Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KETERKAITAN HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae)

DENGAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) PADA PRAKTIKUM LAPANGAN


EKOLOGI HEWAN DI RESORT WAY KANAN, SPTN 1 WAY KANAN, TAMAN
NASIONAL WAY KAMBAS

Elen Fitria

Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung, email: fitriaelen@gmail.com

ABSTRAK

Taman nasional way kambas merupakan salah satu taman nasional yang ada sumatera dengan
luas mencapai 125.000 ha. Keanekaragaman fauna kawasan Taman Nasional Way Kambas
sangat tinggi, didalamnya terdapat 5 mamalia besar yang dilindungi, seperti tapir, gajah,
beruang madu, badak, dan harimau sumatera. Harimau sumatera yang merupakan hewan
karnivora, adapun satwa mangsanya adalah babi, monyet, kiijang, beruang, dan rusa sambar.
Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan kaitan harimau sumatera dengan rusa sambar,
yang merupakan rusa terbesar di daerah tropika.seiring berjalannya waktu, jumlah spesies
rusa sambar mengalami penurunan akibat perbuan liar yang disebabkan oleh manusia yang
pada akhirnya akan mengganggu kesetabilan ekosistem di TNWK.

Kata kunci: Harimau sumatera, rusa sambar, perburuan liar.

PENDAHULUAN secara garis besar fauna TNWK


dikelompokkan dalam, mamalia,
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di aves/burung, reptilia/melata, amphibi/dua
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi dunia, fish/ikan dan insekta/serangga.
Lampung ditetapkan sebagai kawasan Gajah Sumatera (Elephas maximus
Taman Warisan ASEAN (ASEAN sumatraensis ) dengan populasi berkisar
Heritage Park). Penetapan ini menjadikan 180 200 ekor), Badak Sumatera
TNWK sebagai Taman Warisan ASEAN (Dicerorhinus sumatraensis) dengan
ke-4 di Indonesia atau ke-36 di Asia jumlah populasi 20-25 ekor, Tapir
Tenggara. Penetapan kawasan konservasi (Tapirus indicus), Rusa (Cervus unicolor),
menjadi Taman Warisan ASEAN Kijang (Muntiacus muntjac), Napu
merupakan salah satu upaya untuk (Tragulus napu), Babi Hutan (Sus scrofa).
melestarikan kawasan di wilayah ASEAN Selain itu terdapat jenis mamalia lain,
yang dikenal dengan keanekaragaman diantaranya Beruang Madu (Helarctos
hayati dan nilai ekosistemnya yang tinggi. malayanus), Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) dengan jumlah populasi 30
Keanekaragaman fauna kawasan Taman
- 36 ekor, Anjing Hutan (Cuon alpinus),
Nasional Way Kambas sangat tinggi,
Kucing Emas (Felis temminckii), Kucing
Bulu (Felis marmorata) dan jenis-jenis Kpts-11/1991, tanggal 19 Juni 1991 dan
musang (Lestari, 2006). PP No 7 Tahun 1999 sebagai salah satu
jenis satwa yang dilindungi. Selain itu
Taman Nasional Way Kambas merupakan IUCN juga menyebutkan bahwa rusa
salah satu kawasan penting bagi sambar dikategorikan dalam jenis yang
pelestarian harimau sumatera. Berdasarkan terancam (vulnerable) akibat populasinya
hasil survey dan pemasangan camera trap yang terus menurun[2] terjadinya
di Taman Nasional Way Kambas terdapat penurunan jumlah populasi rusa sambar
43 ekor harimau sumatera (Sinaga, 2004). pada habitat aslinya di hutan Kalimantan
Keberadaan populasi harimau sumatera dan Sumatera dikarenakan adanya
tersebut sangat tergantung pada kondisi perburuan liar yang dilakukan oleh
habitatnya. Dalam pelestarian harimau masyarakat [3] dan adanya kerusakan
sumatera di kawasan taman nasional habitat [4] (Vina Sita dan Aunurohim,
hendaknya perlu diperhatikan populasinya 2013). Penurunan populasi rusa sambar ini
dan habitat yang optimal untuk akan berpengaruh kepada populasi
mendukung kehidupan harimau sumatera. harimau sumatera yang terdapat di TNWK.
(Sriyanto, 2003). Oleh karena itu, perlu digali lebih dalam
tentang kaitan rusa sambar dengan
Way Kanan (D1, Kalibiru dan D2)
harimau pada praktikum lapangan mata
merupakan area dengan kepadatan
kuliah Ekologi Hewan yang telah
populasi harimau sumatera yang paling
dilakukan di TNWK.
tinggi dibandingkan dengan area yang lain.
Dugaan kepadatan populasi satwa mangsa
yang tertinggi pada lokasi ini adalah rusa
sambar, monyet ekor panjang dan babi METODE PENELITIAN
hutan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
terhadap rambut dalam sampel feses yang Penelitian ini dilakukan saat praktikum
dilakukan oleh Sriyanto (2003) di lokasi lapangan mata kuliah Ekologi Hewan di
ini, diperoleh keterangan bahwa persentase Taman Nasional Way Kambas tepatnya di
rusa sambar sebagai mangsa harimau di Resort Way Kanan, SPTN 1 Way Kanan
Taman Nasional Way Kambas adalah pada tanggal 22 24 April 2017 yang
19,7 %, monyet 27,5 % dan babi hutan dibantu oleh Tim RPU Way Kambas
33,3 %. dalam kegiatan Survey dan Monitoring.
Peralatan yang digunakan adalah GPS,
Rusa sambar (Cervus unicolor) yang peta, alat tulis, meteran, kamera, dan
merupakan satwa mangsa dari harimau dan teropong binokuler. Teknik pengumpulan
jenis rusa terbesar di daerah tropika. data adalah study literatur dan observasi
Penyebaran rusa sambar di Indonesia langsung di lapangan. Metode yang
hanya terbatas di daerah Sumatera dan digunakan dalam penelitian ini adalah
Kalimantan. Rusa sambar merupakan salah dengan observasi tanda-tanda sekunder
satu rusa yang paling banyak dipilih mamalia besar, seperti tapak kaki, kotoran,
pemburu sebagai satwa target buru[1]. dan makanan satwa yang ada di Resort
Rusa sambar telah terdaftar dalam Way Kanan, SPTN 1 Way Kanan.
Keputusan Menteri Kehutanan No 305/
HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Monitoring tanda-tanda
keberadaan Badak seperti jejak,
A. RPU (Rhino Protection Unit) kotoran, dll.
Rhino Protection Unit (RPU)
didirikan pada tanggal 30 Agustus
1995 di Muko-muko selatan Bengkulu
B. Temuan Tanda Sekunder Satwa
dengan 4 unit yang terdiri dr
Pada praktikum lapangan ini,
POLHUT dan masyarakat. Kemudian
mahasiswa praktikan mata kuliah
pada tahun 1996 terbentuklah RPU di
ekologi hewan bergabung dalam salah
Way Kambas, Kerinci Seblat dan
satu Tugas RPU yaitu Tugas Survey
Bukit Barisan Selatan. Pada tahun
dan Monitoring Keberadaan Badak di
1997, terbentuklah 2 unit RPU yang
Resort Way Kanan, SPTN 1 Way
kemudian pada tanggal 14 Januari
Kanan. Tim ini terdiri dari Polisi
1998 menjadi PKBI dengan unit kerja
Hutan yang juga sebagai Kepala Tim,
RPU yang dibentuk oleh Ditjen
yaitu Bapak Rustanto, Arif Lukman
PHKA, IRF, Asian Rhino Specialist
Fauzun sebagai Asisten Manager RPU,
Group (AsRSG) dan Yayasan Mitra
dan 3 Orang dari Tim Habitat, yaitu
Rhino. Perkembangan selanjutnya
Dwi Agus Kurniawan, Jefri Andre
RPU menjalin kerjasama dengan
Pratama, dan Nur Sidiq.
WWF, WCS dan TTF dengan 7 unit di
Way Kambas (5 RPU dan 2 Tiger
Pencarian tanda sekunder satwa pada
Protection Unit). Masing-masing
praktikum lapangan ini tidak hanya
personil unit di RPU berjumlah 4
terfokus pada tanda sekunder pada
orang yang dikepalai oleh Polhut dan
badak saja, akan tetapi pada mamalia
3 unit lainnya adalah masyarakat.
besar lainnya, seperti harimau,
Semua operasional dikendalikan oleh
beruang, gajah, dan tapir. Adapun
koordinator lapangan dibawah
temuan yang didapatkan adalah:
naungan PKBI dan Taman Nasional.
1. Tanda Sekunder Harimau
Adapun tugas dan peranan RPU
Tanda pertama ditemukan pada
adalah:
tanggal 22 April 2017 dengan waktu
1. Perlindungan Badak dari
14:36 WIB berupa jejak kaki,
perburuan dan pencegahan
kemudian jejak juga ditemukan tidak
perusakan habitat serta membantu
jauh dari lokasi penemuan pertama
pengelolaan kawasan setempat.
berupa cakaran pada tanah atau
2. Patroli perburuan badak
Scrape. Kemudian pada tanggal 23
merupakan tugas utama (rutin dan
April 2017 ditemukan pula jejak
gabungan)
harimau yang diperkirakan berumur
3. Penegakan Hukum dengan
sekitar 3 hari.
melakukan penangkapan dan
pengamanan barang bukti,
2. Tanda Sekunder Gajah
4. Penyidikan dilakukan PPNS dan
Tanda sekunder gajah yang ditemukan
penyidik Polri
berupa jejak atau tapak kaki pada 23
April 2017 dengan waktu 10:11 WIB dan konsumen dapat stabil. Rusa
pada koordinat 854-468 dengan sambar mempunyai kemampuan
ketinggian 43 m diatas permukaan laut. adaptasi yang tinggi, dan dalam
Ditemukan di jalur satwa pada cuaca pemeliharaannya pakan bukanlah
yang cerah dengan kondisi vegetasi merupakan faktor pembatas. Rusa
sekunder muda, diperkirakan berusia dapat mengkonsumsi hampir semua
< 1 bulan. Tanda sekunder yang kedua jenis dedaunan dan rumput, tahan
berupa kotoran gajah di hari yang terhadap kekurangan air sehingga
sama pada koordinat 871-472. mampu menyesuaikan dengan kondisi
agroekosistem yang beragam
3. Tanda Sekunder Tapir (Naipospos, 2003; Badarina, 1995).
Tanda sekunder tapir ditemukan pada
23 April 2017 pukul 10:19 WIB pada Akan tetapi saat ini populasi rusa
koordinat 855-468 berupa jejak kaki sambar kian mengalami penurunan
dengan WW: 4,5 cm, FF: 16 cm, AA: akibat perburuan liar (Vina Sita dan
15cm, FA: 7,5 ccm, dan FA : 6,5 cm. Aunurohim, 2013), sehingga
Ditemukan pada ketinggian 45 cm penurunan jumlah rusa sambar juga
diatas permukaan laut, perkiraan usia berpengaruh pada populasi harimaau
sekitar < 1 minggu. sumatera yang merupakan satwa
mangsa harimau sumatera.
Berdasarkan data statistik
C. Hubungan Rusa Sambar dengan kehutanan(2011), realisasi penerimaan
Harimau Sumatra Negara dari perdagangan tanduk rusa
pada akhir tahun 2011 mencapai
Rusa sambar (Cervus unicolor) adalah 127,600.00 $. Hal ini menyebabkan
salah satu manggsa harimau sumatera perburuan rusa di Indonesia semakin
yang ada di TNWK dan juga meningkat sehingga menyebabkan
merupakan jenis rusa terbesar di penurunan populasi rusa di habitat
daerah tropika. aslinya. Status konservasi rusa sambar
oleh IUCN dikategorikan dalam
Jenis tumbuhan yang merupakan Vulnerable (Vu: Resiko Rendah),
pakan bagi rusa sambar yang antara dilihat dari status konservasi tersebut,
lain jenis kandis, medang, putat dan perlu adanya pelestarian agar tidak
sempu air (Radiyus, 2004). Jenis punah.
tumbuhan pakan tersebut banyak
tersedia di Taman Nasional Way
Kambas. Keanekaragaman vegetasi
yang tinggi mengindikasikan suatu
struktur komunitas stabil (Kartawinata
et al, 1991). Taman Nasional Way
Kambas memiliki keanekaragaman
tumbuhn yang cukup bervariasi
sehingga diharapkan struktur
komunitas atau hubungan produsen
Tabel 1. Kalkulasi relatif hewan SIMPULAN DAN SARAN
mangsa yang diterkam harimau
( Stoen and Wegge, 1996) Keadaan vegetasi di dalam TNWK sangat
mendukung satwa manggsa harimau
sumatera khususnya rusa sambar untuk
bertahan hidup, namun kini populasi rusa
sambar kian mengalami penuruan setiap
tahunnya seiring berjalannya waktu akibat
perburuan liar yang dilakukan oleh
masyarakat umum. Akibatnya satwa
mangsa harimau sumatera juga berkurang,
ditambah lagi dengan ukuran rusa sambar
yang besar menjadikan rusa sambar
bernilai lebih dibanding satwa mangsa
lainnya, dapat membuat ketahanan hidup
harimau sumatera lebih panjang yakni
mencapai 6 hari.

