Anda di halaman 1dari 8

Pengamanan dan Perlindungan Kawasan Hutan Lindung Batutegi Tanggamus

Lampung Berbasis Smart Patrol


Aris Subagio1*, Elly L. Rustiati2, Miftakhul Huda3, Idris Rafik Abdullah4, Sarno5
1,2)
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
3)
Yayasan Inisiasi Alam Rehhabilitasi Indonesia (YIARI),
Jl. Curug Nangka Kp. Sinarwangi, RT. 04/05, Kel. Sukajadi, Kec. Tamansari, Bogor, Jawa Barat 16610
1
aris.subagio15@gmail.com
2
ely_jazdzyk@yahoo.com
3
mhuda726@gmail.com

Intisari—Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk
mengukur, mengoleksi, mengevaluasi, dan meningkatkan efektivitas pemantauan dan aktivitas konservasi
berbasis lokasi. Kegiatan patroli berbasis SMART telah dilaksanakan pada Januari – Februari 2019 di
kawasan hutan lindung Batutegi Tanggamus, bekerja sama dan di bawah program Yayasan Inisiasi Alam
Rehabiitasi Indonesia (YIARI). Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan sistem pengamanan di dalam
kawasan hutan lindung Batutegi dengan SMART Patrol di Resort Way Sekampung dan Resort Batu Lima.
Dengan SMART dapat diperoleh titik temuan berupa satwa secara langsung ataupun tidak langsung,
ancaman, tumbuhan, dan bentang alam. Data yang diolah adalah data temuan satwa dan temuan ancaman
pada saat patroli kawasan hutan lindung Batutegi, sedangkan data lainnya dijadikan sebagai data
pendukung. Sebanyak 123 titik temuan, dengan temuan tertinggi adalah temuan satwa (40%), satwa yang
didapat berdasarkan temuan secara langsung (Hylobates syndactylus, Macaca nemestrina, Buceros
rhinoceros)maupun tidak langsung (Helarctos malayanus, Sus scrofa, Cervus unicolor), temuan tidak langsung
berdasarkan tanda-tanda keberadaan satwa liar seperti jejak, gesekan badan, cakaran, bekas makan
ataupun kubangan.
Kata kunci —SMART Patrol, Pengamanan, Satwa, Ancaman.

Abstract —Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART) is an application used to measure, collect,
evaluation, and increase effectiveness on monitoring and conservation of location-based resources. SMART-
based patrol activities have been carried out in January - February 2019, in protected forest area Batutegi
Tanggamus, in collaboration with and under the Indonesian Rehabiitation Nature Initiation (YIARI)
program. The purpose of this research is to implement a security system in the Batutegi protected forest area
with SMART Patrol in Way Sekampung Resort and Batu Lima Resort. With SMART the point of discovery
is in the form of animals directly or indirectly, threats, plants and landscapes. The data processed is data
from animal findings and findings of threats during patrol when in Batutegi protected forest area, while other
data used as supporting data. A total of 123 points of discovery, with the highest findings are animals (40%),
animals obtained directly (Hylobates syndactylus, Macaca nemestrina, Buceros rhinoceros) and also indirectly
(Helarctos malayanus, Sus scrofa, Cervus unicolor), can be taken directly based on the sign animal release
signs such as footprints, body rubbing, scratches, food stains or pools.
Keywords —SM SMART Patrol, Security, Animals, Threats.

