PERGERAKAN HEWAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 2
Pergerakan
Pergerakan populasi secara alam pada saat ini banyak terganggu karena
adanya aktivitas manusia, terutama yang telah mengubah habitat mereka
menjadi lebih sempit. Pergerakan hewan baik yang dilakukan secara soliter
maupun dalam kelompok sangat menentukan prospek kelestarian mereka.
Sesuai dengan tujuan, faktor penyebab dan prosesnya, pergerakan hewan dapat
digolongkan menjadi: (1) invasi dan pemencaran, (2) nomad dan (3) migrasi.
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 3
Invasi dan pemencaran juga dapat terjadi karena adanya pengaruh dari
organisme lain, misalnya penyebaran burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis)
mengikuti pergerakan dan penyebaran jenis mamalia herbivora. Burung-burung
ini sering hinggap di atas punggung herbivora sambil memakan serangga. Pada
awalnya, kuntul kerbau merupakan burung yang hanya di jumpai di Afrika dan
Eurasia. Sejak tahun 1877 jenis ini dijumpai di Suriname. Kedatangan kuntul
kerbu ini diduga oleh para ahli melalui tiga cara, yaitu secara alamiah,
dirangsang oleh adanya penerbangan pesawat-pesawat transatlantic, ataupun
gabungan keduanya. Hingga saat ini pergerakan transatlantic burung-burung
juga dijumpai pada jenis yang lain, seperti Egretta garzetta (Anderson, 1985).
Jenis cangak abu Florida (Bubulcus caerula), semula hanya dikenal di bagian
timur Amerika Serikat, Meksiko dan Amerika Selatan, sekarang dapat dijumpai
di bagian barat Amerika Utara. Burung jalak (Sturnus vulgaris) yang berasal dari
Amerika Utara, pada tahun 1890 dilepaskan 60 ekor di beberapa kota di New
York, berhasil berkembang biak dan dalam beberapa tahun kemudian mereka
melakukan emigrasi (Orr, 1970). Kelangsungan hidup burung-burung setelah
dilepaskan selain tergantung pada jumlahnya juga ditentukan pula oleh kondisi
lingkungan yang cocok. Pelepasan berbagai jenis burung endemic yang
populasinya sudah menurun akan berpengaruh terhadap kelestarian burung-
burung yang bersangkutan. Secara tidak sengaja burung-burung yang lepas dari
sangkar peliharaan juga dapat membantu penyebaran jenis yang bersangkutan,
akan tetapi tingkat ketahanan hidup mereka di alam sangat rendah.
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 5
Proses invasi dan pemencaran hewan dapat juga disebut sebagai proses
perembesan. Proses perembesan dari pusat penyebarannya keluar juga dapat
terjadi karena adanya rangsangan dari kondisi di luar yang lebih baik.
Perembesan hewan ini seringkali menjadi masalah yang rumit karena dapat
merusak tanaman perkebunan, misalnya adanya perembesan banteng dari Cagar
Alam Leuweung Sancang (Jawa Barat) ke perkebunan kelapa hibrida di
sekitarnya, ataupun perembesan gajah Sumatra dari hutan-hutan ke wilayah
perkebunan kelapa sawit, tebu dan perkebunan karet serta tnaman penduduk.
Tabel 1. Jenis-jenis mamalia yang sudah punah (O) dan yang masih
Mawas O X X
Siamang O X -
Harimau X X O
Macan Tutul X O -
Beruang Madu O X X
Gajah O X X
Tapir O X O
Badak Jawa X O X
Badak Sumatra - X X
Banteng X O X
Nomad
Pola pergerakan populasi lainnya adalah nomad, yaitu pergerakan individu
ataupun populasi yang tidak tetap dan sulit untuk dikenali secara pasti. Mereka
bergerak untuk mendapatkan makanan dan tidak harus kembali ke wilayah
asalnya. Beberapa jenis antelope Afrika selalu melakukan pergerakan nomad,
dan beberapa antelope lainnya melakukan migrasi, yaitu pergerakan yang
dlakukan dengan arah dan rute yang tetap mengikuti kondisi lingkungan yang
mendukung kehidupannya pada musim kering, dan kemudian kembali ke
wilayah asalnya ketika tiba musim hujan.
oleh alam (terperosok ke dalam jurang, terbawa arus air, tertimpa pohon,
dimakan pemangsa, dan mati karena sakit) ataupun diburu oleh manusia.
Terjadinya hewan nomad ini juga disebabkan karena perubahan ataupun
perusakan habitatnya, misalnya karena penebangan pohon, kebakaran hutan.
