir Keteran
Desa er Bantu
o. un Aw Akh an gan
Dana an
al ir
1 Sukare 199 APB Domb 10 14 4 berhasil
smi 7 N a
2 Citeko 200 APB Domb 20 30 4 berhasil
3 N a

22
3 Sukare 200 APB Domb 20 28 8 berhasil
smi 4 N a
4 Kuta 200 APB Domb 20 25 7 berhasil
5 N a
6 Citeko 200 APB Tan 1 - - tdk
6 N Hias berhasil
7 Sukaga 201 YPO Domb 9 11 2 berhasil
lih 2 a
5 Sukaga 201 APB Domb 10 14 4 Berhasil
lih 2 N a
Jumlah 90 113 29

IV. PERMASALAHAN PENGELOLAAN SPESIFIK/PRIORITAS RESORT


Permasalahan yang ada di wilayah kerja Resort PTN Cisarua
meliputi beberapa permasalahan yang meliputi :
6. Penggarapan Lahan di bekas aktivitas PHBM Perum Perhutani :
Keterbatasan lahan dan perubahan fungsi kawasan menjadi
permasalahan yang sangat krusial dimana masyarakat masih sangat
ketergantungan terhadap kawasan atau lahan garapan bekas
aktivitas PHBM tersebut. Penyebab lainnya adalah kurangnya
lapangan pekerjaan dan rendahnya SDM masyarakat disekitar
kawasan hutan terutama terhadap konservasi alam.
7. Perburuan Liar : Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perburuan
liar antara lain : faktor hobi, sosial budaya dan ekonomi. Perburuan
Satwa Burung memiliki kekuatan tiga faktor yang saling berkaitandan
memicu orang / masyarakat untuk melakukan perburuan satwa liar.
8. Pencurian Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu : Pencurian hasil hutan
kayu dan non kayu masih serding terjadi dilakukan oleh masyarakat
desa sekitar kawasan hutan yang pada umumnya memiliki tingkat
perekonomian dan SDM yang rendah. Keadaan tersebut mendorong
masyarakat untuk melakukan pencurian hasil hutan kayu dan non

23
kayu, antara lain : pencurian kayu bakar dan bambu, pencurian Kayu
pertukangan dalam jumlah kecil, pencurian Tanaman Hias, Rotan dan
buah buahan dari dalam kawasan hutan, pencurian Fauna dan
pencurian Getah Pinus
9. Pal Batas Kawasan : Gangguan terhadap tata batas kawasan ini
masih terjadi walaupun presentasinya sangat kecil dan pelakunya
hanya orang orang tertentu yang berkepentingan terhadap lahan atau
hanya sekedar mencuri besi yang ada pada pal batas kawasan
tersebut.
10. Gangguan Satwa Liar Terhadap Lahan Pertanian Masyarakat
: untuk menanggulangi berbagai gangguan hutan tersebut Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango telah melakukan upaya kegiatan
pengamanan huatan dan hasil hutan, penjagaan, patroli,
penghadangan bahkan khusus dalam hal ini telah melakukan
penanganan konflik TSL tetapi kegiatan kegiatan itu belum optimal,
untuk hal ini diharapkan ada penelitian khusus terhadap perubahan
prilaku satwa tersebut.

24

Anda mungkin juga menyukai