Salah satu jenis Harimau (Panthera Tigris) yang masih bertahan hidup di dunia adalah
Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Harimau Sumatera merupakan harimau
yang habitat aslinya berada di Pulau Sumatera, Indonesia. Harimau Sumatera memiliki
ciri-ciri fisik, yaitu :
Harimau Sumatera adalah harimau terkecil di spesiesnya, ukurannya yang kecil
ini memudahkannya menjelajahi hutan rimba.
Memiliki warna yang paling gelap dari seluruh spesies harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga orange tua.
Pola warna hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.
Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut
atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau
sekitar 140 kg, tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Harimau Sumatera betina rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm
dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg.
Belang harimau ini lebih tipis daripada spesies harimau lainnya.
Memilik banyak janggut serta surai di bandingkan spesies harimau lainnya,
terutama harimau jantan.
Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan harimau ini mampu
berenang dengan cepat. harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama
bila binatang buruan tersebut lambat berenang.
Tentang Orangutan
Badak Jawa sering kali disebut dengan Badak Bercula Satu kecil ( Rhinoceros sondaicus ) yaitu
anggota dari famili Rhinocerotidae serta satu dari lima badak yang mana tetap ada. Badak ini masuk
ke genus yang sama juga dengan badak india serta mempunyai kulit bermosaik yang mana mirip baju
baja. Badak ini mempunyai panjang antara 3,1 sampai 3,2 m serta tinggi antara 1,4 sampai 1,7 m.
Badak ini lebih kecil dari pada badak india serta lebih dekat atau hampir sama besar tubuhnya
dengan badak hitam. Ukuran culanya umumnya kurang dari 20 cm, lebih kecil dari pada cula spesies
badak yang lain.
bencana alam layaknya tsunami, letusan gunung berapi Krakatau serta gempa bumi, populasi badak
jawa dapat segera punah. Disamping itu, di karenakan invasi langkap ( arenga ) serta persaingan
dengan populsai banteng untuk ruang dan juga sumber, maka populasinya makin terdesak. Lokasi
yang diidentifikasikan aman serta relatif dekat yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa
Barat yang mana dulu jadi habitat badak Jawa
Tanduk rusa hanya dimiliki oleh rusa jantan yang tumbuh pada umur sekitar 14 bulan.
Tanduk pertama hanya berbentuk lurus dan baru bercabang pada masa pertumbuhan tanduk
berikutnya. Tanduk akan lepas pada umur 10-12 bulan setelah tumbuh, selanjutnya akan
tumbuh kembali.
Rusa sambar merupakan binatang diurnal yang beraktifitas pada siang hari. Mereka hidup
secara berkelompok dan mendiami daerah hutan tropis maupun subtropis hingga ketinggian
mencapai 2000 meter dpl.
Persebaran dan Konservasi. Rusa sambar selain memiliki daerah penyebaran yang sangat
luas di Asia. Persebarannya meliputi Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja,
China, India, Indonesia (Sumatera), Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Taiwan,
Thailand, dan Vietnam.
Selain itu, rusa sambar (Cervus unicolor) juga telah diintroduksi ke Australia, New Zealand,
Afrika Selatan, Amerika Serikat (California, Florida, Texas).
Di Indonesia, rusa sambar hidup secara alami di pulau Sumatera dan Kalimantan. Rusa
sambar yang mendiami Indonesia merupakan anak jenis (subspesies) Cervus unicolor
equinus yang dapat dijumpai pula di semenanjung Malaysia dan Thailand.
Status konservasi rusa sambar oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam Vulnerable (VU;
Resiko Rendah) sejak tahun 1996 meskipun sebelumnya pernah mendapatkan status
Endangered (EN; Terancam Punah).
Di Indonesia, rusa sambar, sebagaimana 3 jenis rusa lainnya yang dimiliki Indonesia
termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Meskipun rusa sambar yang juga menjadi rusa terbesar di Indonesia ini masih berstatus
Resiko Rendah (Vulnerable), namun kita tidak boleh lengah untuk senantiasa menjaga
kelestarian rusa terbesar ini agar tidak punah dan tetap menjadi kekayaan keanekaragaman
hayati Indonesia.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo:
Artiodactyla; Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Upafamili: Cervinae; Genus: Cervus;
Spesies: Cervus unicolor.
Musang Congkok
Musang Congkok adalah salah satu musang yang terdapat di daerah pengunungan Aceh
dan Sumatera Barat, hewan ini padai naik pohon dengan kaki-kakinya, hewan ini berat
menacapai 5 kg dan panjang sekitar 71 cm.
Di Aceh banyak terdapat musang ini, Musang Congkok ini memangsa mamalia kecil seperti
burung-burung, kadang-kadang memangsa ayam peliharaan warga dan tulurnya juga, tapi
kadang-kadang hewan ini memakan buah-buahan juga, buah faforitnya adalah buah
coklat/kakau, pepaya dan kopi, inilah yang saya tau.
Musang Congkok bersuara mistis yang beralun-alun di malam yang gelap, ini sebagai untuk
memanggil temannya atau sang betina memanggil anaknya. Bulunya bewarna hitam dan
terdapat garis-garis coklat pada badannya, ekornya panjang, bila dipelihara musang ini jinak
dan akan mengikut aktifitas majikannya.
Musang Congkok beraktifitas pada siang hari dan tidur dimalam hari di atas pohon-pohon,
seperti pada pohon Bambu dan pohon yang rimbun lainnya.
Elang Jawa memiliki nama latin Nisaetus Bartelsi, yaitu salah satu dari spesies Elang yang
memiliki ukuran tubuh sedang yang hidup di Pulau Jawa. Elang Jawa ini sering kali di
anggap identik sebagai lambang negara kita, negara Republik Indonesia, yaitu Burung
Garuda. Dan sejak tahun 1992, Elang Jawa telah di tetapkan sebagai maskot satwa langka di
Indonesia.
Elang Jawa
Image Credit : WIkipedia.Org
Biologi Konservasi
22 Comments
Indonesia.Riwayatmu kini
Sepenggal kalimat tersebut mengingatkan kepada saya salah lirik lagu nasional Indonesia,
yang sampai saat ini juga saya tidak mengetahui judul lagu tersebut apa. Oke tidak apaapa..bukan saya kurang nasionalis..tapi saya hanya..LUPA. Baiklahsaya lanjutkan lagi
Lirik tersebut juga menginspirasi saya sebagai WNI (Warga Negara Indonesia) yang gemar
mengkonsumsi Empek-empek Palembang! Nah sekarang saya sudah jadi nasionalis
Empek empek Palembang dan mahkluk indah yang ada di atas sangat erat hubungannya
bukan karena mereka bertetangga, lantas hubungan mereka baik-baik saja. Melainkan
Empek-empek yang asli Palembang menggunakan daging dari Ikan belida ini, yang
kemudian di olah dan dijadikan seporsi Empek-Empek yang rasanya @##$%^&. Enak
sekali! Selain Empek-empek, ikan belida juga bisa dibuat kerupuk (kemplang). Ikan belida
ini merupakan ikan khas dan langka keberadaannya di Indonesia, yang salah satunya dapat
hidup di daerah Sumatera Selatan, Palembang. Penduduk disekitar biasa menyebut ikan ini
dengan nama Belido
Sebenarnya banyak ikan lain yang bisa dimanfaatkan dagingnya untuk diolah menjadi
empek-empek..yaitu ikan gabus, ikan tenggiri, dan ikan sepatnamun yang membedakan
empek empek dari daging ikan belida dan ikan yang lain (gabus, tenggiri, maupun sepat)
adalah cita rasanyalebih gurih, padat berisi, dan tidak amis tentunya. Ikan ini memiliki rasa
yang lezat, karena kandungan lemaknya yang tinggi (Sunaro, 2002), dan juga kandungan
protein dan vitamin A yang tak kalah tinggi (Mno,2005). Karena alasan tersebut, ikan ini
banyak diburu untuk dagingnya, dan ada beberapa orang yang memburu ikan lezat nan indah
ini untuk ikan hias tentunya.
Pada bagian sisinya terdapat lingkaran putih seperti bola-bola hitam yang masing-masing
dikelilingi lingkaran putih. Dengan bertambahnya umur, hiasan tubuh ikan belida akan hilang
dengan sendirinya dan diganti oleh garis-garis kehitaman, sistem reproduksi ikan ini dengan
bertelur. Merupakan ikan air tawar yang bersifat predator atau pemangsa dan nokturnal (aktif
pada malam hari) (Anonim, 2014).
Pada siang hari biasanya ikan ini akanbersembunyi di antara vegetasi air. Makanannya berupa
anak-anak ikan dan udang, tak jarang mangsanya berukuran lebih besar. Ikan belida jantan
bertugas membuat sarang yang dibuatnya dari ranting dan daun, juga menjaga telur dan anakanaknya. Ikan belida dapat menghirup udara dari atmosfir. Ikan karnivora ini hidup di
kedalaman 2-3 meter di tempat-tempat gelap. Saat air sungai meluap, mereka naik ke rawarawa untuk kawin dan melepas telurnya di sana (Anonim,2014).
Adanya aktivitas penangkapan yang lebih, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan dan perubahan kondisi linkungan perairan menyebabkan kelestarian jenis ikan ini
menjadi terancam (Pollnac dan Malvestuto, 1991). Produksi tahunan ikan Belida terus
mengalami penurunan, baik pada tingkat nasional (8.000 ton pada tahun 1991), 5.000 ton
(tahun 1995), dan 3.000 ton (1998) (Direktorat Jendral Perikanan, 2000). Lebih jauh lagi,
ikan belida sudah termasuk ikan air tawar yang telat dilindungi, berdasarkan atas surat
Keputusan Menteri Pertanian No.716/Kpts/UM/ 10/1980 dan Peraturan Pemerintah No.
7/1999 yang mengatakan bahwa semua jenis ikan dari genus Chitala merupakan ikan yang
dilindungi.
FAKTOR FAKTOR PENDORONG ANCAMAN KELESTARIAN IKAN BELIDA :
1.
Peningkatan
Intensitas
Penangkapan
Intensitas penangkapan ikan belida di perairan umum terkait dengan peningkatan kebutuhan
pasar. Permintaan pasar ikan belida terus meningkat akibat pasar makanan khas Sumatera
Selatan tidak terbatas hanya di Sumatera Selatan saja. Hal ini mendorong peningkatan jumlah
nelayan dan alat tangkap yang di operasikan untuk menangkap ikan belida. Laju peningkatan
mortalitas ikan belida dialam oleh penangkapan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pemulihan kembali ketersediaan ikan tersebut dialam sehingga populasi ikan belida cepat
sekali berkurang.
2.
Penangkapan
Induk
Ikan
Belida
Walaupun penangkapan ikan belida menggunakan alat tangkap sederhana, tetap saja akan
terancam populasinya karena ukuran ikan yang ditangkap adalah besar sudah tergolong induk
atau calon induk. Induk belida dengan bobot 6 kg mengandung telur sebanyak 8.320 butir
(Adjie dan Utomo, 1994). Jika kita gunakan asumsi bahwa sekitar 1 % dari total telur
(fekunditas) ikan belida dengan bobot 6 kg berhasil kembali menjadi induk, maka jumlah
sediaan ikan di alam adalah sekitar 80 ekor atau setara dengan 480 kg. Artinya penangkapan
satu ekor induk belida akan mengurangi jumlah ikan sebanyak 80 ekor yang mempunyai
potensi telur sekitar 640.000 butir. WOW!
3. Pengoperasian Alat Tangkap Terlarang dan Tidak Ramah Lingkungan
Saat ini, alat tangkap dengan penggunaan racun sudah meluas di kalangan oleh masyarakat,
terutama yang tinggal di sekitar perairan. Ditambah lagi dengan penggunaan alat tangkap
listrik yang menyebabkan kematian ikan secara massal. Di Sumatera Selatan, nelayan juga
mengoperasikan jenis alat tangkap tuguk yang di pasang melintang di sungai kecil dan besar.
Tuguk dianggap tidak ramah lingkungan karena prinsip kerjanya seperti trawl (pukat
harimau) yang sangat tidak selektif.
4.
Peningkatan
Tekanan
Ekologis
oleh
Limbah
Sudah menjadi tradisi bahwa sungai merupakan tempat pembuangan limbah, semakin ke
hilir, kadar limbahnya semakin tinggi. Menurut Pollnac dan Malvestuto (1992), DAS (Daerah
Aliran Sungai) Musi sebagai tempat hidup ikan belida dapat digolongkan ke dalam perairan
yang mempunyai tekanan ekologis tinggi di Indonesia dibandingkan dengan Kalimantan
(DAS Kapuas). Penurunan kualitas perairan akibat limbah dapat mengganggu siklus hidup
ikan belida.
5.
Pembukaan
Lahan
dan
Pembangunan
Infrastruktur
Pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya menjadi sumber
gangguan siklus kehidupan ikan, termasuk belida. Selama musim hujan tanah terkikis dan
menjadi sumber peningkatan tingkat kekeruhan perairan dan pendangkalan perairan.