MacKinnon (1975) menjumpai adanya mawas nomad di Kalimantan Timur di
daerah eksploitasi hutan. Di satu pihak pola nomad seperti pada banteng tua
sangat bermanfaat bagi penjarangan individu-individu anggota populasi, dan
dilain pihak adanya hewan nomad dapatmemberikan indikator rusaknya habitat.
Migrasi
Migrasi adalah perilaku yang paling umum dikenal dan berorientasi pada
gerakan hewan. Hewan migran umumnya melakukan perpindahan dan
berlangsung secara periodik dalam setahun antara dua daerah (misalnya
burung, ikan paus, beberapa kupu-kupu, beberapa ikan pelagis). Migrasi
merupakan gerakan musiman hewan pada jarak relatif jauh. Migrasi hewan
menggunakan tiga mekanisme: piloting, orientasi dan navigasi.
Piloting, merupakan gerakan hewan dengan menggunakan satu daerah sebagai
penanda ke tempat lain. Perilaku ini hanya digunakan untuk perjalanan untuk
jarak yang tidak jauh (jarak pendek) dan tidak bergunakan pada perjalanan
malam hari atau perjalanan melalui lautan.
Orientasi adalah pergerakan hewan dengan mengikuti garis kompas yang
merupakan arah medan magnit bumi berupa garis lurus ke arah yang di tuju.
Sedangkan navigasi adalah kemampuan hewan yang dapat menentukan orientasi
lokasi tempat yang dituju berdasarkan medan magnit bumi, atau berdasarkan
posisi benda-benda langit lainnya, termasuk sifat kimia lingkungan.
Jalak Migran ditangkap di Belanda yang telah dilepaskan dari
Swiss. Berorientasi dalam garis lurus ke Spanyol remaja burung. Dewasa
navigasikan rute baru untuk alasan mereka musim dingin di Eropa utara. Banyak
burung surgawi menggunakan poin untuk orientasi dan navigasi. Hewan-hewan
ini membutuhkan jam internal untuk mengkompensasi pergerakan matahari dan
bintang-bintang. Para bunting nila menghindari kebutuhan untuk jam internal
dengan memperbaiki pada bintang utara. Beberapa jenis burung, lebah, bakteri
dan seaturtle, orientasi pada medan magnet Bumi. Mekanisme yang kurang
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 10
dikenal, namun magnetit, suatu bijih yang mengandung besi, telah ditemukan
pada hewan yang berorientasi ke medan magnet.
Burung jalak migran yang ditangkap di Belanda, setelah dilepaskan dari Swiss,
burung muda tersebut terbang mengikuti arah garis lurus menuju ke Spanyol.
Sedangkan burung yang lebih tua, memakai navigasi untuk membuat route baru
menghindari daratan yang mengalami musim dingin di Eropa Utara. Banyak
burung menggunakan cara tertentu untuk menentukan tempat dan arah. Hewan
memerlukan jam biologi yang ada pada tubuhnya berdasarkan peregrakan
matahari dan bintang. Pada burung Indigo Bunting menghindari penggunakan
jam biologi tubuhnya dengan berpatokan pada bintang Utara (North Star).
Beberapa jenis burung, bakteri dan penyu laut menggunakan orientasi
berdasarkan medan magnit bumi. Mekanisme ini sedikit sekali diketahui, tetapi
magnit yang merupakan unsur logam juga diketemukan pada hewan yang
berorientasi berdasarkan medan magnit bumi.
Migrasi merupakan pola adaptasi yang dilakukan beberapa jenis satwa liar.
Migrasi dilakukan jika memang diperlukan sehingga tidak semua organisme
melakukan migrasi. Pola migrasi berbeda untuk setiap jenis, tergantung pada
keadaan, waktu dan berbagai penyebabnya.
Secara umum penyebab terjadinya migrasi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu alimental, gametik dan klimatik.
1) Alimental
Alimental adalah kegiatan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan
atau bahan-bahan untuk pertumbuhan. Jadi manfaat alimental dari migrasi
untuk beberapa jenis hewan adalah terhadap mekanisme untuk menemukan
dukungan makanan yang cukup sepanjang tahun. Pergerakan berbagai jenis
ikan ke wilayah perkembangbiakannya disebut gametik. Tetapi setelah
aktivitas reproduksinya selesai, pergerakan migrasi mereka ke wilayah yang
dapat menyediakan makanannya termasuk dalam kategori alimental.
Pergerakan alimental juga dilakukan oleh penyu, setelah mereka selesai
meletakkan telurnya di dalam lubang-lubang di pantai yang berpasir
(gametik), mereka kembali bermigrasi ke laut lepas untuk mendapatkan
makanan (alimental). Burung-burung wader (burung berkaki panjang) pada
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 11
2)Gametik
Ada beberapa jenis organisme yang melakukan pergerakan dengan tujuan
bukan untk mencari makan ataupun air, tetapi untuk mendapatkan
wilayah yang cocok bagi kepentingan perkembangbiakan. Rangsangan
pergerakan seperti ini termasuk ke dalam kategori gametik. Misalnya
pergerakan beberapa jenis ikan untuk mendapatkan lokasi yang cocok
untuk bertelur. Pergerakan kembali ikan salmon (Oncorhynchus spp.) dari
daerah penetasan di perairan tawar ke daerah perairan laut merupakan
migrasi alimental, karena system perairan sungai tidak mampu
menyediakan makanan yang cukup. Setelah menetap beberapa tahun di
wilayah lautan, mereka kembali lagi ke wilayah perairan tawar (aliran
sungai) untuk kepentingan perkembangbiakan; pergerakan ini termasuk
dalam kategori gametik.
3) Klimatik
Pada umumnya sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk memisahkan faktor
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 12
iklim dari alimental dan gametik pada kegiatan migrasi hewan. Produksi
makanan sangat tergantung pada keadaan iklim lingkungannya. Jika kondisi
iklimnya mendukung produktivitas habitatnya sehingga persediaan makanan
menjadi berlimpah, akan diikuti dengan kegiatan perkembangbiakan. Pada
saat terjadi musim dingin di wilayah Arktika, kondisi lingkungannya tidak
cocok untuk kehidupan berbagai jenis organisme karena tidak adanya
makanan. Keadaan ini menyebabkan berkembangnya pola migrasi berbagai
jenis hewan yang berasal dari wilayah dingin.
Beberapa jenis invertebrate, terutama serangga memecahkan masalahnya
pada musim dingin dengan melakukan keadaan dorman, yaitu pola
adaptasi suatu organisme untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
dengan cara diam dan tidak melakukan segala kegiatan. Keadaan dorman
ini juga dilakukan oleh beberapa jenis amfibi, reptilia dan beberapa jenis
mammalia. Bahkan telah diketahui tentang adanya satu jenis burung yang
pada musim dingin melakukan keadaan dorman, yaitu poorwill
(Phalaenoptilus nuttalii) sejenis burung cablak.
The common poorwill, Phalaenoptilus nuttallii, breeds in the western United States, as
well as in small areas of southwestern Canada and northern Mexico. It winters in the
southwestern United States and northern Mexico. The common poorwill is common
throughout Utah as a breeding species during summer. Its habitats include arid open
grassland and shrubland areas. It feeds on night-flying insects, mainly moths and beetles.
This species nests on the ground, laying two eggs in a slight scrape or hollow, often
partially shaded by a shrub or rock. Both parents incubate the eggs, which hatch after
twenty to twenty-one days. The young, cared for by both parents, first take flight at
twenty to twenty-three days after hatching. The parent birds are known to move their
eggs or young in response to disturbance.
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 13
The common name poorwill is intended to be suggestive of the bird's call. This bird is
exceptional in its tolerance for both heat and cold. It readily enters a state of deep torpor
in response to cold or hunger, and has been considered to hibernate. This was recognized
by the Hopi people long ago, and the Hopi name for this bird, holchoko, means "the
sleeping one."
Sources:
Csada, R. D., and R. M. Brigham. 1992. Common poorwill. Birds of North America 32: 1–13.
Choate, E. A. 1985. The dictionary of American bird names. Harvard Common, Boston. xiv +
226 pp.
Persediaan energi juga terdapat pada tubuh beberapa jenis vertebrata berdarah
panas, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang pendek untuk mengatasi
kekurangan makanan, seperti dilakukan oleh beberapa jenis binatang pengerat
dan beberapa spesies burung. Beberapa spesies burung wader seperti trinil kaki-
merah (Tringa totanus), trinil kaki-hijau (T. nebularia), trinil semak (T.
glareola), dan cerek (Pluvialis dominica), mampu beradaptasi dan bertahan
hidup pada kondisi makanan yang sangat jelek dan minim selama 15 hari.