I.PENDAHULUAN Batutegi merupakan salah satu hutan lindung


yang ada di Indonesia dan dikelola oleh
Indonesia adalah negara kepulauan KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan
terbesar di dunia, dengan 63% atau seluas Lindung) Batutegi. Menurut KPHL (2012),
120,6 juta hektar daratannya sebagai Huda dkk., (2018) dan Shancez (2010) di
kawasan hutan. Potensi keanekaragaman dalam kawasan Hutan Lindung Batutegi
hayati yang ada di hutan Indonesia sangatlah masih terdapat keragaman satwa yang
tinggi dengan tingkat endemisitas yang beragam, dengan ditemukan 17 famili
tinggi. Hutan diklasifikasikan menjadi 3 dengan 29 jenis mamalia, dua di antaranya
fungsi yaitu hutan produkasi, hutan endemik, yaitu harimau sumatera (Panthera
konservasi dan hutan lindung (KLHK, 2018). tigris sumatrae) dan simpai (Presbytis
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri melalopus). Spesies burung yang ada
Kehutanan Nomor SK.68/MenhutII/2010 sebanyak 38 famili dengan 140 spesies
tanggal 28 Januari 2010 Hutan Lindung
151
diantaranya sepah gunung (Pericrocotus yang dilakukan oleh tim patroli. d)
miniatus), prenjak (Prima familiaris), cucak Perburuan, merupakan temuan aktivitas
kerinci (Pycnonotus leucogrammicus), berburu yang dilakukan secara langsung oleh
burung cabe (Dicaeum trochileum), dan pemburu maupun dengan alat. Dalam temuan
bondol jawa (Lanchura leucogasstroides). perburuan, temuan alat buru tidak
Keanekaragaman mamalia karnivora yang dimasukkan di dalam sub kategori alat,
beragam diantaranya harimau sumatera namun dimasukkan di dalam sub kategori
(Panthera tigris sumatrae), kucing emas perburuan dengan tujuan bahwa alat yang
(Catopuma temminckii), dan musang bulan ditemukan merupakan alat yang tetap aktif
(Paguma larvata). Di kawasan Hutan memberikan ancaman perburuan. e)
Lindung Batutegi dapat dijumpai juga spesies Pembalakan, merupakan temuan hasil
primata seperti siamang (Symphalangus penebangan pohon secara ilegal dalam
syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), bentuk gelondongan, kayu olahan, maupun
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), sisa/serpihan kayu. f) Pengambilan ikan,
simpai (Presbytis melalopus),dan kukang merupakan pengambilan ikan dengan
sumatera(Nycticebus coucang). menggunakan alat maupun secara langsung
Pengamanan dan perlindungan merupkan dimasukkan di dalam sub kategori
suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan pengambilan ikan dengan tujuan yang sama
oleh aparat kehutanan dan bekerjasama dengan mekanisme pada perburuan. g)
dengan instansi terkait dalam menjaga, Pertambangan, merupakan temuan area atau
melindunggi, dan mempertahankan hutan lokasi penambangan yang dilalui oleh tim
dari gangguan yang dapat mengganggu dan patroli. h) Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK),
merusak sumber daya alam yang ada di merupakan temuan lokasi-lokasi dan obyek
dalamnya (Sukarman, 2018). Spatial HHBK yang diambil oleh pelaku. i) Jalan
Monitoring and Reporting Tool (SMART) akses, merupakan titik-titik masuk atau
merupakan sebuah aplikasi yang persimpangan jalan yang dilalui oleh pelaku
dikembangkan untuk mengukur, menuju ke kawasan. Informasi ini sangat
mengevaluasi, dan meningkatkan efektivitas diperlukan untuk memberikan arahan
pemantauan dan aktivitas konservasi berbasis mekanisme dan tujuan patroli selanjutnya
lokasi. Sistem SMART diciptakan untuk dengan mempertimbangkan temuan-temuan
membantu pengelolaan kawasan konservasi yang ada di sekitar jalan akses dan sebaran
dan kawasan suaka alam lainnya dalam satwa kunci yang memiliki potensi tinggi
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan terancam oleh adanya jalan akses. j) Bencana
evaluasi intervensi konservasi di alam, merupakan bencana alam yang dapat
lapangan.Aplikasi SMART lebih dari sekedar menyebabkan kerusakan terhadap
alat untuk mengumpulkan data, melainkan biodiversitas atau kematian satwa liar.
seperangkat alat (tool) yang dikembangkan Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
berdasarkan pengalaman praktis dan bencana alam dipisahkan dengan sub
dirancang untuk membantu perlindungan kategori ancaman-ancaman lain yang
kawasan konservasi.(Kholis dkk., 2016). disebabkan oleh manusia. k) Alat kerja dan
Menurut Puspita dkk., (2017), struktur transportasi, merupakan temuan yang
database SMART terdiri dari kategori, berhubungan dengan setiap kategori ancaman
Struktur kategori data SMART yang manusia, namun dipisahkan agar tidak terjadi
dimaksud adalah: a) Ancaman, merupakan pencatatatan berulang kasus maupun alat
kategori temuan obyek aktivitas tindak kerja serta transportasinya. Alat kerja dan
kejahatan, di dalam kategori ancaman transportasi akan menjadi indikator adanya
terdapat beberapa jenis subkategori. b) ancaman untuk kawasan, namun tidak secara
Pelaku, merupakan temuan pelaku aktivitas langsung menunjukkan terjadinya ancaman
tertentu yang ditemukan oleh tim patroli. c) dalam kawasan. l) Kebakaran, merupakan
Perambahan, merupakan area perambahan temuan titik kebakaran yang ditemukan
yang ditemukan oleh tim patrol, disertai sepanjang jalur patrol. m) Perdagangan dan
dengan informasi jenis tanaman, rumah, kepemilikan tumbuhan dan satwa liar (TSL),
estimasi luasan perambahan dan tindakan merupakan informasi mengenai keberadaan