Kekeruhan yang tinggi akan mengganggu proses sintesis fitoplankton dan selanjutnya
mempengaruhi struktur komunitas di atasnya, khususnya larva dan ikan kecil yang
menggantungkan hidupnya pada plankton. Gangguan tersebut akan mempersempit peluang
ikan belida untuk mendapatkan makanan. Sehingga hal demikian akan mengganggu
kestabilan ekosistem suatu perairan.
6.
Proses
Penuaan
Alami
Proses penuaan tidak bisa dielakkan lagi. Hanya makhluk hidup yang kuat saja yang mampu
bertahan hidup. Menurut Pollnac dan Malvestuto (1992), perubahan kondisi lingkungan
perairan dan penangkapan ikan yang berlebihan dapat menurunkan populasi ikan. Perusakan
habitat sangat berbahaya terutama bagi jenis yang hidup endemik yang dapat mengakibatkan
kepunahan jenis ikan tersebut. Oleh karena itu kita harus berbuat agar anak cucu kita masih
dapat menikmati rasa dan keindahan ikan Belida, khususnya bagi masyarakat di Sumatera
Selatan.
Seekor babirusa
Satwa endemik ini dalam bahasa inggris sering disebut sebagai Hairy Babirusa, Babiroussa,
Babirusa, Buru Babirusa, ataupun Deer Hog. Sedangkan nama latin hewan yang endemik
Sulawesi, Indonesia ini disebut sebagai Babyrousa babirussa dengan beberapa nama sinonim
seperti Babyrousa alfurus (Lesson, 1827), Babyrousa babirousa (Jardine, 1836), Babyrousa
babirusa (Guillemard, 1889), Babyrousa babirussa (Quoy & Gaimard, 1830), Babyrousa
frosti (Thomas, 1920), Babyrousa indicus (Kerr, 1792), Babyrousa orientalis (Brisson, 1762),
dan Babyrousa quadricornua (Perry, 1811).
Satwa yang terancam punah ini terdiri atas tiga subspesies yang masih bertahan hidup sampai
sekarang yaitu; Babyrousa babyrussa babyrussa, Babyrousa babyrussa togeanensis, dan
Babyrousa babyrussa celebensis serta satu subspesies yang diyakini telah punah yakni
Babyrousa babyrussa bolabatuensis.
Ciri-ciri dan Perilaku Babirusa. Babirusa mempunyai ciri khas bentuk tubuhnya yang
menyerupai babi namun mempunyai taring panjang pada moncongnya. Hewan endemik
Indonesia ini mempunyai tubuh sepanjang 85-105 cm. Tinggi babirusa sekitar 65-80 cm
dengan berat tubuh sekitar 90-100 kg. Binatang endemik yang langka ini juga mempunyai
ekor yang panjangnya sekitar 20-35 cm.
Babirusa (Babyrousa babirussa) memiliki kulit yang kasar berwarna keabu-abuan dan hampir
tak berbulu. Ciri yang paling menonjol dari binatang ini adalah taringnya. Taring atas
Babirusa tumbuh menembus moncongnya dan melengkung ke belakang ke arah mata. Taring
ini berguna untuk melindungi mata hewan endemik Indonesia ini dari duri rotan.
Babirusa termasuk binatang yang bersifat menyendiri namun sering terlihat dalam kelompokkelompok kecil dengan satu babirusa jantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
Anoa terbagi dalam dua jenis yaitu Anoa dataran rendah (Bubalus
depressicornis), dan Anoa gunung (Bubalus quarlesi). Anoa adalah spesies
kerbau kerdil, dan mereka adalah spesies lembu liar terkecil.
Kedua jenis Anoa yang tersebut di atas saat ini berada dalam status terancam
punah, karena berkurangnya lahan habitat mereka, dan juga karena perburuan
manusia yang mengincar daging, tanduk, dan kulit mereka. Fakta yang menarik
dari Anoa adalah, kenyataan bahwa sangat sedikit kebiasaan Anoa yang sudah
diketahui. hal ini dikarenakan mereka adalah spesies terancam punah yang
paling sedikit dipelajari.
Anoa hanya bisa ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa dataran rendah
bisa ditemukan di daerah hutan rawa, sedangkan anoa gunung banyak
ditemukan di hutan-hutan yang lebih tinggi. Tidak seperti kebanyakan lembu,
Anoa tidak hidup secara berkelompok. Mereka adalah binatang yang soliter atau
hanya hidup dengan pasangan mereka saja. Mereka hanya akan bertemu dalam
sebuah kelompok Anoa ketika Anoa betina melahirkan.
