PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resort PTN Cisarua merupakan salah satu dari 13 Resort PTN di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai ujung tombak dalam pengawasan, pengamanan dan pemanfaatan sesuai
fungsi dan kewenangannya. Luas wilayah kerja Resort PTN Cisarua adalah
2.651,4 Ha, dengan kondisi alam yang unik dengan kontur yang berjari dari
pembentukan aliran lava vulkanik ribuan tahun yang lalu, sehingga terbentuk
beberapa sungai dan anak sungai (sungai Cimisblung, Cibogo, Cicapit, Cirembes,
Cisarua dan Cisukabirus) DAS Ciliwung, dengan ekosistem keanekaragaman
hayatinya cukup beragam baik flora maupun faunanyasehingga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, pengembangan budidaya,
rekreasi dan wisata alam.
1
upaya pelestarian taman nasional. Beberapa permasalahan yang sering muncul
antara lain: pencurian kayu, pencurian hasil hutan lainnya (kayu bakar, bambu,
buah, rotan, pakis), pemburuan liar dan penggarapan lahan, terutama pada lokasi
bekasareal PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) Perum Perhutani.
C. Ruang Lingkup
2
II. KEADAAN UMUM RESORT PTN CISARUA
A. Fisik
1. Letak dan Luas
Luas kawasan hutan pada wilayah kerja Resort PTN Cisarua adalah
±2.351,76 hektar. Secara administratif Resort PTN Cisarua berada di wilayah
administratif Desa Sukagalih Kecamatan MegamendungKabupaten Bogor,
dengan luaswilayah kerja sekitar 2.651,4 ha, meliputi 2 (dua) Kecamatan
(Megamendung dan Cisarua), 6 (enam) desa penyangga (Sukaresmi, Sukagalih,
Kuta, Citeko, Cibeureum dan Tugu Selatan). Secara geografis, wilayah kerja
Resort PTN Cisarua memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Resort Mandalawangi
- Sebelah selatan berbatasan dengan Resort PTN Tapos
- Sebelah timur dengan gunung Pangrango
- Sebelah barat berbatasan dengan perkebunan teh dan lahan Hak Guna Usaha
(HGU) PTPN VIII Gunung Mas serta lahan milik
2. Aksesbilitas
Aksesibilitas Resort PTN Cisarua sangat mudah dijangkau karena
berada tepat pada alur jalan Cikopo Selatan Desa Sukagalih, dapat ditempuh satu
jam perjalanan dari pusat Kota Bogor, dua jam perjalanan dari pusat Kota Jakarta
dan empat jam perjalanan dari pusat Kota Bandung, Jarak dari pusat Kota Bogor
empat puluh kilo meter, delapan puluh kilo meter dari pusat Kota Jakarta dan
seratus dua puluh enam kilo meter dari pusat Kota Bandung.
3. Topografi
Keadaan topografi kawasan Resort PTN Cisarua bervariasi dari landai
sampai dengan dataran tinggi dan berbukit sehingga dikenal dengan kontur yang
berjari atau curam, berbukit dengan kelerengan mencapai 45̊ - 75̊, sehingga
membentuk jurang yang curam dengan ketinggian rata-rata berkisar 40-70%.
Kawasan ini berada pada ketinggian berkisar 700-3.282 mdpl. Selain itu Resort
PTN Cisarua memiliki kawasan hutan yang terpisah yaitu blok Babakan Tonggoh
(petak 15) seluas 5 ha, Blok Kuta (42 ha), blok Cicapit (petak 16) dan blok Cibogo
(petak 17), kawasan terpisah tersebut merupakan kawasan perluasan dari hutan
3
produksi Perum Perhutani yang dialihfungsikan dan ditunjuk pemerintah menjadi
kawasan hutan konservasi yang dikelola oleh TNGGP.
4. Iklim
Curah hujan di kawasan ini cukup tinggi berkisar 3.000-4.200 mm/tahun.
Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Mei, dengan rata-rata curah hujan
bulanan sekitar 2000 mm, pada bulan Desember-Mei curah hujan rata-rata
mencapai 4000 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September dengan
curah hujan rata-rata sekitar 1000 mm.Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan
Fergusson, tipe iklim kawasan ini termasuk tipe A dengan nilai Q berkisar 5-9%,
dengan suhu minimum rata-rata 18°C dan suhu maksimum rata 32°C.