152
perdagangan TSL maupun kepemilikan TSL anjangsana kepada tokoh-tokoh masyarakat,
dapat diperoleh melalui patroli atau penyuluhan dan pendampingan desa di
pemantauan pasar atau pada lokasi yang sekitar kawasan. r) Konflik manusia dan
sudah merupakan titik peredaran, jalan raya satwa liar, biasanya terjadi di sekitar kawasan
di pinggiran taman nasional merupakan akses taman nasional yang berdekatan langsung
keluarnya TSL. Contoh temuan di dalam dengan pemukiman masyarakat yang
kategori ini adalah pengangkutan kayu, satwa ditanggapi oleh tim resort maupun mitra
babi hutan dan jenis-jenis satwa kerja. s) Informasi masyarakat adat,
lainnya.Taman nasional dapat melaksanakan merupakan temuan yang digunakan sebagai
kegiatan pos jaga di jalur lintas dan pendamping informasi ancaman terhadap
melakukan pemeriksaan terhadap muatan di biodiversitas yang ditemukan di area
dalam kendaraan. Informasi satwa liar, masyarakat adat. t) Informasi wisata dan jasa
merupakan keterangan mengenai distribusi lingkungan, merupakan temuan lokasi
keberadaan satwa kunci dan dihubungkan ekowisata, potensi ekowisata dan bangunan
dengan potensi ancaman terhadap satwa budaya. Kategori ini juga mencakup potensi
kunci tersebut.Informasi mengenai populasi air bersih dan titik sumber air untuk
maupun kepadatan satwa tidak dapat masyarakat maupun sungai yang digunakan
diperoleh melalui patroli maupun sebagai sumber air. u) Posisi, merupakan
pengelolaan data dalam SMART, melainkan informasi keberadaan tim patroli, lokasi
membutuhkan survei khusus dengan metode mulai, lokasi berhenti dan titik selain
yang sesuai dengan jenis satwa kunci. n) observasi yang dibuat selama pergerakan
Informasi tumbuhan, merupakan keterangan patroli. Titik ini perlu diambil sebagai salinan
mengenai tumbuhan bernilai penting dan (back up) untuk membuat rute (track) patroli
tumbuhan lainnya yang ditemukan pada saat jika rute dalam GPS tidak dapat di unduh.
patroli bertujuan untuk mengetahui distribusi Sistem pengamanan berbasis SMART
tumbuhan. Beberapa tipe tumbuhan yang tersebut diharapkan dapat membantu dalam
dimasukkan di dalam kategori ini antara lain upaya penjagaan dan perlindungan kawasan
tumbuhan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu hutan lindung Batutegi beserta potensi yang
(HHBK), tumbuhan eksotis (tumbuhan yang ada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini
sengaja didatangkan untuk tujuan teretentu, adalah untuk memahami upaya pengamanan
dan keberadaannya dibatasi oleh kondisi hutan dan mengetahui potensi hutan dengan
geografis) dan tumbuhan invasif yaitu menggunakan SMART di kawasan hutan
tumbuhan yang pertumbuhannya sangat lindung Batutegi.
cepat sehingga mengganggu ekosistem yang
ada disekitarnya. o) Informasi II. METODOLOGI
fenologitumbuhan, merupakan keterangan
mengenai tumbuhan berbuah didalam Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
kawasan dan dilakukan untuk mengetahui 10 Januari – 20 Februari 2019, di Resort
musim buah di dalam kawasan hutan. Way Sekampung dan Resort Batulima
Informasi ini biasanya dikumpulkan untuk kawasan Hutan Lindung Batutegi, di bawah
studi waktu pelepasliaran satwa tertentu di program dan bekerja sama dengan Yayasan
dalam kawasan. Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia
p) Fitur, digunakan untuk mengetahui (YIARI). SMART menggunakan Global
keberadaan fitur alami, infrastruktur Positioning System (GPS) dan mencatat
(terutama temuan infrastruktur ilegal) seperti temuan ke dalam datasheet.
jalan, jembatan dan lain-lain. Infrastruktur Data temuan diolah menggunakan
yang dibangun oleh pengelolataman nasional aplikasi SMART dan Microsoft Exel. Data
termasuk juga di dalam temuan ini untuk temuan yang tercatat di datasheet diinput ke
mengetahui kondisi terbaru yang ditemui dalam aplikasi SMART berdasarkan
pada saat patroli. q) Sosialiasi, merupakan kategori yang ditemukan dan dilakukan
kegiatan yang dilaksanakan oleh resort eksport (query)yaitu memindahkan data
tehadap desa atau wilayah kerja resort. yang telah selesai diinput ke dalam Ms.
Petugas resort dapat melakukan kegiatan Exel. Mengolah data temuan satwa liar dan
153
temuan ancaman pada Ms. Exel, sedangkan A.1 Temuan Satwa Liar
data temuan lainnya digunakan sebagai data Temuan satwa liar dikategorikan
pendukung. Analisis data dilakukan secara berdasarkan temuan secara langsung (n=19)
deskriptif. dan tidak langsung (n=29) berdasarkan
tanda-tanda keberadaan satwa liar seperti
III. HASIL DAN PEMBAHASAN jejak, gesekan badan, cakaran, bekas makan
ataupun kubangan. Menurut Kementrian
Kegiatan patroli berbasis SMART di Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018),
kawasan Hutan Lindung Batutegi merupakan tanda-tanda keberadaan satwa liar di dalam
salah satu upaya pengamanan dan kawasan hutan diantaranya tapak kaki,
perlindungan yang dilakukan oleh YIARI kotoran, kubangan, satwa mati, tulang dan
untuk membantu KPHL Batutegi. Selain tengkorak.
pengamanan dan perlindungan, dengan
program SMART dapat dilakukannya Tabel 1. Data satwa liar yang teridentifikasi
inventarisasi keanekaragaman hayati yang
ada di dalam kawasan KPHL Batutegi, yaitu
dengan melakukannya survei langsung di
kawasan hutan lindung Batutegi dan
menandai temuan berdasarkan kategori data
model SMART menggunakan GPS.

