Anda di halaman 1dari 4

Hukum Kepailitan

20 Maret 2023

1. Setelah keluar Putusan mengenai Permohonan Pailit, kepada Debitor barulah diberikan
kesempatan untuk melaksanakan Rencana Perdamaian. Kesempatan ini hanya diberikan
sekali saja, sementara dalam prosedur PKPU sendiri keberadaan Proposal Perdamaian
diberikan selama 270 hari. Dalam proses PKPU, debitor baru dinyatakan pailit apabila syarat
dalam Pasal 281 UU K-PKPU tidak dapat dipenuhi.
Dalam prosedur pailit, ketika seorang debitor dinyatakan pailit, ia belum tentu serta-merta
berada dalam keadaan insolvensi. Sementara itu dalam konteks PKPU, ketika seseorang
gagal untuk meyakinkan kreditor agar setuju dengan rencana perdamaian yang dibuatnya,
maka ia dinyatakan pailit. Dalam hal ini, konteks status pailit yang dilekatkan pada debitor
sejatinya serta-merta

2. Dalam Perkara PKPU dan Kepailitan wajib memerlukan adanya advokat.


3. Berkas yang wajib ada dalam pengajuan gugatan PKPU:
a. Surat Kuasa
b. Surat Permohonan Pengajuan Pernyataan Pailit ataupun PKPU
Itulah mengapa dalam surat permohonan pailit ataupun PKPU terdapat dua pihak yang wajib
melakukan tanda tangan, yaitu si debitor dan advokatnya. Dalam konteks surat gugatan
perdata biasa, tanda tangan cukup dilakukan oleh si Penerima Kuasa.

4. Perbedaan frasa ‘jatuh tempo’ dan ‘dapat ditagih’:


a. Jatuh tempo  due date (invoice-nya sudah diterima, tetapi ada batas waktu)
Misalnya ketika seseorang membeli pipa, terdapat klausul perjanjian bahwa pembayaran
maksimal dilakukan pada hari ke-21 setelah invoice diterima. Maka dari itu, apabila
ternyata hingga hari ke-22 si debitor belum melakukan pembayaran terhadap pipa yang
dibelinya, maka telah masuklah periode ‘Jatuh Tempo’

b. Dapat ditagih  ketika berita acara serah terima pekerjaan (mencakup pekerjaan jasa,
barang, dan hak kekayaan intelektual) dan invoicing atau faktur-nya telah bersifat
lengkap, maka kewajiban si debitor telah berstatus ‘Dapat Ditagih’
Perlu dipahami bahwa dalam konteks permohonan PKPU ataupun Kepailitan, permohonan
bisa saja ditolak apabila si kreditor sebelumnya tidak menempuh pengajuan upaya jalur
somasi terlebih dahulu. Umumnya, somasi itu diberikan tiga kali dengan rincian sebagai
berikut:
Somasi 1  berbicara mengenai jangka waktu pembayaran
Somasi 2  berbicara mengenai jangka waktu pembayaran (tetapi dengan suatu tambahan
klausul bahwa apabila Somasi 2 ini tetap tidak digubris/diindahkan oleh si debitor, maka ia
akan ditetapkan berada dalam keadaan wanprestasi)
Somasi 3  debitor dianggap wanprestasi, sehingga kreditor akan menempuh prosedur meja
hijau
Catatan: Somasi bisa saja hanya dilakukan sebanyak 2 kali dengan rincian sebagai
berikut:
Somasi 1  berbicara mengenai jangka waktu pembayaran (tetapi dengan suatu tambahan
klausul bahwa apabila Somasi 1 ini tetap tidak digubris/diindahkan oleh si debitor, maka ia
akan ditetapkan berada dalam keadaan wanprestasi)
Somasi 2  debitor dianggap wanprestasi, sehingga kreditor akan menempuh prosedur meja
hijau

5. Perjanjian perbankan mengesampingkan Pasal 1234 KUHPer


6. Proposal Perdamaian itu mengikat seluruh kreditor, bukan hanya kreditor yang
mendaftar

7. Hal-hal yang membuat gugatan Pailit/PKPU menjadi tidak sederhana (Gugatan Sederhana
diatur pada Ps. 8 ayat (4) UU K-PKPU):
a. Ada nomor registrasi perkara di PN terkait perkara yang sama
b. Adanya sengketa mengenai berita acara serah terima pekerjaan  hal ini menjadi
masalah karena barang yang dipesan dan diberikan ternyata berbeda
c. Sengketa mengenai tata cara penagihan  yang dipesan adalah mobil, tapi ternyata yang
di-invoice malah panci
d. Barang belum diterima tetapi pembayaran sudah ditagih oleh si kreditor  bisa menjadi
masalah ataupun tidak, tergantung Terms and Condition-nya (apabila metode
pembayaran yang disepakati ialah Cash on Delivery, maka pembayaran baru dapat
ditagih ketika tanda tangan si penerima barang telah tercantumkan di berita acara
penerimaan barang tersebut. Apabila metode pembayaran yang disepakati ialah Cash
Before Delivery, maka pembayaran baru dapat ditagih ketika berita acara pemberian
barang telah diberikan oleh si pemberi barang)