5. Hidrologi
Pada kawasan Resort PTN Cisarua terdapat 7 sungai besar (Cimisblung,
Cibogo, Cirembes, Cisarua, Cicapit dan Sukabirus) yang mengalir ke wilayah
Bogor yang selanjutnya bergabung menjadi 2 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu
DAS Ciliwung dan Cisadane, yang keduanya bermuara di Laut Jawa.
B. Biologi
1. Ekosistem
Wilayah kerja Resort PTN Cisarua merupakan kawasan TN dengan
ekosistem hutan hujan pegunungan tropis, dengan Gunung Pangrango sebagai
gunung tertinggi dan saat ini telah dinyatakan mati/ tidak aktif. Berdasarkan
ketinggiannya, ekosistem hutan dibedakan dalam 3 zonasi yaitu sub montana
(<1500 m dpl), montana (1500-2400 mdpl) dan sub alpin (2400 mdpl ke atas). Di
bawah ketinggian 1000 mdpl pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan
dataran tinggi. Jenis ekosistem lainnya yang terdapat di dalam kawasan adalah
dataran luas di puncak Gunung Pangrango yang dikenal dengan Alun-alun
Mandalawangi. Alun-alun ini memiliki luas sekitar 5 ha yang ditumbuhi oleh rumput
pegunungan, edelweis (Anaphalis javanica) dan lain-lain.
2. Flora
Van Steenis (1972) membedakan tipe ekosistem berdasarkan ketinggian
yang dilihat dari dominasi jenis tumbuhannya, yaitu ekosistem sub montana,
montana dan sub alpin. Ekosistem sub-montana (<1500 mdpl) didominasi oleh
4
jenis rasamala (Altingia excelsa), saninten (Castanopsis argentea), riung anak
(Castanopsis javanicus) dan pasang (Quercus sp). Sebagian pohon ini terutama
Castanopsis javanicus ditumbuhi oleh lumut dan efipit lainnya. Tumbuhan bawah
zona ini sangat rapat yang terdiri dari semak, perdu dan paku-pakuan. Rapatnya
tumbuhan ini memungkinkan perlindungan tanah yang lebih baik dan
penyimpanan air yang lebih banyak. Ekosistem hutan montana (1500-2400 m dpl)
didominasi oleh puspa (Schiima wallichi) dan jamuju (Dacricarpus imbricatus).
Sedangkan tumbuhan bawahnya banyak ditumbuhi oleh kiaksana (Mecodes
petala) yang termasuk tumbuhan langka dan dilindungi. Sedangkan ekosistem
sub-alpin (2400-3019 mdpl) didominasi oleh jenis cantigi gunung (Vaccinium
varingaefolium), kitanduk (Leptospemum flavencens), kantung semar (Nepenthes
sp) sertaedelweis (Anaphalis javanica).
3. Fauna
Jenis primata yang terdapat dalam kawasan ini yaitu owa jawa
(Hylobates moloch) merupakan primata endemik jawa yang sangat langka, surili
(Presbitys comata) yang primata endemik di pulau jawa bagian barat yang mulai
langka, lutung (Tracipitecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dan kukang jawa (Nycticebus coucang).
5
C. Potensi Wisata dan Jasa Lingkungan
a. Wisata.
1. Bumi Perkemahan
Potensi wisata yang menjadi andalan di Resort PTN Cisarua adalah
bumi perkemahan Barubolang dengan luas 300,510 Ha terletak
diketinggaian 1050 mdpl, dengan jarak 2,7 km dari kantor resort cisarua,
pasilitas yang ada mck, api unggun, gajebo, loket karcis
2. Air Terjun
Ada beberapa air terjun yang terdapat di resort cisarua yang mempunyai
daya tarik wisata alam namun yang sudah dikembangkan dan dikunjungi
adalah air terjun Curug Beret. Air terjun Curug Beret adalah salah satu
petensi wisata yg ada di Resort cisarua yang mempunyai daya tarik wisata
alam dengan ketinggian sekitar 80 m berada di ketinggian 1250 m dpl
mengalir dari aliran sungai sukabirus, jalan menuju lokasi ini bisa ditempuh
melalui dua jalan yaitu pertama dari pintu masuk blok cirembes/kebun 17
dengan jarak sekitar 1,5 km atau 4,5 km dari kantor resort cisarua, jalan yang
kedua menuju curug beret adalah dari camping ground barubolang dengan
kondisi jalan setapak dengan jarak 2,7 km atau 4,7 km dari kantor resrt
cisarua dengan kondisi trak yang cukup menarik menyusuri aliran sungai
sukabirus, pada bagian bawah curug terdapat pelataran yang bisa digunakan
untuk mandi/berenang bagi pengunjung, lokasi ini terdapat pada bagian
lembah diantara punggungan blok baru engang dan blok cirembes.
