Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : YOGI AGUSTIN KAPINDO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044049548

Kode/Mata Kuliah : HKUM4402/HUKUM PERJANJIAN

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
A. Bagaimana dampak dari keabsahan perjanjian apabila objek fidusia berupa barang
persediaan tidak berserial nomor sudah pernah diikat oleh satu kreditor kemudian telah
terjadi pelunasan dan objek tersebut tidak dilakukan roya, lalu objek jaminan tersebut
dijaminkan kembali ke kreditor lain secara fidusia ?
B. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap kreditor terhadap kekuatan hukum akta
jaminan fidusia yang belum dilakukan roya, jika terjadi wanprestasi pada pihak debitor ?

JAWABAN :
A. Dalam kasus yang ini, terdapat beberapa dampak yang perlu diperhatikan terkait keabsahan
perjanjian fidusia jika objek fidusia berupa barang persediaan tidak memiliki serial number, telah
diikat oleh satu kreditor, dilunasi, namun tidak dilakukan penghapusan atau roya sebelum dijaminkan
kembali ke kreditor lain secara fidusia.
Dampak yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
Kepentingan Kreditor Pertama: Kreditor pertama yang telah melakukan pengikatan jaminan
fidusia memiliki hak kebendaan atas objek jaminan tersebut. Namun, jika objek jaminan tersebut
dijaminkan kembali ke kreditor lain secara fidusia, maka kreditor pertama mungkin kehilangan hak
kebendaan atas objek tersebut.
Keabsahan Perjanjian Fidusia: Keabsahan perjanjian fidusia yang dilakukan oleh PT. X dengan
Bank A perlu diperiksa. Jika perjanjian fidusia tersebut tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh hukum, misalnya tidak ada perjanjian tertulis yang sah, maka perjanjian fidusia tersebut dapat
dinyatakan tidak sah.
Prioritas Kreditor: Jika objek jaminan fidusia dijaminkan kembali ke kreditor lain secara fidusia,
maka kreditor kedua yang menerima jaminan tersebut mungkin memiliki prioritas atas objek jaminan
tersebut dibandingkan dengan kreditor pertama. Hal ini tergantung pada aturan prioritas kreditor yang
berlaku di negara atau yurisdiksi yang bersangkutan.
Penghapusan atau Roya: Tidak dilakukannya penghapusan atau roya terhadap jaminan fidusia yang
telah dilunasi dapat mempengaruhi keabsahan perjanjian fidusia yang baru. Penghapusan atau roya
merupakan langkah penting untuk menghapuskan hak jaminan fidusia yang telah dilunasi dan
mencegah terjadinya tumpang tindih hak jaminan antara kreditor pertama dan kreditor kedua.
Dalam hal ini, penting untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau notaris yang berpengalaman
dalam hukum fidusia di negara atau yurisdiksi yang bersangkutan untuk mendapatkan penjelasan
yang lebih rinci dan akurat mengenai dampak hukum dari kasus ini.

B. Dalam kasus ini, PT. X telah melakukan hubungan kredit dengan Bank A dengan pengikatan
jaminan barang persediaan secara fidusia. Namun, setelah pelunasan kredit, PT. X tidak melakukan
penghapusan atau royalti terhadap jaminan fidusia tersebut. Kemudian, PT. X melakukan hubungan
kredit dengan Bank B dengan menggunakan objek yang sama sebagai jaminan. Pertanyaannya adalah
bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditor jika terjadi wanprestasi oleh debitor.
Dalam hal ini, perlindungan hukum terhadap kreditor tergantung pada peraturan dan ketentuan yang
berlaku di negara atau yurisdiksi tertentu. Namun, secara umum, berikut adalah beberapa bentuk
perlindungan hukum yang mungkin diberikan kepada kreditor:
Prioritas Jaminan: Jika Bank B mengetahui adanya jaminan fidusia yang belum dilakukan
penghapusan atau royalti, Bank B dapat meminta PT. X untuk melakukan penghapusan atau royalti
terhadap jaminan tersebut sebelum memberikan kredit. Dalam hal ini, Bank B dapat memastikan
bahwa jaminan yang diberikan oleh PT. X tidak terikat dengan kredit lainnya.
Hak Guna: Jika terjadi wanprestasi oleh debitor, Bank B sebagai kreditor memiliki hak untuk
menggunakan jaminan fidusia yang belum dilakukan penghapusan atau royalti untuk melunasi kredit
yang belum dibayar. Hak ini dapat diberikan kepada Bank B berdasarkan perjanjian kredit antara PT.
X dan Bank B.
Pengajuan Gugatan: Jika debitor tidak memenuhi kewajibannya dan terjadi wanprestasi, Bank B
dapat mengajukan gugatan ke pengadilan untuk mengeksekusi jaminan fidusia yang belum dilakukan
penghapusan atau royalti. Dalam hal ini, pengadilan dapat memberikan putusan yang mengizinkan
Bank B untuk menjual atau melelang jaminan tersebut guna melunasi kredit yang belum dibayar.

Namun, penting untuk dicatat bahwa perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditor dapat
bervariasi tergantung pada peraturan dan ketentuan yang berlaku di negara atau yurisdiksi tertentu.
Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau notaris yang berpengalaman
dalam hukum jaminan fidusia di negara atau yurisdiksi yang bersangkutan untuk mendapatkan
informasi yang lebih spesifik dan akurat.