8. Semua hari dalam UU K-PKPU adalah hari kalender  apabila hari yang dimaksud itu jatuh
pada hari Sabtu atau Minggu, maka hari tersebut akan jatuh di hari Senin

9. Hubungan utang-piutang yang dimaksud sederhana dalam konteks UU K-PKPU (diatur pada
Ps. 8 ayat (4) UU K-PKPU) itu hanya berbicara mengenai ada atau tidaknya hubungan utang-
piutang dan apakah utang-piutang itu bisa dinilai dengan uang. Permasalahan mengenai
jumlah utang-piutang sejatinya tidak menjadi urusan yang akan dibahas dalam konteks
pengajuan perkara Pailit maupun PKPU
10. Kreditor Preferen  buruh, DJP (pajak negara), BPJS
Utang buruh itu memiliki tiga klasifikasi yaitu:
a. Utang pembayaran gaji buruh  utang preferen, tingkatannya diatas pajak negara dan
BPJS
b. Utang hak-hak normatif (hak-hak yang timbul dari undang-undang = uang pesangon,
uang pengganti hak, uang pengganti masa kerja)  utang konkuren teratas, persis
dibawah utang separatis
c. Utang reimburse  utang konkuren biasa, tingkatannya berada di bawah derajat utang
hak-hak normatif
Catatan: penghitungan bunga + denda berhenti pada saat putusan PKPU/Pailit telah
dibacakan
Apabila terdapat perbedaan kurs pada saat utang dan putusan  yang digunakan
adalah kurs nilai tengah

11. Kreditor separatis  pemegang hak agunan

12. Dalam perkara kepailitan, ada perdebatan mengenai apakah sebuah kapal/pesawat masuk ke
dalam jaminan fidusia atau jaminan hipotik. Apabila kapal itu masih bergerak/berlayar, maka
kapal tersebut masih termasuk sebagai jaminan fidusia. Sementara itu apabila kapal sudah
berhenti beroperasi, maka ia termasuk sebagai jaminan hipotik.
Apabila pesawat itu masih terbang, maka pesawat tersebut masih termasuk sebagai jaminan
fidusia. Sementara itu apabila pesawat sudah berhenti beroperasi, maka ia termasuk sebagai
jaminan hipotik.
Untuk membuktikan apakah kapal atau pesawat itu termasuk sebagai jaminan fidusia ataupun
hipotik, maka dapat diajukan Gugatan Lain-Lain.

13. Ketika sebuah pihak membangun gedung, maka ada tiga unsur di dalamnya, yaitu tanah,
bangunan, dan orang. Tanahnya sudah pasti dijaminkan sebagai Hak Tanggungan (karena
gedung tersebut merupakan benda tetap), sementara gedungnya dijaminkan sebagai Hak
Fidusia (karena gedung tersebut bukan merupakan benda tetap). Hal ini berlaku untuk
pembangunan apartemen. Apabila yang dibangun adalah rumah, maka si bangunan rumah itu
dijaminkan bersama dengan tanahnya sebagai objek Jaminan Hak Tanggungan.

14. Perkara PKPU dan Kepailitan tidak mengenal asas nebis in idem, sehingga perkara PKPU
dan Kepailitan terhadap utang, perjanjian, ataupun pihak yang sama dapat diajukan berulang-
ulang (selama tidak ada perubahan. Landasan asas ini ada dalam Hukum Acara Perdata.
Mengapa PKPU dan Kepailitan tidak mengenal asas ini?
a. Karena kemampuan debitor untuk bisa membayar utang bisa berubah-ubah atau fleksibel
seiring dengan berjalannya waktu (sewaktu-waktu bisa membayar, sewaktu-waktu tidak
bisa membayar)
b. Karena permohonan PKPU menentukan hak dari kreditor

15. Kelebihan atau keuntungan yang akan didapatkan kreditor apabila ia tidak mendaftarkan
tagihannya  tidak perlu membayar imbalan jasa dan biaya bagi ahli maupun pengurus (Ps.
285 ayat (2) huruf d UU K-PKPU).

Anda mungkin juga menyukai