Selain air terjun Curug Beret masih ada dua air terjun yang ada di Resort
Cisarua sebagaimana tertera dalam tabel 10.
6
3. Jalur Interpretasi
Jalur intrepretasi di Resort Cisarua adalah trek dari camping ground
barubolang menuju air terjun curug beret sepanjang 2,7 km, trek ini berada
di lembah dengan kondisi jalan setapak menyusuri aliran sungai cisukabirus.
Sepanjang lokasi ini banyak terdapat tanaman cariang, pakis jenis pisang-
pisangan, begonia dan jenis tanaman obat seperti harendong, rende dll,
lokasi ini merupakan habitat yang subur bagi sang penyedot darah alias
pacet, dimana pengunjung yang melewati trak ini harus siap untuk di donor
atau disedot darahnya, bagi sedikit orang yang menganggap bahwa di hisap
darah oleh pacet merupakan terapi pengobatan alternatif akan tetapi
kebanyakan orang menganggap bahwa dihisap darahnya oleh pacet adalah
kejadian yang menakutkan/menggelikan.
7
Tabel 12. Data pengguna/pemanfaat sumber air dari kawasan TN di Resort
PTN Cisarua:
No. Pengguna Pengelola Alamat Pengguna Jumlah
1. Desa Sukaresmi Kepala Sukaresmi, Kec. Megamendung 326 KK
Desa
2. Villa/Tempat Ibadah Romo Kp.Lija, RT/RW.03/03, Ds. -
Sukaresmi, Kec.Megamendung
3. Desa Sukagalih Kepala Ds.Sukagalih, 176 KK
Desa Kec.Megamendung
4. Saung Mirwan Manajer SW Kp.Leumah Neundeut RT.05/04, -
(Pert.Organik & Ds.Sukagalih,
Bunga) Kec.Megamendung
5. Villa/Kebun Ishar Kp.Leumah Neundeut RT.05/04, -
Sampriphi Ds.Sukagalih,Kec.Megamendung
6. Desa Kuta Kepala Ds.Kuta, Kec.Cisarua 211 KK
Desa
Tabel 12. Jumlah penduduk pada desa penyangga TNGGP di Resort PTN
Cisarua :
No Jumlah
Nama Desa Kecamatan Keterangan
. Penduduk
1 Sukaresmi Megamendung 7866 Jiwa Sumber data diambil
2 Sukagalih Megamendung 8956 Jiwa tahun 2012
3 Kuta Megamendung 8246 Jiwa
4 Citeko Cisarua 9288 Jiwa
5 Cibeureum Cisarua 11.222 Jiwa
6 Tugu Selatan Cisarua 11.426 Jiwa
8
.
A. Kelembagaan
1. Organisasi Resort
Organisasi (kelembagaan) Resort PTN Cisarua berada di bawah Seksi
Pengelolaan TN Wilayah VI Tapos dan Bidang Pengelolaan TN Wilayah III
Bogor.
Dengan luasan wilayah kerja yang besar, jumlah personil yang ada
masih belum dapat menggali potensi dan menangani permasalahan serta
gangguan keamanan kawasan, sehingga dibutuhkan tambahan personil
minimum 2 (orang) dari jabatan fungsional Polhut dan PEH.
B. Pemangkuan Kawasan
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP Nomor :
272/II-BT/5/2012 bahwa luas kawasan hutan pada wilayah kerja Resort PTN
Cisarua adalah ±2.351,76 hektar (TN 2401-TN 2700). Luas tersebut terdiri dari
kawasan asli TNGGP seluas 1.464.29 hektar dan berasal dari areal perluasan dari
perum perhutani seluas 887.47 hektar. Kondisi hutan asli TNGGP merupakan
hutan alam yang heterogen sedangkan kondisi kawasan hutan dari perluasan
merupakan hutan produksi dengan fungsi hutan lindung dengan kelas hutan
tertentu dan didominasi hutan pinus.
Dengan telah dipasang nya pal batas di lokasi yang rawan konflik
diharapkan tidak ada lagi kasus yang mengancam terhadap keutuhan kawasan,
namun demikian untuk lebih antisiftif terhadap adanya ancaman gangguan
perlu segera adanya pemasangan kembali pal batas mengingat masih
banyaknya pal batas yang hilang dilapangan.
3. Zonasi Resort
Pembagian zonasi di Resort Cisarua didasarkan pada keputusan
Direktorat Jenderal PHKA nomor : SK.39/IV-KKBHL/2011 tentang zonasi
11
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagaimana tercantum di bawah
ini :
C. Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang terdapat di Resort PTN Cisarua sebagaimana
tersaji dalam tabel berikut di bawah ini.
12
Megamendung, Kab.
Bogor
9. Kendaraan Kantor resort (mobile) Baik Operasional
Roda 2 lapangan
10 Kantor Resort Baik
Pesawat Rig
11. (icom) baru Kantor Resort Rusak
Pesawat Rig
12. Lama Kantor Resort Baik
Antena Ringgo
13. Kantor Resort Baik
HT icom
14. (2 buah) Kantor Resort Baik
GPS
15. (2 bah) Kantor Resort Baik
Notebook
16. Kantor Resort Baik
Printer
17 Kantor Resort Baik
Camera
18. Kantor Bidang Baik
Sepeda
Gunung
D. Pengamanan Kawasan
1. SDM Pengamanan Hutan
Kegiatan pengaman hutan merupakan tugas utama dalam menjaga dan
melestarikan keberadaan TNGGP, dalam pengaman hutan tersebut diperlukan
adnya sumber daya manusia yang handal baik secara fisik maupun
intelektualitas sehingga senantiasa selalu siap siaga dalam mengantisifasi
kemungkinan adanya gangguan keamaman hutan. Di Resort Cisarua ada 4
(empat) personil sekaligus berfungsi sebagai tenaga pengamanan hutan yang
terdiri dari 2 (dua) orang fungsional polisi hutan sebagai tenaga inti personil
pamhut, 1 orang TPHL dan 1 orang PEH.
13
Selain tenaga pengaman hutan dari pegaswai TNGGP ada juga
masyarakat yang membantu secara sukarela dalam pengamanan hutan yaitu
MMP (masyarakat mitra polhut).
14
b. Penghadangan : dilakukan untuk menghadang para pelaku pelanggaran
tindak pidana kehutanan pada blok blok tertentu yang dianggap rawan di
Resort PTN Cisarua.
c. Penyuluhan: dilakukan dengan harapan masyarakat lebih mengerti dan
merasa memiliki bahwa kawasan hutan konservasi merupakan tanggung
jawab bersama.
d. Penyuluhan Hukum : dengan harapan ada pemahaman dan tanggung jawab
bersama.
e. Kemitraan : dikembangkan untuk menggali ptotensi dan peran serta
masyarakat di semua lapisan melalui KPA, KSA, Pemberdayaan Masyarakat
dan Program Adopsi Pohon.
f. Pemberdayaan Masyarakat : melalui pemberian Usaha Alternatifagar tidak
tergantung pada kawasan hutan konservasi atau penggarapan lahan.
15
pencurian Tanaman Hias, Rotan dan buah buahan dari dalam kawasan
hutan, pencurian Fauna dan pencurian Getah Pinus
4. Pal Batas Kawasan : Gangguan terhadap tata batas kawasan ini masih
terjadi walaupun presentasinya sangat kecil dan pelakunya hanya orang
orang tertentu yang berkepentingan terhadap lahan atau hanya sekedar
mencuri besi yang ada pada pal batas kawasan tersebut.
5. Gangguan Satwa Liar Terhadap Lahan Pertanian Masyarakat : untuk
menanggulangi berbagai gangguan hutan tersebut Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango telah melakukan upaya kegiatan pengamanan huatan dan
hasil hutan, penjagaan, patroli, penghadangan bahkan khusus dalam hal ini
telah melakukan penanganan konflik TSL tetapi kegiatan kegiatan itu belum
optimal, untuk hal ini diharapkan ada penelitian khusus terhadap perubahan
prilaku satwa tersebut.
