Oleh
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
PENDAHULUAN
Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu taman nasional yang berada di
Provinsi Lampung. Letak geografis Taman Nasional Way Kambas berada antara 4ᵒ37’-5ᵒ16’
LS dan 105ᵒ33’-105ᵒ54’BT, yang berbatasan langsung dengan pantai selatan Pulau Sumatera
di sisi selatan (Departemen Kehutanan, 2002). Kawasan Taman Nasional Way Kambas telah
(Balai Taman Nasional Way Kambas, 2010). Ekosistem yang terdapat di Taman Nasional
Way Kambas terdiri dari hutan hujan tropis sekunder dataran rendah, hutan rawa air tawar,
padang alang-alang, seman belukar dan hutan bakau (Kementrian Kehutanan, 2006). Di
Kawasan Taman Nasional Way Kambas memiliki lima mamalia kunci, yaitu gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu
sumatrensis). Taman Nasional Way Kambas memiliki satu pusat konservasi badak sumatera
yaitu, Suaka Rhino Sumatera yang didirikan pada tahun 1996 dengan tujuan untuk
menyediakan kawasan yang luas dan alami yang diharapkan dapat membantu badak sumatera
Suaka Rhino Sumatera didirikan pada tahun 1966 dan merupakan suaka pertama yang
Sumatera tahun 1994 di Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor. Kawasan ini merupakan
kawasan konservasi yang alami sebagai upaya melindungi dan menjaga kelestarian badak
sumatera. Suaka Rhino Sumatera memiliki tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah.
Topografi kawasan Suaka Rhino Sumatera berada pada ketinggian 0-50 mdpl dengan iklim
o o
tropis basah. Secara geografis kawasan Suaka Rhino Sumatera terletak antara 4 59’- 5 05’
o o
LS dan 105 42’- 105 48’ BT. Pusat pengembangbiakan badak sumatera berada di area seluas
10.000 ha yang dibagi atas dua blok yaitu Blok I (Way Kanan, Way Negara Batin, dan daerah
selatan taman nasional) 9.500 ha dan Blok II (kawasan pantai muara Way kanan) 500 ha (SRS
Suaka Rhino Sumatera dibangun dan dikembangkan dengan konsep pengelolaan yang
terprogram dan terpadu secara semi in situ. Sistem pengelolaan di Suaka Rhino Sumatera
mengadopsi perilaku badak sumatera di habitat alaminya. Badak sumatera merupakan satwa
soliter dan memiliki area jelajah yang luas, dan ketersediaan pakan yang cukup dengan
variasi yang lengkap. Pemeliharaan sealami mungkin adalah upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan dan reproduksi badak sumatera. Informasi yang telah dikumpulkan sangat
berguna untuk pemeliharaan badak sumatera yang tepat di habitat alaminya dan dapat
mengetahui lebih banyak tentang kehidupan badak sumatera (SRS Way Kambas, 2005).
Pada awal kegiatan Suaka Rhino Sumatera terdapat tiga badak sumatera yaitu
satu badak sumatera jantan Torgamba yang berasal dari kebun binatang Howletts di
Inggris, satu individu badak sumatera betina Dusun berasal dari kebun binatang
Ragunan, dan satu individu badak sumatera betina Bina berasal dari Taman Safari
Indonesia. Pada tanggal 7 Febuari 2001 badak sumatera betina bernama Dusun mati
karena penyakit penuaan dan pada tanggal 24 April 2011 badak sumatera jantan mati
karena penyakit ginjal. Selanjutnya, pada tahun 2005 dua individu badak sumatera
yang berhasil diselamatkan yaitu Ratu badak sumatera betina berasal dari Taman
Nasional Way Kambas dan Rosa dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang
dipindahkan ke Suaka Rhino Sumatera. Tahun 2007 satu individu badak sumatera
jantan bernama Andalas yang didatangkan dari kebun binatang Los Angeles,
Amerika Serikat. Pada tanggal 23 Juni 2012 lahir badak sumatera jantan bernama
Andatu yang lahir hasil perkawinan badak sumatera Andalas dan Ratu. Pada tahun
2015 satu individu badak sumatera jantan bernama Harapan dari kebun binatang
Cincinati, Amerika Serikat tiba di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way
Kambas. Badak sumatera Harapan merupakan kerabat dari badak sumatera Andalas
yang merupakan anak dari pasangan badak sumatera jantan Ipuh dan badak sumatera
betina Emi yang berasal dari Bengkulu dan dikirim ke kebun binatang Cincinati pada
tahun 2001. Kemudian pada tahun 2016 badak sumatera Andalas dan Ratu berhasil
depan memiliki ukuran 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm
(Foose dkk., 1997) dengan warna cula abu-abu kehitaman sampai dengan hitam,
warna cula badak sumatera dewasa akan lebih gelap (Groves, 1965). Tinggi badan
badak sumatera 112-145 cm, panjang badan 2,36-3,18 m, dan panjang ekor 35-70 cm.
sumatera memiliki kulit yang tebal hingga 16 mm, dengan kulit berwarna cokelat
kemerahan dan memiliki lipatan kulit pada bagian pangkal bahu, kaki depan, kaki
Badak sumatera memiliki habitat yang bervariasi, dari hutan sekunder, dataran
rendah, perbukitan yang dekat dengan sumber air, rawa, dan pegunungan yang
ketinggiannya sampai 2000 mdpl. Faktor terpenting untuk habitat badak sumatera yaitu
cukup makanan, air, dan naungan (Setiawan, 2017). Secara ekologi badak sumatera
merupakan hewan mamalia yang dilindungi Undang-undang No. 5 tahun 1990 dan
termasuk dalam The Red Data Book IUCN (International Union For Conservation of
Natural Resources). Spesies ini termasuk dalam status kritis (critically endangered) dan
termasuk dalam daftar Appendix I CITES, artinya tidak boleh diperdagangkan (Zahrah,
2018).
Badak sumatera memiliki dua cara dalam melakukan urinasi, yaitu dengan
cara urin spray dan urin biasa. Pada perilaku urin spray, badak sumatera di Suaka
Rhino Sumatera biasanya didahului dengan mencium dan mendengus ke area semak-
menyemprotkan urinnya. Sedangkan pada perilaku urin biasa pada badak sumatera,
2007).
tubuh dengan cara berkubang. Berkubang merupakan proses menyerap panas dari
tebal lumpur juga berfungsi untuk melindungi badak sumatera dari parasit dan
kubangan dengan cara mengais-ngais kaki di tempat tanah yang lembab dengan
dibantu oleh cula nya dari tepi kubangan, sehingga membentuk dinding vertikal di
badak sumatera, dapat ditandai dengan adanya tingkat kekeruhan dan bau kotoran
yang masih baru di kubangan tersebut. Perilaku membuang kotoran pada kubangan
juga befungsi sebagai cara untuk menandai wilayah jelajah badak sumatera.
Secara alami badak sumatera juga memiliki perilaku seperti menggesekkan tubuh
dari kotoran dan parasit. Tidak hanya menggesekan badan, tetapi juga menggesekan
(Alikodra, 2013). Diharapkan akan tertinggal bagian dari tubuh yang merupakan sumber
materi genetik dari sampel kulit pohon bekas gesekan tubuh badak sumatera.
Dari ketiga sampel (bekas gesekan tubuh badak sumatera, air kubangan badak
sumatera, dan urin badak sumatera) maka akan dilakukan uji molekuler untuk
memastikan adanya sumber materi genetik. Apabila dapat dilakukan isolasi DNA dari
data tersebut maka informasi genetis badak sumatera dapat dilakukan dengan metode
non-invasif.
kepunahan. Secara umum, perilaku yang ditunjukkan oleh badak sumatera dapat
dipengaruhi oleh faktor dalam (genetik, kondisi psikologis, hormon) dan faktor luar.
(Alikodra, 2005).
tantangan besar bagi manusia di abad ke -21. Tantangan ini sebagian besar terhambat
dasarnya tergantung pada pemantauan spesies dan populasi untuk mendapatkan hasil
individu badak sumatera sehingga kajian tentang keberadaan spesies itu menjadi
sangat penting, informasi tentang satwa tersebut yang diperlukan untuk penyusunan
mengurangi resiko stress pada satwa tersebut. Analisis molekuler berbasis eDNA
dengan menggunakan beberapa sampel, yaitu feses, bekas pakan, bekas gesekan, air
Tujuan Penelitian
M.Sc., Eko A. Srihanto, M.Sc. dengan tema ”Konservasi Genetika Badak Sumatera
Kambas” yang bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan Taman
Nasional Way Kambas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
sumber genetik yang tertinggal di pohon bekas gesekan tubuh badak sumatera, air
kubangan badak sumatera, dan urin badak sumatera di Suaka Rhino Sumatera, Taman
Nasional Way Kambas. Apabila ditemukan DNA pada sampel tersebut, maka hasil
Kegiatan Penelitian
SIMAKSI melalui jurusan biologi untuk disampaikan ke Balai Taman Nasional Way
Kambas melalui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ekspose
dan presentasi kegiatan penelitian dilakukan di Balai Taman Nasional Way Kambas
Kambas
Pengambilan sampel bekas gesekan tubuh, air kubangan, dan urine badak sumatera
akan dilakukan di Suaka Rhino Sumatera yang akan dibantu oleh staff Suaka
Rhino Sumatera-YABI, Taman Nasional Way Kambas. Alat dan bahan yang
gunting tanaman, corong, pipet tetes, ice box, lakban, label, alkohol, aquades, dan
pisau steril. Selanjutnya sampel bekas gesekan tubuh, air kubangan, dan urine
elektroforesis.
Peserta Penelitian
Adapun nama mahasiswa penelitian adalah sebagai berikut:
Sumatera (Dicerorhinus
Way Kambas
Way Kambas
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sumber materi
genetik dalam sampel urin, bekas gesekan tubuh, dan air kubangan individu badak sumatera
sehingga dapat mendukung kajian molekuler berbasis pengambilan sampel secara non-
invasif.