Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : YOGI AGUSTIN KAPINDO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044049548

Kode/Mata Kuliah : HKUM4304/ HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Terjemahkan/kualifikasikan fakta-fakta hukum HPI yang terdapat dalam kasus perceraian
John dan Camile!
JAWABAN :
Yang menjadi Titik Taut Primer dari kasus tersebut antara lain yaitu:
1) Kewarganegaraan, karenaJohn dan Camile mereka adalah pasangan suami isteri yang
berkewarganegaraan Inggris,
2) Domisili, Tempat tinggal tetap John dan Camile adalah di Indonesia sehingga Domisili masuk
menjadi Titik Taut Primer dalam kasus ini. Setelah ditentukan mana yang menjadi Titik Taut Primer
kemudian kita menentukan apa yang menjadi Titik Taut Sekunder, yang menjadi Titik Taut
Sekunder adalah Hukum Kewarganegaraan (lex patriae) karena John dan Isterinya termasuk
Warga Negara Asing. kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan menjadikan kasus ini masuk
dalam kualifikasi hukum tentang orang karena yang menjadi fokus utama nya adalah gugatan
perceraian Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia.

2. Tentukanlah teori renvoi apa yang dipakai? Analisalah hukum negara mana yang dipakai
berdasarkan teori renvoi! Uraikan alur penunjukan dan jelaskan alasannya!
JAWABAN :
Dalam kasus ini, terdapat konflik hukum antara hukum Inggris dan hukum Indonesia dalam hal status
personal, yaitu perceraian dan rencana pernikahan John dengan Ami. Untuk menentukan teori renvoi
yang dipakai dan hukum negara mana yang harus diterapkan, kita perlu melihat faktor-faktor berikut:
1. Asas Domisili (Inggris): Hukum Inggris menganut asas domisili, yang berarti hukum Inggris akan
diterapkan kepada warganya yang tinggal di luar negeri sesuai dengan hukum tempat tinggal mereka.
2. Asas Nasionalitas (Indonesia): Hukum Indonesia menganut asas nasionalitas, yang berarti hukum
Indonesia diterapkan pada warga negara Indonesia, terlepas dari tempat tinggal mereka di luar negeri.
3. Teori Renvoi: Teori renvoi adalah konsep hukum internasional yang mengacu pada pengembalian
kasus ke negara asal atau ke negara yang lebih berkompeten untuk mengatasi kasus tersebut.
Dalam kasus ini, John dan Camile adalah warga negara Inggris, yang bermaksud untuk bercerai dan
menikahi perempuan Indonesia, Ami. Pertanyaannya adalah, berdasarkan teori renvoi, hukum mana
yang harus diterapkan dalam kasus ini.
Alur penunjukan hukum yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1. Penunjukan Hukum Inggris (Hukum Domisili): Hukum Inggris mungkin akan mengacu pada
asas domisili dan menegaskan bahwa hukum Inggris harus diterapkan pada kasus ini karena John dan
Camile adalah warga negara Inggris. Namun, karena mereka tinggal di Indonesia, ada potensi renvoi.
2. Rencongkaan Kembali ke Indonesia (Teori Renvoi): Indonesia mungkin akan mengklaim bahwa
kasus ini harus dikembalikan ke Indonesia untuk diselesaikan, mengingat Camile adalah warga
negara Indonesia dan hukum Indonesia mengacu pada asas nasionalitas. Ini mengarah pada
pengembalian kasus ke hukum Indonesia.
Jadi, teori renvoi yang kemungkinan digunakan dalam kasus ini adalah pengembalian kasus dari
Inggris ke Indonesia berdasarkan asas nasionalitas yang dianut oleh hukum Indonesia. Alasannya
adalah keterlibatan warga negara Indonesia (Camile) dalam perkara ini dan fakta bahwa perkara
status personal biasanya diatur oleh hukum nasionalitas warga tersebut.
3. Apakah John dan Ami dapat menikah secara beda agama di Indonesia? Apakah yang harus
dilakukan John dan Ami agar pernikahannya dapat diakui di Indonesia ? Jelaskan dengan
menggunakan teori HPI.
JAWABAN :
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia perkawinan sesama jenis tidak dapat
dilakukan karena menurut hukum, perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang wanita.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan),
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanit sebagai suami isteri.
Pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha esa.” Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara
juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing

Anda mungkin juga menyukai