Oleh karena itu, perlu diadakannya


Dari tabel diatas, yang merupakan
konservasi terhadap satwa mangsa harimau
tabel kalkulasi relatif dari hewan
khususnya rusa sambar untuk mendukung
mangsa yang diterkam harimau dapat
dari hidup harimau sumatera yang
dilihat jumlah sampel babi pada feses
statusnya sudah terancam kepunahan.
harimau paling banyak, namun rusa
Selain itu, diperlukan juga pengawasan
lah yang memiliki jumlah relatif
dan penjagaan lebih ketat terhadap
terbesar. Artinya adalah satu ekor rusa
pemburu-pemburu dan diberikan sanksi
sambar dengan berat sekitar 185 kg
yang tegas bagi para pemburu.
dengan rata-rata jumlah makan
harimau 4-12 kg perhari dapat
dihabiskan dalam 6 hari (Jackson,
1990). DAFTAR PUSTAKA
Badarina, I. 1995. Rusa satwa harapan
sumber protein hewani masa depan.
Sehingga dapat dikatakan, rusa Ruminansia 4:7-8.
sambar sebagai mangsa dari harimau
sumatera sangat berperan dalam IUCN/SSC. 1996. Status Survey and
kelangsungan hidup bagi harimau Conservation Action Plan Wild
sumatera. Keduanya sangatlah Cats.IUCN/SSC Cat Specialist Group.
berkaitan dan berhubungan. Apabila IUCN Publication Services Unit.
Cambridge.
jumlah populasi rusa sambar menurun,
maka makanan satwa harimau Kartawinata, K. Dan A.J. Whitten. 1991.
sumatera juga menurun artinya juga Krisis Biologi Hilangnya
akan ada lebih banyak mangsa buruan Keanekaragaman Biologi. Yayasan Obor
yang diperlukan untuk dimangsa Indonesia. Jakarta.
harimau sumatera.
Lestari, N.S. 2006. Studi Habitat Harimau (Pantera tigris )during the dry season in
Sumatera (Panthera tigris sumatera lowland Nepal. Mammalia, 60(3): 363-373
Pocock, 1929) Di Taman Nasional Way
Kambas. Skripsi. Program Sarjana. Intitut Vinna Sita dan Aunurohim. 2013. Tingkah
Pertanian Bogor. Bogor. Laku Rusa Sambar ( Cervus unicolor)
dalam Konservasi Ex-situ di Kebun
Naipospos, T.S.P. 2003. Rencana strategis Binatang Surabaya. Institut Teknologi
dalam pemanfaatan rusa sebagai usaha Sepuluh November. Surabaya.
aneka ternak. Makalah dalam Lokakarya
Pengembangan Rusa: Pendaya"ganaan
rusa sebagai sumber protein hewani
altematif dalam rangka diversifikasi usaha
ternak. Direllorat Pengembangan
Petemakan Direktorat Jenderal Bina
Produksi Peternakan, Jakarta. Taman Mini
Indonesia Indah, 11 September 2003.

Radiyus, R. 2004. Studi Jenis Pakan Rusa


Sambar (Cervus unicolor) di Wilayah
Granit dan Rantau Langsat Taman
Nasional Bukit Tigapuluh Propinsi Riau
dan Jambi. Program D3 Konservasi
Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan.
IPB. Bogor

Rudiansyah. 2007. Permodelan Spasial


Kesesuaian Habitat Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)
di Resort Ipuh-Seblat Seksi Koservasi
Wilayah II Taman Nasional Kerinci Seblat.
Skripsi Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Sinaga, W. H. 2004. Pengalaman Program
Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)
dalam Implementasi Konservasi Harimau
Sumatera secara Insitu di Pulau Sumatera.
Prosiding Seminar Harimau Sumatera. Uni
Konservasi Fauna Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Sriyanto, 2003. Kajian Mangsa Harimau


Sumatera (Panthera tigris sumatrae,
Pocock 1929) di Taman Nasional Way
Kambas. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Stoen O.G. and P. Wegge. 1996. Prey


selection and prey removal by tiger

Anda mungkin juga menyukai