Anoa paling aktif di pagi dan sore hari ketika suhu udara masih belum terlalu
panas. Ketika siang hari dan suhu udara sudah panas, mereka akan beristirahat
di tempat yang teduh. Mereka juga senang berendam untuk menjaga tubuh
mereka agar tetap dingin.
Anoa dataran rendah memiliki sekitar 76 cm diukur dari pundak, dan beratnya
sekitar 300 kg. Ketika masih muda, mereka akan memiliki bulu yang tebal
berwarna cokelat muda. Semakin dewasa, bulunya akan semakin tipis dan
warnanya akan semakin gelap.
Anoa memiliki tanda putih di kepala dan kaki mereka, dan sering terlihat ada
warna putih berbentuk menyerupai bulan sabit di area tenggorokan mereka. Baik
Anoa jantan ataupun Anoa betina keduanya memiliki tanduk yang panjangnya
bisa mencapai 38 cm.
Anoa gunung sebenarnya juga memiliki penampilan yang hampir sama. Hanya
saja Anoa gunung tetap berbulu tebal hingga dewasa, dan tanduk mereka
cenderung lebih kecil. Warna bulu mereka juga sangat jarang terlihat ada bercak
putih, baik di kaki, kepala, ataupun leher.
Anoa adalah binatang yang pasif dan pemalu. Mereka hanya akan menyerang
menggunakan tanduk mereka jika merasa terancam saja Dan biasanya manusia
adalah makhluk yang paling sering membuat mereka merasa terancam.
Anoa siap kawin ketika sudah berumur 2 atau 3 tahun dan akan kawin dan
melahirkan sekali dalam setahun. Mereka juga sepertinya tidak memiliki musim
kawin. Anoa betina mengalami masa kehamilan selama 275 - 315 hari. Induk
Anoa akan melahirkan satu ekor anakan, dan sangat jarang sekali melahirkan
lebih dari satu. Anoa muda akan disapih setelah berusia 6 hingga 9 bulan, dan
biasanya rentang hidup Anoa adalah sekitar15 hingga 20 tahun di alam liar.
Masih belum diketahui apakah Anoa Jantan memiliki daerah teritorial atau tidak.
Namun diketahui bahwa Anoa Jantan sering menandai pohon menggunakan
tanduknya dan mereka akan menggaruk tanah setelah kencing. Belum dapat
dipastikan apakah itu bertujuan untuk menandai wilayah kekuasaan atau hanya
sekedar untuk menunjukkan tingkat agresi mereka.
Bunga bangkai atau suweg adalah sekelompok tumbuhan dari genus Amorphophallus yang
merupakan anggota dari famili dari Araceae (tals-talasan). Jenis yang paling dikenal dari
bunga bangkai (Amorphophallus) adalah bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa atau titan
arum yang mempunyai nama latin Amorphophallus titanum dan Amorphophallus gigas atau
Sumatera Giant Amorphophallus. Amorphophallus titanum memegang rekor sebagai bunga
dengan struktur perbungaan tertinggi di dunia di susul Amorphophallus gigas diurutan kedua.
Karena keawaman kita sering kali menganggap bunga bangkai sebagai satu spesies (jenis)
saja padahal bunga raksasa dan tertinggi ini terdiri atas sekitar 170 spesies di seluruh dunia.
Yang lenbih parah, tidak sedikit yang menyamakan bunga bangkai dengan bunga Rafflesia.
Padahal antara Amorphophallus dan Rafflesia adalah dua bunga yang berbeda meskipun
sama-sama berukuran raksasa dan mengeluarkan bau busuk. Perbedaan bunga bangka dengan
rafflesia dapat dibaca di artikel saya tentang Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan
Bunga Bangkai.
Mengenal Ciri Bunga Bangkai (Amorphophallus). Bunga bangkai dalam bahasa latin
disebut Amorphophallus yang berasal dari bahasa Yunani Kuno Amorphos yang berarti
cacat, tanpa bentuk dan phallos yang berarti penis.
Mengenal Rafflesia Arnoldi (Rafflesia arnoldii) beserta gambar dan cirinya ini sebagai
pelengkap artikel terdahulu tentang bunga raksasa bernama latin Rafflesia arnoldii yang oleh
masyarakat sering disebut Rafflesia Arnoldi (dengan satu i saja). Selain itu bunga ini juga
dikenal sebagai Patma Raksasa.
Bunga raksasa berbau busuk ini ditetapkan sebagai Puspa Langka Indonesia, salah satu dari
tiga Puspa Nasional Indonesia di samping Melati (Puspa Bangsa) dan Anggrek Bulan (Puspa
Pesona).
Kenapa Dinamakan Rafflesia arnoldii?. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh
sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang
pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama
kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh
Thomas Stamford Raffles.
Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford
Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.
Mengenal Ciri (diskripsi) dan gambar Rafflesia Arnoldi. Rafflesia Arnoldi sebagaimana
jenis Rafflesia lainnya merupakan tumbuhan parasit obligat. Ia tumbuh di dalam batang liana
(tumbuhan merambat) dari genus Tetrastigma. Rafflesia arnoldii tidak memiliki daun
sehingga tidak mampu ber-fotosintesis sendiri. Nutrisi yang dibutuhkan bunga ini diambil
dari pohon inangnya.
Pohon Damar, atau disebut juga Dammar Raja, merupakan salah satu pohon asli
Indonesia dan penghasil utama getah damar. Getah damar ini yang kemudian diolah menjadi
kopal dan dijadikan bahan baku berbagai industri. Pohon damar (Agathis dammara)
merupakan tanaman asli Maluku, Sulawesi, dan kepulauan Filipina. Namun kini telah
dibudidayakan di berbagai tempat lain termasuk di pulau Jawa.
Pohon damar di beberapa daerah disebut sebagai kalne, kssi, oenela (Muluku); dammar
lulu atau dammar malolo (Sulawesi). Selain dinamai damar, di Indonesia kerap disebut juga
sebagai damar raja. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai amboina pitch tree
atau celebes kauri.
Nama latin tumbuhan ini adalah Agathis dammara (Lamb.) Rich. & A. Rich. yang
mempunyai beberapa nama sinonim di antaranya adalah :
Uniknya, di Indonesia penggunaan istilah damar saling tumpang tindih (rancu). Kata
damar juga digunakan untuk penyebutan resin (getah) yang dihasilkan oleh sejumlah pohon
dari genus Shorea dan Hopea. Sedangkan getah pohon damar (Agathis dammara) lebih sering
disebut sebagai kopal. Selain itu, penggunaan istilah kayu damar malah digunakan untuk
penyebutan kayu dari pohon jenis Araucaria. Sementara kayu pohon damar diperdagangkan
sebagai kayu Agatis.
Ciri dan Karakteristik Agathis dammara
Daun berbentuk jorong (bulat memanjang) dengan panjang 6 8 cm dan lebar 2 3 cm.
Bagian pangkal daun membaji sedangkan ujungnya runcing. Tulang daun sejajar dan banyak.
Bunga jantan dan betina berada pada tandan yang berbeda, pada pohon yang sama (berumah
satu).
Damar merupakan tumbuhan asli Indonesia. Daerah sebarannya meliputi pulau Sulawesi,
kepulauan Maluku, dan kepulauan di Filipina. Namun kini, pohon damar telah dibudidayakan
di perkebunan-perkebunan di pulau Jawa. Tumbuh di hutan hujan tropis dataran rendah
hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.
Meskipun tidak termasuk tanaman langka, namun pohon damar (Agathis dammara) di habitat
aslinya telah mengalami populasi hingga 30% dalam 75 tahun terakhir. Oleh karena itu Daftar
Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN Redlist) memasmukkannya
dalam spesies Vulnerable (Rentan).
Pemanfaatan Pohon Damar
Ciri ciri tumbuhan kantong semar dan tumbuhan lumut - Di dunia ini ada banyak
sekali jenis tumbuhan yang dapat kita temui, termasuk tumbuhan kantong
semar dan juga tumbuhan lumut. Selain tumbuhan kantong semar dan juga
tumbuhan lumut, masih banyak lagi jenis tumbuhan lain yang ada di dunia ini
seperti tumbuhan paku pakuan, tumbuhan anggrek, tumbuhan berpembuluh dan
masih banyak lagi jenis tumbuhan yang lainnya.
Setiap jenis tumbuhan yang hidup di dunia ini pasti memiliki ciri ciri baik itu ciri
ciri khusus yaitu ciri ciri yang hanya terdapat pada tubuh tumbuhan tersebut
maupun ciri ciri umum atau ciri ciri yang bisa saja ditemukan di tumbuhan yang
lain. Ciri ciri yang ada pada tubuh tumbuhan adalah untuk membedakan dengan
tumbuhan yang lain. Seperti yang telah masyarakat ketahui bahwa ada banyak
sekali jenis tumbuhan yang ada, akan tetapi pada saat ini saya hanya akan
berbagi pengetahuan tentang tumbuhan kantong semar dan juga tumbuhan
lumut. Pada kesempatan ini akan saya bahas tentang ciri ciri dari tumbuhan
kantong semar dan juga ciri ciri dari tumbuhan lumut.
Ciri ciri tumbuhan kantong semar
Tumbuhan kantong semar adalah jenis tumbuhan yang memiliki kantong seperti
kantong semar, maka dari itu bunga ini diberi nama
kantong semar. Tumbuhan kantong semar memiliki nama
latin tropical pitcher plant, jenis tumbuhan ini hidup didaerah tropis. Jenis
tumbuhan kantong semar masuk ke dalam genus tumbuhan karnivora. Jenis
tumbuhan kantong semar banyak tumbuh di Negara Indonesia, india, Australia,
sri lanka, namun, habitat paling banyak dari tumbuhan ini berada di daerah
pulau borneo dan juga Sumatra.
Tumbuhan kantong semar memiliki ciri ciri yang dapat membedakan antara
tumbuhan kantong semar dengan tumbuhan yang lainnya. Berikut adalah ciri ciri
tumbuhan kantong semar :
Tinggi tumbuhan kantong semar kira kira 15 sampai 20 meter
Di ujung daun terdapat salur yang bisa dimodifikasi sebagai bentuk kantong
Memiliki kantong yang digunakan sebagai tempat untuk menangkap binatang
yang akan dimakan seperti anak kodok, serangga, dan lain lain
Pohon ini agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu
ulin. Sementara, di bagian bawah pohon, terdapat bagian yang berlubang. Jenis kayu dari
pohon ulin tidak mudah lapuk, baik di air maupun daratan. Itulah sebabnya, kayu ini banyak
dipakai sebagai bahan bangunan khususnya untuk rumah yang didirikan di atas tanah berawa.
Sementara itu, proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan
dengan baik. Perkecambahan biji ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan
dengan persentase keberhasilan relatif rendah. Apalagi, produksi buah tiap pohon umumnya
juga sedikit. Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat,
kadang-kadang batu kapur. Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit
yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 25004000 mm.
(Kidnesia/Berbagai sumber).
Cendana, atau cendana wangi, adalah pohon penghasil kayu cendana serta minyak cendana.
Kayunya dipakai sbg rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran minyak wangi,
dan sangkur keris (warangka). Kayu yang baik dapat menaruh aromanya sepanjang beratusratus tahun. Konon di Sri Lanka kayu ini dipakai untuk membalsam jenazah putri-putri raja
dari era ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, terutama di
Pulau Timor, walau saat ini ditemukan juga di Pulau Jawa serta pulau-pulau Nusa Tenggara
yang lain.
Tanaman Cendana
Image Credit : Wikipedia.Org
Cendana yaitu tumbuhan parasit pd awal kehidupannya. Kecambahnya membutuhkan pohon
inang untuk beri dukungan pertumbuhannya, di karenakan perakarannya sendiri tak sanggup
beri dukungan kehidupannya. Di karenakan prasyarat inilah cendana sulit dikembangbiakkan
atau dibudidayakan.
Kayu cendana wangi (Santalum album) saat ini amat langka serta harga nya amat mahal.
Kayu yang datang dari daerah Mysoram di India selatan umumnya dikira yang sangat bagus
kualitasnya. Di Indonesia, kayu cendana yang berasal dari Timor juga amat dihargai. Sbg
gantinya sebanyak ahli aromaterapi serta minyak wangi memakai kayu cendana jenggi
(Santalum spicatum). Ke-2 type kayu ini tidak sama konsentrasi bahan kimia yang
dikandungnya, serta oleh karenanya kandungan harumnya lalu tidak sama.
net
Anggrek Tebu (Grammatohyllum sp)
foto TERKAIT
Sebelum berangkat eksplorasi, tim berupaya mencari data vegetasi Batam, tetapi mereka
tidak menemukannya. Ketiadaan data membuat tim kesulitan menentukan tumbuhan tertentu
tergolong langka atau tidak. Penentuan status penting untuk tindakan konservasi selanjutnya.
Kebutuhan lahan di Batam untuk permukiman dan areal komersial cukup tinggi.
Alternatifnya hanya mengubah fungsi hutan. Pengalihan fungsi itu tidak bisa dicegah jika
tidak diketahui di hutan ada tumbuhan langka atau tidak.
Setelah selesai eksplorasi, kami akan mencocokkan dengan data LIPI. Jika belum terdata,
akan dicatat, ujar Yufi.
Tim eksplorasi, kata Yufi, juga menemukan aneka kantong semar (Nepenthes sp) tumbuh di
berbagai penjuru Batam. Hal itu menunjukkan tanah Batam kurang subur. Kantong semar
mudah hidup di tanah yang kurang nutrisi.
Daun Sang merupakan tanaman unik Indonesia. Tumbuhan Daun Sang yang mempunyai
nama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini mempunyai ukuran daun yang sangat besar
mencapai 6 meter. Lebar daunnya mencapai 1 meter. Sayangnya hanya sedikit saja yang
mengetahui keberadaan tanaman unik daun sang ini.
Daun Sang oleh beberapa kalangan (termasuk Kementerian Kehutanan RI) diklaim sebagai
tanaman endemik Sumatera, Indonesia yang hanya bisa ditemui di kawasan Aras Napal,
Besitang. Sebuah wilayah di Kabupaten Langkat yang termasuk dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser. Namun dari beberapa referensi yang saya dapat, Daun sang yang
unik ternyata juga bisa ditemui di Thailand, Malaysia, Serawak, Kalimantan bagian barat dan
Sumatera, Indonesia.
Tengkawang
Tengkawang
Mengenal Edelweiss
Orang-orang mungkin jarang mendengar mengenai tumbuhan dengan nama
latin Anaphalis javanica. Tapi bagaimana dengan edelweiss? Pasti sudah sering
mendengar nama tanaman edelweiss, atau yang sering disebut-sebut sebagai
bunga abadi. Anaphalis javanica lebih popular dengan sebutan edelweiss jawa
(Edelweiss javanica). Pertama kali melihat tanaman ini, rasanya unik. Bunga nya
kecil-kecil, cantik, dan tak pernah layu. Edelweiss merupakan family dari
sunflower. Kata edelweiss berasal dari bahasa Jerman edel yang berarti mulia,
dan weiss yang berarti putih.
Anaphalis javanica merupakan tumbuhan endemic zona alpine/Montana di
berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh dengan
ketinggian 8 meter, dan memiliki batang sebesar kaki manusia, walaupun pada
umumnya tingginya tidak lebh dari 1 meter. Tumbuhan cantik ini sekarang
dikategorikan menjadi tumbuhan langka. Jangan salah, di Eropa pun ternyata
ada juga edelweiss. Nama latin nya adalah Leontopodium alpinum. Edelweiss
jawa termasuk tanaman endemic dan langka, berbentuk semak dengan bungan
yang berumpun. Sedangkan edelweiss eropa bunganya tidak berumpun. Akan
tetapi dua-duanya mempunyai kesamaan yaitu sama-sama cantik.
Leontopodium alpinum merupakan salah satu tumbuhan gunung eropa yang
terkenal. Nama Leontopodium berarti cakar singa yang berasal dari bahasa
Yunani Leon (berarti singa) dan podion (berarti kaki). Daun dan bunganya
ditutupi bulu-bulu putih seperti wool. Tangkai bunga edelweiss dapat tumbuh dari
ukuran 3-20 cm menjadi 40 cm. Masing-masing bunga terdiri dari 5-6 kepala
bunga kuning kecil (5mm), dikelilingi oleh daun-daun muda menjadi bentuk
bintang. Bunga ini akan berkembang antara bulan Juli-September. Tumbuhan ini
penyebarannya bervariasi, akan tetapi lebih sering dijumpai di daerah berbatu
dengan ketinggian 2000-2900 m. Tumbuhan ini tidak beracun, bahkan sering
dipakai dalam pengobatan tradional untuk mengobati perut dan pernafasan.
Bulu-bulu tebal yang muncul merupakan adaptasi dari ketinggian tempat, dan
melindungi tumbuhan dari dingin, kering, dan dari radiasi UV. Karena tumbuhan
ini tumbuh di daerah yang sulit dijangkau, maka di beberapa Negara bagian
alpen, tumbuhan ini dihubungkan dengan pendakian gunung.
Leontopodium alpinum
Klasifikasi Ilmiah
Edelweiss Jawa
Edelweiss Eropa
Kerajaan
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Asterales
Famili
Asteraceae
Bangsa
Gnaphalieae
Genus
Anaphalis
Leontopodium
Spesies
A.javanica
L.alpinum
Leontopodium
alpinum