A. Temuan Patroli
Ditemukan sebanyak 122 total titik
temuan (Gambar 1) mencakup temuan
ancaman, satwa liar, tumbuhan, fitur,
bencana alam dan data lainnya yaitu aktivitas
tim patroli (berupa titik posisi mulai, istirahat
dan selesai) yang ditemukan pada Resort
Way Sekampung 118 titik temuan dan pada
Resort Batulima ditemukan 4 titik temuan.

Satwa yang teridentifikasi berjumlah 15


spesies yang ditemukan di kawasan hutan
lindung Batutegi, dengan ditemukannya
secara langsung sebanyak 7 spesies, secara
Gbr. 1 Temuan patroli di kawasan hutan lindung tidak langsung sebanyak 5 spesies, dan
Batutegi secara langsung maupun tidak langsung
sebanyak 4 spesies. Satwa liar yang dijumpai
Temuan patroli yang didapat mencakup secara langsung dengan tim pada kegiatan
ancaman, satwa liar, tumbuhan, fitur, patroli diantaranya siamang (Hylobates
bencana alam dan data aktivitas tim patroli syndactylus) (Gambar 2.), Dan perjumpaan
(berupa titik posisi mulai, istirahat dan tidak langsung berupa tanda keberadaan
selesai). Temuan satwa liar secara langsung satwa liar diantaranya kubangan babi hutan
maupun tidak langsung sebanyak 48 temuan (Gambar 3.).
atau 40% dari total temuan (n=122), dan
merupakan jenis temuan tertinggi.