Mungkin karena memiliki sifat ketahanan yang sangat tinggi terhadap
lingkungan yang jelek, menyebabkan beberapa spesies wader yang melakukan
migrasi mampu terbang menempuh jarak puluhan ribu kilometer. Berbagai jenis
organisme yang dapat bertahan dalam keadaan dingin dengan jumlah makanan
yang terbatas. Ada jenis ikan yang masih dapat hidup dan beradaptasi pada
wilayah perairan yang tertutup gumpalan es.
Pergerakan migrasi harus dibedakan dari pergerakan invasi dan
pemencaran maupun nomad, karena migrasi merupakan pergerakan
periodic hewan menuju ke suatu wilayah dan sebaliknya. Seperti halnya dengan
angka kelahiran dan kematian, maka migrasi sangat berpengaruh terhadap
kepadatan populasi. Pergerakan migrasi keluar disebut emigrasi dan sebaliknya
pergerakan kembali memasuki wilayah asalnya disebut imigrasi. Migrasi juga
dapat dibedakan ke dalam migrasi musiman, migrasi harian dan migrasi
perubahan bentuk.
Migrasi musiman
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 14
Juni rombongan wildebeest dan zebra bergerak dari dataran rumput yangtidak
ada kayu-kayunya di sebelah timur menuju ke tempat yang berair di koridor
barat di tepi danau Victoria. Pawai Bos javanicus hewan ini panjangnya
mencapai 7-10 km. Keunikan proses ini adalah karena terjadinya seleksi alam,
hewan yang telah tua dan sakit tertinggal di belakang barisan dan biasanya akan
dimangsa oleh pemangsa.
Migrasi menurut ketinggian tempat merupakan pergerakan
hewan yang meliputi beberapa kilometer naik-turun gunung. Biasanya terjadi
dalam hubungannya dengan kondisi salju, temperatur ataupun makanan.
Migrasi semacam ini juga dapat dijumpai di kawasan TN. Bali Barat ataupun TN.
Baluran. Pada waktu musim kemarau, jumlah makanan rusa (Cervus timorensis)
di hutan musim sangat terbatas. Kekurangan makanan ini menyebabkan
terjadinya vegetasi tidak selalu hijau sepanjang tahun. Di TN. Baluran dalam
musim kemarau juga terjadi pergeseran wilayah pergerakan banteng
dibandingkan dengan musim penghujan, terutama untuk menyesuaikan dengan
keadaan makanan dan air yaitu dari wilayah yang rendah ke daerah yang lebih
tinggi. Menurut MacKinnon terdapat migrasi musiman pada mawas (orangutan)
dari wilayah berbukit-bukit ke wilayah dataran rendah.
Migrasi secara local terjadi pada lokasi yang tidak begitu luas, dan erat
hubungannya dengan kondisi sumber air, makanan, serta pelindung. Migrasi
secara local ini juga dilakukan oleh burung, ikan dan mamalia darat. Pada waktu
musim kemarau populasi banteng di TN. Bali Barat bergerak dari wilayah
Batugondang menuju sumber air di wilayah Tegal Bunder Timur (Alikodra,
1983). Pola migrasi hewan ini hanya dapat diketahui dengan cara melakukan
penelitian lapangan dalam waktu yang cukup lama.
Van Noordwijk dalam penelitiannya selama 3 tahun terhadap social-
ekologi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Ketambe TN. Gunung Leuser,
menemukan adanya 52 ekor kera jantan migrant. Pola migrasi tersebut
dilakukan melalui: Imigrasi kera jantan muda, yang lebih sering terjadi bila
dibandingkan denga kera jantan tua. Imigrasi ini lebih sering terjadi ke dalam
grup lain yang jauh letaknya. Imigrasi kera jantan muda, yang dlakukannya
Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 17
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra,H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Bligh, J., J.L. Cloudsley-thompson., A.G. Macdonald. 1976. Environmental
Physiology of Animal. Blackwell Scientific Publications. Oxford. London
Campbell,N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi V. Jilid III.
Penterjemah: W.Manalu. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dewsbury, D. A. 1978. Comparative Animal Behavior. McGraw-Hill Book
Company. New York.
McFarland, D. 1985. Animal Behaviour. Longman Scientific & Technical.
Essex England.
Marler, P., W.J. Hamilton III. 1965. Mechanism of Animal Behavior.
John Wiley & Sons. New York.
Matthews, R.W. and J.R. Matthews. 1978. Insect Behavior. John Wiley & Sons.
New York.
Maurice and R. Burton. 1977. Inside the Animal World. An encyclopedia of
animal behaviour. Macmillan London Limited. London.
Simmons, K. 2005. Evolution, Ecology and Biodiversity.
Available at: http://images.google.co.id/imgres?imgurl