Disusun Oleh :
Mahalia (F1D016044)
Jurusan Biologi
Universitas Bengkulu
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1996, harimau sumatera masuk dalam kategori sangat terancam
kepunahan (critically endangered) oleh The International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) atau Badan Dunia untuk
Konservasi Alam dan Sumberdaya Alam. Harimau sumatera dalam upaya
konservasinya membutuhkan habitat yang memadai. Berdasarkan hasil analisis
terbaru, konservasi populasi harimau sumatera diprioritaskan pada 12 bentang
alam konservasi harimau (Tiger Conservaton Landscape/TCL) dan dua yang
menjadi prioritas global terletak di bentang alam yaitu, Kerinci Seblat dan Bukit
Tiga Puluh, sedangkan yang menjadi bentang alam regional meliputi Kuala
Kampar, Bukit Balai Rejang Selatan, Bukit Barisan Selatan, Rimbo Panti Batang
Gadis bagian barat, Rimbo Panti Batang Gadis bagian timur, Tesso Nilo, Bukit
Rimbang Baling, Berbak, Ekosistem Leuser, dan Sibolga. Sebagai salah satu
bentang alam global bagi habitat harimau sumatera, TNKS dengan luas habitat
sekitar 19.653 km2 yang mencakup hutan tropis dan lokasi ini juga menawarkan
harapan bagi pelestarian jangka panjang harimau sumatera, yaitu didukung spesies
satwa mangsa yang mencukupi (WWF, 2006).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengatahui upaya yang harus
dilakukan dalam konservasi Harimau Sumatera dan dampak dari punahnya
Harimau Sumatera.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional Bukit Barisan Lampung mencapai 1,6 individu per 100
km2 (O’Brien et al., 2003), dan di Taman Nasional Way Kambas dengan
kepadatan mencapai 4,3 individu per 100 km2 (Franklin et al., 1999).
Deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatera yang sangat besar akan
mengancam terhadap keanekaragaman hayati yang ada. Deforestasi dan degradasi
akan menyebabkan hilangnya hutan atau terpotong-potongnya hutan menjadi
bagian-bagian kecil dan terpisah. Alih fungsi hutan banyak digunakan untuk
perkebunan, hutan tanaman industri, pemukiman, industri, dll. Investigasi Eyes on
the Forest (2008) melaporkan bahwa pembuatan jalan logging oleh Asia Pulp &
Paper (APP) sepanjang 45 km yang membelah hutan gambut di Senepis Propinsi
Riau mengakibatkan penyusutan luas hutan dan memicu peningkatan konflik
manusia-harimau di kawasan tersebut. Perusakan habitat dan perburuan hewan
mangsa telah diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya jumlah
harimau secara dramatis di Asia (Seidensticker et al., 1999).
4. Kemiskinan
5. Berkurangnya Mangsa
Dalam struktur piramida makanan, harimau merupakan top
predator. Satwa predator ini setiap hari harus mengkonsumsi 5 – 6 kg daging yang
sebagian besar (75%) terdiri atas hewan-hewan mangsa dari golongan rusa
(Sunquist et al., 1999).
Pakan utama harimau sumatera adalah rusa sambar (Cervus unicolor) dan
babi hutan (Sus scorfa) (Wibisono, 2006).
3.1 Kesimpulan
Eyes on the Forest. 2008. Laporan Investigasi Eyes on The Forest : Asian Pulp &
Paper Mengancam Hutan Senepis, Habitat Harimau Sumatra, serta Iklim
Global. www.eyesontheforest.or.id (Diakses 4 Oktober 2018).
Franklin, N., Bastoni, S., Siswomartono, D., Manansang, J., and Tilson, R.
1999.Last of the Indonesian tigers: a cause for optimism. In Siedensticker,
J., Christie, S. & Jackson, P. (eds). Riding the tiger: Tiger conservation in
human dominated landscapes. Cambridge University Press. Cambridge.
Kompas. 2008a. Terkam Orang, Harimau Sumatera Diburu. Harian Kompas Edisi
31 Januari 2008.