154
Satwa Liar yang Dilindungi terdapat 7
spesies yang dilindungi. Oleh karena itu
satwa yang ditemukan termasuk menjadi
prioritas pemerintah Indonesia untuk
dipertahankan dari berbagai ancaman seperti
perburuan, perdagangan dan perusakan
habitat (Iswandaru dkk., 2018). Perburuan
dan kerusakan habitat menjadi ancaman
utama karena berpengaruh terhadap sebaran
dan populasi satwa liar (Paiman dkk., 2018).

Tabel II. Status konservasi satwa liar yang


Gbr. 2 Temuan siamang di Resort Way teridentifikasi.
Sekampung secara langsung.

Gbr. 3 Temuan tanda tidak langsung satwa


liar

Berdasarkan temuan satwa liar secara


langsung dan tidak langsung di hutan
lindung Batutegi mengindikasikan bahwa
kawasan lindung memiliki keragaman satwa
liar yang beragam, menurut Arief Satwa
yang teridentifikasi berjumlah 15 spesies Keterangan:DD = Data Devicient (Informasi
yang ditemukan di kawasan hutan lindung Kurang),LC = Least Concern (Beresiko Rendah),
NT = Near Treatened (Hampir Terancam), VU =
Batutegi, umumnya disebabkan masih Vulnerable (Rentan), EN = Endangered
adanya kawasan hutan dengan kondisi (Terancam) (IUCN, 2019). D = Dilindungi.
relatif masih baik. Hutan lindung Batutegi
berperan penting sebagai kawasan A.3Temuan Ancaman
penyangga dan habitat alami satwa liar Ancaman merupakan salah satu temuan
sehingga perlu dijaga kelestariannya dari aktifitas patroli dan termasuk bagian
sehingga diperlukan upaya konservasi bagi terpenting untuk dikaji, tindak kejahatan
satwa liar dan habitatnya. seperti pembalakan hutan, pembakaran
A.2 Status Konservasi Temuan Satwa Liar hutan dan perburuan liar dapat mengancam
Satwa liar yang telah ditemukan di hutan keutuhan dari potensi kawasan hutan
lindung Batutegi berdasarkan temuan lindung Batutegi, mulai dari potensi satwa
langsung dan tidak langsung memiliki status maupun tumbuhan yang ada. Menurut
konservasi terancam (lutung simpai dan Mustari dkk., (2014) menyatakan bahwa
siamang) dan berdasarkan Peraturan Menteri aktifitas manusia di dalam kawasan hutan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor seperti perburuan dan pembangunan
106 Tahun 2018 tentang Tumbuhan dan merupakan ancaman yang serius bagi
155
keberadaan satwa khususnya mamalia.
Berdasarkan hasil patroli diperoleh
sebanyak 21 titik temuan ancaman dengan
berbagai subkategori temuan ancaman
(Gambar 4).

Gbr. 5 Temuan pikat burung tidak aktif di


kawasan hutan lindung Batutegi.
Gambar 4.Temuan ancaman di kawasan hutan
lindung Batutegi.

Ditemukan 4 subkategori temuan ancaman


dalam kegiatan patroli di kawasan Hutan
Lindung Batutegi dengan temuan ancaman
tertinggi adalah perburuan satwa sebanyak 15
temuan atau 71% dari total temuan ancaman
(N=21). Menurut Lee (2000) kegiatan
perburuan dapat dibedakan menjadi (i)
perburuan aktif, yaitu aktivitas yang banyak
menguras energi, membutuhkan tenaga dan
menghabiskan waktu karena pemburu harus
mengejar, memburu dan menangkap hewan Gbr. 6 Pengamanan jerat seling oleh dua
buruan dan (ii) perburuan pasif, hanya orang tim patroli YIARI pada saat
membutuhkan waktu dan tenaga untuk patroli di Resort Way Sekampung.
merancang dan menempatkan perangkap atau
jerat pada lokasi yang ditetapkan sambil Jerat seling (Gambar 6) biasanya
menunggu hewan buruan masuk dalam jerat diletakkan pada jalur aktif satwa, diikat pada
atau perangkap. Perburuan satwa yang kayu yang cukup besar dan kuat guna satwa
ditemukan tergolong perburuan pasif dengan yang terjerat tidak dapat lepas dan lari
bentuk temuan berupa pikat burung (n=4) kembali.Target dari jerat seling adalah leher,
dan jerat seling (n=11). kaki ataupun badan satwa dan diduga satwa
Menurut Sarno (personal observation), yang dijadikan target perburuan adalah
(2019) perburuan satwa liar berupa pikat mamalia seperti rusa, harimau, babi hutan
burung merupakan perangkap yang dan mamalia lainnya.Berdasarkan temuan
dilengkapi dengan burung milik pemburu tim patroli, hampir semua jerat berdekatan
untuk menjadi umpan burung liar dan disertai dengan sumber air dan dekat dengan lahan
perekat alami yang berfungsi untuk menjebak masyarakat yang berada di dalam kawasan
burung liar dan pada umumnya pikat burung Hutan Lindung Batutegi.
diletakkan di posisi ketinggian menggunakan Temuan ancaman lainnya adalah akses
tiang buatan. Pikat burung yang ditemukan jalan sebanyak 1 temuan berupa jalan yang
oleh tim patroli dalam kondisi tidak aktif ada di dalam kawasan menuju perkebunan,
yaitu ditandai dengan tersisanya tiang kayu temuan pengambilan Hasil Hutan Bukan
yang diduga digunakan oleh pemburu untuk Kayu (HHBK) sebanyak 1 temuan berupa
menjebak burung (Gambar 4). pengambilan buah jering (Archidendron
bubalium) yang berada di dalam kawasan
Resort Way Sekampung Hutan Lindung
Batutegi, dan pembalakan sebanyak 4
156
temuan berupa 2 temuan pembalakan hutan
(Gambar) dan 2 temuan penebangan pohon Perambahan hutan, perburuan satwa liar
sonokeling (Dalbergia latifolia) (Gambar) dan aktivitas manusia lainnya yang
yang berada di dalam Resort Batu Lima ditemukan akan sangat mengancam keutuhan
hutan lindung Batutegi. wilayah dan potensi yang ada di dalam
kawasan hutan lindung Batutegi. Diperlukan
suatu upaya perlindungan serta pengamanan
potensi satwa liar dan habitatnya seperti
melakukan aktivitas patroli jangka panjang
dan melakukan pengelolaan hutan dengan
baik agar semakin lestari. Keterlibatan
masyaraakat sangat besar pengaruhnya dalam
upaya perlindungan dan pengamanan hutan
lindung Batutegi dengan cara menumbuhkan
rasa kepedulian terhadap kelestarian hutan
dan potensi yang ada di dalamnya.

IV. PENUTUP
Gbr. 7 Pembalakan hutan di Resort Way
Batulima hutan lindung Penggunaan aplikasi SMART dalam
Batutegi. melakukan pengamanan kawasan hutan
lindung Batutegi dapat mempermudah dalam
pengelolaan data yang telah ditemukan di
dalam kawasan. Temuan satwa yang ada
menggambarkan masih begitu beragamnya
potensi keanekaragaman satwa yang ada di
kawasan hutan lindung Batutegi. Namun
temuan ancaman yang didapatkan merupakan
gambaran masih adanya aktifitas manusia di
dalam kawasan yang akan berdampak pada
keberadaan satwa yang ada di kawasan hutan
lindung Batutegi.

Gbr. 8 Penebangan pohon sonokeling UCAPAN TERIMAKASIH


(Dalbergi latifolia) di Resort
Way Batulima hutan lindung Terima kasih terutama disampaikan
Batutegi. kepada KPHL Batutegi yang telah
memberikan izin untuk melakukan
Ancaman di suatu habitat mampu pengambilan data di kawasan Hutan Lindung
mempengaruhi keberadaaan dan persebaran Batutegi, dan tim YIARI yang telah
satwa liar, sehingga dapat mengganggu membantu pengumpulan data di lapangan.
perkembangan populasinya. Kasayev dkk., Terima kasih juga kepada pembimbing
(2018) menyatakan terjadi penurunan lapangan, yang telah membimbing dan
keragaman spesies dikarenakan adanya memberikan motivasi serta masukan yang
berbagai aktivitas manusia.Tingginya membangun.
aktivitas manusia di dalam kawasan hutan
lindung atau di habitat alami satwa liar dapat REFFERENSI
menyebabkan teradinya konflik antara satwa
liar dan manusia. Sedangkan menurut Abram [1] Abram, N. K., Meijaard, E., Wells, J.A.,
dkk., (2015) menyatakan konflik satwa Pellier, A. S., Runting, R. K., Gaveau, D.,
Wich, S., Nardiyono, A. dan Mengersen, K.
dengan manusia merupakan ancaman yang
2015. Mapping Perceptions of Species
serius bagi satwa liar akibat adanya area Threats and Population Trends to Inform
hutan yang dirambah oleh manusia. Conservation Efforts: the Bornean
157
Orangutan Case Study.Journal of Diversity Ekopass dan Ministerio De Asuntos Exterios
and Distributions.21(5): 478-499. Y De Cooperacion. (laporan YIARI).
[2] Arief, H., Rahman, A., Mijiarto, J. 2015. [9] Kayasev, T., Nurdin, J. Novarino, W. 2018.
Studi Keanekaragaman Satwaliar Di Areal Keanekaragaman Mamalia di Cagar Alam
Konservasi Pt. Pertamina Talisman Jambi Rimbo Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera
Merang. Media Konservasi. 20(1): 69-76 Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas.
[3] Huda, R., Anirudh, N. B., Sanchez, Karmele 6(1):23-29.
L. 2018. Diversity of carnivorous mammals [10] Kholis, M., Puspita. O.R., Gunaryadi, D. &
in Batutegi Nature Reserve, Lampung, Sadikin, L.A., 2016. Pedoman Implementasi
Sumatra.Journal of Indonesian Natural SMART di Kawasan Konservasi. Ditjen
History.Vol 6 No 1 KSDAE - Kementerian Lingkungan Hidup
[4] Iswandaru, D., Khalil, A. R. A., Kurniawan, dan Kehutanan. Jakarta
B., Pramana, R., Febryano, I. G. dan [11] Lee, R.J., 2000. Impact of Subsistence
Winarno, G. D. 2018. Kelimpahan dan Hunting in North Sulawesi, Indonesia and
keanekaragaman jenis burung di hutan Conservation Option. In J.G. Robinson and
mangrove kphl gunung balak. Jurnal E.L. Bennett, (eds). Hunting for
Indonesian of Conservation. 7(1): 57-62. Sustainability in Tropical Forest. Columbia
[5] Kementrian Ligkungan Hidup dan University Press, New York. pp 455-472
Kehutanan. 2018. Status Hutan & [12] Mustari, A. H., Zulkarnain, I. dan Rinaldi,
Kehutanan Indonesia 2018. Kementerian D. 2014. Keragaman Jenis dan Penyebaran
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Mamalia di Kampus IPB Dramaga
Indonesia. Jakarta Bogor.Jurnal Media Konservasi.19(2): 117-
[6] Kementrian Lingkungan Hidup dan 125
Kehutanan, 2018. Panduan Identifikasi [13] Paiman, A., Anggraini, R., and Maijunita.
Tanda Tanda Satwa [Online] Available: 2018. Faktor Kerusakan Habitat dan Sumber
https://www.academia.edu/38230579/Buku_ Air Terhadap Populasi Harimau Sumatera
Panduan_Identifikasi_Tanda_Satwa.pdf (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)di
Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)
[7] Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung. 2012.
Wilayah III Taman Nasional Sembilang.
Rencana Pengelolaan Kesatuan
Jurnal Sylva Tropika 2(2): 22–28.
Pengelolaan Hutan Lindung Batu Tegi.
[Online]. Available: http://kphl. [14]Puspita, O.R., Leonald L., Gunaryadi G.,
Sadikin A.L., Kholis M. 2017. Penjelasan
simpdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok
Istilah dan Struktur Data Model SMART-
_rphjp/RPHJP%20KPHL%20Batu%20Tegi.
RBM, Direktorat Kawasan Konservasi,
pdf.
DITJEN KSDAE - KLHK. Jakarta
[8] Shancez, K. L., Grey, M., M.T. Laura. 2010.
[15]Sukarman.2018. Partisipasi Masyarakat
A study into the biology, physical geography
Mitra Polhut Pada Upaya Perlindungan Dan
and human activities of the batutegi nature
reserve (Lampung, Sumatera, Indonesia) Pengamanan Hutan Di Taman Nasional Way
Kambas.Jurnal Sylva Lestari. 6(1): 85—98.
kerjasama program Yayasan IAR Indonesia,

158

Anda mungkin juga menyukai