16
Tabel 25. Daerah rawan kebakaran hutan di Resort PTN Cisarua :
No. Blok / Petak Potensi Penyebab Kebakaran Ketarangan
1. Barubolang Aktivitas perkemahan (api Perlu ada
unggun, memasak, puntung penyuluhan
rokok, dll.) kebakaran hutan
terhadap
pengunjung
Aktivitas wisata (puntung rokok,
2. Curug Beret Sda.
dll.)
17
Tabel 27. Kegiatan RHL di Resort PTN Cisarua :
ADMINISTRATIF PERSENTA
LUA JUMLH BIBIT
TAHU SE
BLOK S PADA PETAK
N DESA KEC TUMBUH
(Ha) TANAM
(%)
Babaka
42 Kuta Cisarua 70 16800
n
18
Dalam rangka pemanfaatan secara lestari terhadap sumberdaya alam
hayati dan eksositemnya, Resort Cisarua telah, sedang dan akan terus
mengembangkan pemanfaatan potensi yang ada, antara lain pengembangan
wisata alam dan jasa lingkungan serta penelitian dan pendidikan
konservasi/lingkungan hidup.
2. Air
Kegiatan pengembangan potensi jasa laingkungan air di Resort Cisarua
belum sepenuhnya dilaksanakan. Kendala yang ditjumpai dalam
pengembangan jasa lingkungan air adalah belum adanya ketentuan yang secar
khusus mengatur kegiatan tersebut. Kegiatan pengembangan jasa lingkungan
19
di Resort Cisarua hanya dilaksanakan dalam bentuk kerjasama pemanfaatan
sumber air dari kawasan dengan masyarakat sekitar kawasan TN.
20
g
a
i
C
i
s
a
r
u
a
3. Sungai 16,6 Desa Sukagalih Perlu
Cirembe & Kuta Penanganan
s
4. S 9,2 Desa Kuta Perlu
u Penanganan
n
g
a
i
C
i
c
a
p
it
5. S 8,9 Desa Citeko Perlu
u Penanganan
n
g
a
i
C
i
21
b
o
g
o
6. S 21,4 Desa Perlu
u Cibereum, Penanganan
n Kopo & Tugu
g Selatan
a
i
C
i
m
i
s
b
l
u
n
g
*) Diolah dari berbagai sumber
H. Pemberdayaan Masyarakat
Jml Jml
Sumb Jenis
N Tah . . Gulir Keteran
Desa er Bantu
o. un Aw Akh an gan
Dana an
al ir
1 Sukare 199 APB Domb 10 14 4 berhasil
smi 7 N a
2 Citeko 200 APB Domb 20 30 4 berhasil
3 N a
22
3 Sukare 200 APB Domb 20 28 8 berhasil
smi 4 N a
4 Kuta 200 APB Domb 20 25 7 berhasil
5 N a
6 Citeko 200 APB Tan 1 - - tdk
6 N Hias berhasil
7 Sukaga 201 YPO Domb 9 11 2 berhasil
lih 2 a
5 Sukaga 201 APB Domb 10 14 4 Berhasil
lih 2 N a
Jumlah 90 113 29
23
kayu, antara lain : pencurian kayu bakar dan bambu, pencurian Kayu
pertukangan dalam jumlah kecil, pencurian Tanaman Hias, Rotan dan
buah buahan dari dalam kawasan hutan, pencurian Fauna dan
pencurian Getah Pinus
9. Pal Batas Kawasan : Gangguan terhadap tata batas kawasan ini
masih terjadi walaupun presentasinya sangat kecil dan pelakunya
hanya orang orang tertentu yang berkepentingan terhadap lahan atau
hanya sekedar mencuri besi yang ada pada pal batas kawasan
tersebut.
10. Gangguan Satwa Liar Terhadap Lahan Pertanian Masyarakat
: untuk menanggulangi berbagai gangguan hutan tersebut Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango telah melakukan upaya kegiatan
pengamanan huatan dan hasil hutan, penjagaan, patroli,
penghadangan bahkan khusus dalam hal ini telah melakukan
penanganan konflik TSL tetapi kegiatan kegiatan itu belum optimal,
untuk hal ini diharapkan ada penelitian khusus terhadap perubahan
prilaku satwa tersebut.
24