A. Menurut pendapat saudara, bagaimana penentuan wanprestasi dalam perjanjian antara


Tuan A dengan Tuan B ?
B. Bagaimana akibat hukum perbuatan wanprestasi Tuan B terhadap suatu perjanjian kasus
tersebut ?

JAWABAN :
A. Penentuan wanprestasi dalam perjanjian antara Tuan A dan Tuan B akan tergantung pada
ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang mereka buat. Dalam kasus ini, terlihat bahwa Tuan A
telah memenuhi kewajibannya dengan melakukan pembayaran atas tanah dan rumah tersebut, dan
Tuan B seharusnya memberikan akta jual beli di hadapan notaris atau pejabat pembuat akta tanah
(PPAT). Wanprestasi dapat diidentifikasi jika Tuan B tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan
isi perjanjian.

B. Akibat hukum dari perbuatan wanprestasi Tuan B dalam kasus ini dapat melibatkan beberapa
aspek. Salah satunya adalah Tuan A dapat mengambil langkah hukum untuk menuntut pemenuhan
kewajiban dari Tuan B sesuai dengan isi perjanjian. Hal ini dapat mencakup persyaratan
penyelesaian perjanjian jual beli tanah di hadapan notaris atau PPAT.

Selain itu, Tuan A juga dapat mengajukan gugatan perdata terhadap Tuan B untuk menagih ganti
rugi atas kerugian yang mungkin dialami akibat dari tindakan wanprestasi Tuan B. Ganti rugi
tersebut dapat mencakup kerugian finansial yang dialami oleh Tuan A dan kemungkinan biaya
hukum yang harus dikeluarkan untuk mengejar pemenuhan perjanjian.

Semua akibat hukum ini akan tergantung pada putusan pengadilan dan interpretasi peraturan yang
berlaku dalam yurisdiksi tertentu. Tuan A sebaiknya berkonsultasi dengan pengacara atau advokat
yang kompeten untuk mendapatkan nasihat hukum yang sesuai dengan kasus ini.

A. Berdasarkan kasus tersebut diatas bagaimana akibat hukum dari Perjanjian Pengikatan
Jual Beli (PPJB) yang mengandung unsur perbuatan melawan hukum ?
B. Apakah perjanjian antara Kiki dengan PT. IPA memenuhi unsur-unsur perjanjian
sebagaimana Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sah perjanjian ?
C. Menurut pendapat saudara dalam kasus tersebut apakah unsur essensialia bisa menjadi
alasan pembatalan PPJB ?
JAWABAN :
A. Berdasarkan kasus di atas, Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang melibatkan Kiki dan PT.
IPA dapat memiliki akibat hukum yang kompleks. PPJB ini mengandung unsur perbuatan melawan
hukum karena transaksi tersebut melibatkan tanah yang sebenarnya masih terdaftar atas nama
almarhum Pardi, yang kemudian digunakan oleh Kiki dan karyawan-karyawan Pardi untuk tujuan
yang tidak sah, yaitu menghindari ketentuan UU Landreform dan melakukan tindakan penipuan
dengan membuat surat keterangan hilang.
Dalam hukum, perbuatan melawan hukum dapat mengakibatkan ketidakberlakuan atau pembatalan
perjanjian, serta tindakan hukum yang lebih lanjut tergantung pada hukum yang berlaku di negara
tersebut. PPJB ini mungkin dapat dinyatakan batal karena melanggar prinsip-prinsip keabsahan
perjanjian.

B. Untuk memastikan apakah perjanjian antara Kiki dan PT. IPA memenuhi unsur-unsur perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, kita perlu melihat lebih rinci unsur-unsur
perjanjian yang dimaksud. Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan bahwa perjanjian sah apabila
terdapat tiga unsur, yaitu:
1. Kesepakatan para pihak (consensus).
2. Kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum (capable of making juridical acts).
3. Sebab yang halal (legal cause).
Dalam konteks kasus ini, mungkin ada pertanyaan tentang apakah kesepakatan antara Kiki dan PT.
IPA sesuai dengan prinsip-prinsip keabsahan perjanjian, terutama karena tanah yang menjadi objek
perjanjian masih terdaftar atas nama almarhum Pardi dan proses perolehan tanahnya melibatkan
tindakan yang melanggar hukum. Kemungkinan besar, perjanjian tersebut melibatkan unsur penipuan
dan pelanggaran hukum lainnya yang dapat memengaruhi keabsahan perjanjian.

C. Unsur-unsur essensialia adalah unsur-unsur yang sangat penting dalam suatu perjanjian dan
ketiadaannya dapat menyebabkan perjanjian batal secara otomatis. Unsur-unsur ini termasuk
kesepakatan para pihak, kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, dan sebab yang halal.
Dalam kasus ini, mungkin ada pertanyaan tentang apakah PPJB tersebut memenuhi unsur-unsur
essensialia.
Dalam konteks kasus ini, ada kemungkinan bahwa PPJB dapat dinyatakan batal karena melibatkan
unsur perbuatan melawan hukum, termasuk penipuan dan pelanggaran hukum dalam perolehan tanah.
Karena PPJB ini melibatkan tindakan yang melanggar hukum, maka unsur kesepakatan para pihak
mungkin juga terpengaruh, dan sebab yang halal mungkin juga menjadi pertimbangan dalam
pembatalan perjanjian. Namun, keputusan akhir mengenai pembatalan PPJB akan tergantung pada
hukum yang berlaku di yurisdiksi yang bersangkutan dan interpretasi hakim yang menangani kasus
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai