Anda di halaman 1dari 26

PPSP UAS GENAP

A. Penagihan Seketika dan Sekaligus


1. Pengertian penagihan seketika dan sekaligus
Dasar hukum penagihan seketika dan sekaligus :
Pasal 20 UU KUP
Pasal 6 UU PPSP
PMK No 24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK No
85/03/2010

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan pengihan pajak yg dilakukan oleh
jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
yg meliputi seluruh urang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.

2. Alasan dilakukan penagihan seketika dan sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan dalam hal :

Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau


berniat untuk itu
Penanggung pajak memindahtangankan barang yg dimiliki/dikuasi dalam
rangka menghentikan/mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yg
dilakukannya di Indonesia
Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yg dimiliki atau yg dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya
Badan usaha akan dibubarkan oleh negara atau
Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.

3. Isi surat perintah penagihan seketika dan sekaligus


Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, memuat sekurang-kurangnya :
Nama WP, atau nama WP dan Penanggung Pajak
Besarnya utang pajak
Perintah untuk membayar
Saat pelunasan utang pajak
Ketentuan penerbitan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus :

Diterbitkn sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran


Diterbitkan tanpa didahului surat teguran
Diterbitkan sebelum jangka waktu 21 hari sejak surat teguran diterbitkan
Diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa
B. Hak Mendahulu Utang Pajak dan Kepailitan
1. Dasar Hukum Hak Mendahulu dan Kepailitan
Dasar hukum hak mendahulu UU No 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir menjadi UU No. 16 tahun 2000 tentang KUP. Dasar hukum terkait Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diatur dalam UU No. 37 tahun 2004.
2. Pengertian Hak Mendahulu dan Kepailitan
Penagihan pajak terjadi karena WP masih mempunyai utang pajak yang s/d jatuh
tempo pembayaran belum dilunasi. Secara hukum perdata terdapat hutang piutang dari
Wajib Pajak kepada negara. Tidak menutup kemungkinan WP juga mempunyai hutang
kepada pihak lain, Jika terjadi lelang atas harta WP untuk melunasi hutang-hutangnya
maka Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penanpaggung Pajak. Secara hukum perdata kedudukan negara sebagai kreditur preferen
yang mempunyai hak mendahulu. Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah
utang pajak dilunasi. Hak mendahulu meliputi : Pokok pajak, Sanksi administrasi
(bunga, denda, kenaikan), biaya penaguhan. Pengecualian hak mendahulu utang pajak :
a. Biaya perkara yg hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak
b. Biaya yg telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud dan/atau
c. Biaya perkara, yg hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.

Pengertian kepailitan menurut Pasal 1 angka 1 UU No 37 tahun 2004 adalah sita umum atas
semua kekayaan Debitor pailit yg pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas. Syarat yuridis kepailitan :
Adanya utang

Minimal satu utang sudah jatuh tempo & dapat ditagih

Adanya kreditur lebih dari satu

Permohonan pernyataan pailit


Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga
Tujuan kepailitan :
Pembagian yg sama harta debitur kepada Kreditur;
Mencegah debitur merugikan kreditur;
Melindungi debitur yg beritikad baik.
Para pihak yang dapat mengajukan permohonan kepailitan
Debitur
Kreditur
Kejaksaan demi kepentingan umum
Bank Indonesia
BAPEPAM jika debiturnya: Perusahaan efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring &
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Menteri Keuangan jika debiturnya: Perusahaan Asuransi, PerusahanReasuransi, Dana
Pensiun, BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik

3. Saat hilangnya hak mendahulu

Pengecualian :

< 2008 2008


Surat paksa untuk membayar diberitahukan Surat paksa untuk membayar diberitahukan
secara resmi maka jangka waktu 2 tahun secara resmi maka jangka waktu 5 tahun
dihitung sejak pemberitahuan surat paksa dihitung sejak pemberitahuan surat paksa
Diberikan penundaan pembayaran jangka Diberikan penundaan pembayaran atau
waktu 2 tahun ditambah dengan jangka waktu persetujuan angsuran pembayaran maka
penundaan pembayaran jangka waktu 5 tahun dihitung sejak batas
akhir penundaan diberikan atau sejak tanggal
jatuh tempo angsuran berakhir
4. Hak mendahulu dalam kaitannya dengan hak tanggungan dan fiducia
Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA), berikut atau tidak berikut
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain. (UUNo.4/1996). Hak Tanggungan sekalipun diutamakan terhadap
hak tagihan kreditur lain, namun hak tanggungan harus mengalah terhadap piutang Negara.
Hak Negara lebih utama dari kreditur pemegang Hak Tanggungan
(Angka4PenjelasanUmumUUHakTanggungan).
Objek dari Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta turutannya yang dijadikan
jaminan untuk pelunasan utang, terdiri dari Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai atas tanah negara, dan Hak Pakai atas tanah hak milik. Fiducia
adalah pengalihan hak kepemilikan suatu Benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
bahwa Benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
Benda. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas Benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak
Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima
Fidusia terhadap kreditur lainnya (UUNo. 42 Tahun1999). Jaminan Fidusia tidak berlaku
terhadap:
Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan
Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 m3 atau lebih
Hipotek atas pesawat terbang
Gadai.
Tahapan dalam jaminan fidusia :
1) Tahapan pembebanan dengan pengikatan dalam suatu akta notaris
2) Tahapan pendaftaran atas benda yang telah dibebani tersebut oleh penerima fidusia, kuasa
atau wakilnya kepada kantor pendaftaran fidusia, dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran.
3) Tahapan administrasi, yaitu pencatatan jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.
4) Lahirnya jaminan fidusia yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya
jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia.

5. Hak mendahulu dalam kaitannya dengan penagihan pajak dan kepailitan

Tugas Kurator dalam Undang-Undang Kepailitan adalah melakukan pengurusan


dan/atau pemberesan harta pailit, sehingga dalam melaksanakan tugasnya :
Tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitur atau salah satu organ Debitur,
meskipun dalam keadaan diluar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan
demikian dipersyaratkan
Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit.
Tugas dan Wewenang Kurator antara lain :
Melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailit dalam Berita Negara dan
surat-surat kabar yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas
Menyelamatkanhartapailit,antaralainmenyitabarang-barangperhiasan,efek efek,
surat-surat berharga serta uang, menyegel harta benda si Pailit atas persetujuan
Hakim Pengawas.
Tahapan kepailitan :
1) Permohonan pailit
2) Rapat verifikasi : rapat pendaftaran utang-piutang
3) Perdamaian
4) Homologasi akur : permintaan pengesahan oleh Pengadilan Niaga, jika proses
perdamaian diterima
5) Insolvensi : keadaan dimana debitor dinyatakan benar-benar tidak mampu
membayar
6) Pemberesan/likuidasi : penjualan harta kekayaan debitor pailit, yang dibagikan
kepada kreditor konkuren, setelah dikurangi biaya-biaya
7) Rehabilitasi : suatu usaha pemulihan nama baik debitor, akan tetapi dengan
catatan jika proses perdamaian diterima

Hak Mendahulu vs. Kepailitan


Pasal 21 (3a) UU KUP menyatakan bahwa dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar
atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk
pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi
kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang pajak WP.
Sejak suatu perusahaan dinyatakan pailit oleh pengadilan, hak dan kewajiban
dilakukan oleh kurator, atau Balai Harta Peninggalan dengan pengawasan oleh Hakim
Pengawas. Berdasarkan Pasal 1134 (2) jo. Pasal 1137 KUH Perdata dan Pasal 21 UU KUP
Tahun 2007, kreditur piutang pajak mempunyai kedudukan di atas kreditur lainnya. Pasal
1137 KUH Perdata : Hak dari kas negara, kantor lelang, dan lain-lain badan umum yang
dibentuk oleh Pemerintah, untuk didahulukan, tertibnya melaksanakan hak itu, dan jangka
waktu berlangsungnya hak tersebut, diatur dalam berbagai undang-undang khusus
mengenai hal-hal itu.

6. Istilah dalam kepailitan

Kreditor : orang yg mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yg dapat


ditagih di muka pengadilan. MacamMacamKreditur :
Kreditur Konkuren : Kreditur konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas
pelunasan utang tanpa ada yang didahulukan
Kreditur Preferen : Kreditur yang karena UU, mendapatkan pelunasan terlebih
dahulu, mempunyai hak istimewa
Kreditur Separatis: Kreditur pemegang hak jaminan kebendaan (gadai, hipotek,
hak tanggungan, fidusia). Hak yang dipunyai kreditur ini adalah hak kewenangan
sendiri menjual/mengeksekusi objek agunan.
Debitor : orang yg mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yg dapat
ditagih di muka pengadilan
Debitor pailit : debitor yg sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan
Kurator : Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yg diangkat oleh pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit di bawah pengawasan hakim
pengawas
Utang : kewajiban yg dinyatakan/dapat dinyatakan dlm jml uang baik dalam mata uang
Indonesia mauun mata uang asing, baik secara langsung maupun yg akan timbul di
kemudian hari atau kontinjen, yg timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yg
wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tdk dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk
mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
Pengadilan : pengadilan niaga dalam lingkungan peradilan umum
Hakim pengawas : hakim yg ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit atau putusan
penundaan kewajiban pembayaran utang.
7. Pencocokan piutang, perdamaian, dan pemberesan harta pailit
UU Kepailitan pasal 113 mengatur bahwa paling lambat 14 hari setelah putusan
pernyataan pailit diucapkan, Hakim pengawas harus menetapkan batas pengajuan tagihan
dan batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, serta hari, tanggal, waktu, dan tempat
rapat kreditor untuk mengadakan pencocokan ulang.
8. Hak mendahulu dalam kaitannya dengan penyitaan yg dilakukan oleh Pengadilan Negeri
atau instansi lain yg berwenang
Barang yang telah disita Pengadilan Negeri/Panitia Urusan Piutang Negara :
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan, hal yg dapat dilakukan :
Jurusita menyampaikan Surat Paksa kepada PN atau instansi lain yang
berwenang.
PN dalam sidang berikutnya menetapkan barang yang telah disita dimaksud
sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
Instansi lain yang berwenang setelah menerima Surat Paksa menjadikan barang
yang telah disita dimaksud sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
PN/instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasil penjualan
barang dimaksud berdasarkan ketentuan hak mendahulu Negara untuk tagihan
pajak

C. Daluwarsa Penagihan dan Penghapusan Piutang Pajak


1. Dasar hukum daluwarsa penagihan dan penghapusan piutang pajak
Pasal 22 ayat 1 UU KUP mengatur bahwa hak DJP untuk melakukan penagihan
pajak termasuk bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak adalah dalam jangka
waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK
Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali.
Pasal 24 UU KUP mengatur tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan
besarnya penghapusan diatur dengan atau berdasarkan PMK. Aturan pelaksanaannya diatur
dengan KMK yaitu KMK No 565/KMK.04/2000 tanggal 20 Desember 2000 yg diubah
terakhir menjadi KMK No 539/KMK.04/2002 tentang tata cara penghapusan piutang pajak
dan penetapan besarnya penghapusan.
2. Pengertian dan saat daluwarsa penagihan
Apabila telah daluwarsa penagihan, maka penagihan pajak tidak dapat
dilaksanakan lagi sebagaimana diatur dalam undang-undang, karena hak untuk
melakukan penagihan atas utang pajak tersebut telah gugur.
Saat Daluwarsa Penagihan Untuk Tahun Pajak 2008 Ke Atas Untuk tahun pajak
2008 keatas daluwarsa penagihan pajak mengikuti ketentuan Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009, yaitu hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan:
Surat Tagihan Pajak;
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; dan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Surat Keputusan Pembetulan
Surat Keputusan Keberatan
Putusan Banding; serta
Putusan Peninjauan Kembali
Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum
kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, banding atau
Peninjauan Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali.
3. Tertangguhnya daluwarsa penagihan pajak

Daluwarsa tertangguh apabila: Daluwarsa dihitung sejak tanggal :


DirJen Pajak menerbitkan dan Pemberitahuan Surat Paksa tersebut.
memberitahukan SP kepada PP yang
tidak melakukan pembayaran utang
pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran

WP menyatakan pengakuan utang Surat permohonan angsuran atau


pajak dengan cara mengajukan penundaan pembayaran utang pajak
permohonan angsuran atau penundaan diterima oleh DirJen Pajak
pembayaran utang pajak sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang Penerbitan surat ketetapan pajak tersebut
diterbitkan terhadap WP karena
melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dan tindak pidana lain
yang dapat merugikan pendapatan
negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap

Terhadap WP dilakukan penyidikan Penerbitan Surat Perintah Penyidikan


tindak pidana di bidang perpajakan
tindak pidana dibidang perpajakan

4. Pengertian penghapusan piutang pajak


Piutang pajak yang dapat dihapuskan:
1) Piutang pajak yg tercantum dalam :
STP
SKPKB
SKPKBT
SPPT
SKP
SKPT
SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah
2) Penghapusan piutang pajak untuk WP OP dikarenakan :
Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta atau
kekayaan
WP dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan
Hak untuk melakukan penagihan sudah daluwarsa
Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah
dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan dibidang perpajakan
Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
3) Penghapusan piutang pajak untuk WP badan, dikarenakan :
WP bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;
Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah
dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan dibidang perpajakan; atau
Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

5. Syarat-syarat piutang pajak yg dapat dihapuskan


Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih DJP telah
melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP,
SKPKB, SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan
Peninjauan Kembali. Piutang pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah
adanya Laporan Hasil Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun
takwim menyusun Daftar Usulan Penghapusan Pajak berdasarkan Laporan Hasil
Penelitian.
6. Penelitian setempat dan penelitian administrasi
Penelitian Setempat dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap piutang pajak yang
tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena:
Wajib Pajak meninggal dunia, tidak meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunya iahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan
bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta
warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang berwenang;
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak
memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi;
Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
Penelitian Administrasi dilakukan terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih
lagi karena hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya
dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi.
D. Gugatan dan Sanggahan
1. Dasar hukum gugatan dan sanggahan
Dasar hukum gugatan yaitu pasal 23 ayat 2 UU KUP sedangkan dasar hukum
sanggahan pasal 38 ayat 1 UU PPSP
2. Pengertian gugatan dan sanggahan
Gugatan atau Sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan
pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan (Ps1 angka 22 UU PPSP).
3. Gugatan WP atau Penanggung Pajak atas pelaksanaan penagihan pajak sesuai dengan
pasal 23 UU KUP dan pasal 37 UU UU PPSP
Pengajuan gugatan atas pelaksanaan penagihan pajak hanya dapat diajukan kepada
pengadilan pajak. Pasal 37 ayat 1 UU PPSP menegaskan bahwa sanggahan pihak ketiga
terhadap kepemilikan barang yg disita hanya dapat diajukan kepada pengadilan negeri.
Berdasarkan pasal 23 ayat 2 UU KUP gugatan WP atau Penanggung Pajak adalah :
Pelaksanaan SP, SPMP atau pengumuman lelang.
Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak
Keputusan yg berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yg
ditetapkan dalam pasal 25 ayat 1 dan pasal 26
Penerbitan SKP atau Surat Keputusan Keberatan yg dlm penerbitannya tidak
sesuai dengan prosedur atau tata cara yg telah diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
4. Syarat-syarat gugatan dan sanggahan
Syarat pengajuan gugatan adalah
Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
Pajak adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
Jangka waktu untuk mengajukan terhadap keputusan selain gugatan terhadap
pelaksanaan penagihan pajak adalah 30 hari sejak tanggal diterima
Keputusan yang digugat
Jangka waktu diatas tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak
dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan penggugat.
Perpanjangan jangka waktu tersebut adalah 14 hari terhitung sejak
berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat.
Terhadap1pelaksanaanpenagihandiajukan1SuratGugatan (Psl 40 UU PP)

Syarat pengajuan sanggahan adalah

Sanggahan hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri


Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yg disita tidak dapat
diajukan setelah lelang dilaksanakan
5. Besarnya ganti rugi dalam proses gugatan

Dalam hal gugatan terkait pelaksanaan penagihan pajak dikabulkan oleh Pengadilan
Pajak, Penanggung Pajak dapat memohon pemulihan nama baik dangan ganti rugi kepada
Pejabat. Besarnya ganti rugi tersebut ditentukan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah). Melalui Keputusan Menteri besarnya ganti rugi tersebut dapat ditetapkan
perubahan (pasal 37 ayat 2 UU PPSP).
6. Jangka waktu untuk mengajukan gugatan atas pelaksanaan penagihan

Dalam hal gugatan Penanggung Pajak tersebut dikabulkan oleh pengadilan dan
putusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap, diberikan hak untuk
mengajukan permohonan rehabilitasi nama baik dangan ganti rugi.
Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat dalam bentuk 1 kali pengumuman
pada media cetak harian yang berskala nasional/regional/lokal dengan ukuran yang
memadai, yang dilakukan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan
Penanggung Pajak.
Ganti rugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan
Penanggung Pajak. Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada Penanggung Pajak adalah
sebesar Rp100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang dijalaninya.
7. Gugatan penanggung pajak yang diajukan keselain pengadilan pajak
Gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan penanggung pajak yg disandera
dilaksanakan ke Pengadilan Negeri.
E. Sanksi Pidana dan Aspek Hukum dalam Penagihan Pajak
1. Sanksi pidana terhadap larangan dimaksud dalam pasal 23 ayat 1 UU No 19/97 jo UU No
19/2000
Pasal 23

(1) Penanggung Pajak dilarang:

a. memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan, atau


merusak barang yang telah disita;

b. membebani barang yang telah disita dengan hak jaminan untuk pelunasan
utang tertentu;

c. merusak, mencabut, atau menghilangkan salinan Berita Acara Pelaksanaan


Sita atau segel sita yang telah ditempel pada barang sitaan.

Apabila wajib pajak melanggar ketentuan di atas, maka akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang terkandung dalam pasal-pasal berikut :

1. Pasal 231 ayat (1) KUHP, menegaskan bahwa barang siapa dengan
sengaja menarik suatu barang yang disita menurut ketentuan undang-undang
atau yang dititipkan (sequestratie) atas perintah hakim atau dengan mengetahui,
bahwa barang ditarik dari situ, menyembunyikan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.

2.memindahkan
Pasal 372 KUHP hak,
menegaskanmemindah-
bahwa barangsiapa dengan
SANKSI sengaja dan
PIDANA
tangankan,
melawan menyewakan,
hukum mengakumeminjamkan,
sebagai milik sendiri (aich toeeigenen) barang
menyembunyikan,
sesuatu menghilangkan,
yang seluruhnya Pasal 41A ayat
atau adalah kepunyaan
atau sebagian orang(1)lain,
UU tetapi
PPSP
merusak
yang barang yang
ada dalam telah disita;
kekuasaanya bukan karena kejahatan, diancam, karena
membebani barang tidak bergerak
penggelapan dengan pidana penjara yang
paling lama empat tahun atau denda paling
telah disita
banyak enam dengan
puluhhak
jutatanggungan
rupiah. untuk
pelunasan utang tertentu; pidana penjara paling lama 4 tahun
3. membebani
Pasal 375barang
KUHPbergerak
menegaskan yang telah
bahwa penggelapan yang dilakukan oleh
disita dengan fidusia atau diagunkan
orang yang terpaksa diberi barang untuk disimpan atau yang dilakukan oleh wali,
untuk pelunasan utang tertentu; dan/
atau
merusak, mencabut, atau menghilangkan denda paling banyak Rp12.000.000,00
segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel
pada barang sitaan.
pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga social
atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya selaku demikian,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

2. Sanksi pidana terhadap pihak-pihak yg tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana


dimaksud dalam pasal 25 ayat 3 huruf b,c,d,e dan f UU No 19/97 jo UU No 19/2000

Sanksi
b. Deposito Pidanatabungan,
berjangka, Terhadapsaldo
Pihak-Pihak
rekeningYang Tidak
koran, GiroMelaksanakan Kewajiban dalam Ps
Bank termasuk
25 Ayat
atau (3) huruf
bentuk b, c, yang
lainnya d, e dan f UU PPSP dengan itu,
dipersamakan Lembaga Keuangan
dipindahbukukan ke Kas Negara/Daerah atas permintaan
Pejabat kepada Bank yang bersangkutan
c. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang Bursa Efek
diperdagangkan di bursa efek atas permintaan Pejabat
d. Obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang tidak Kepala KPP
diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh Pejabat
e. Piutang dibuatkan BA Persetujuan tentang pengalihan Notaris &
Debitur
hak menagih dari Penanggung Pajak kepada Pejabat
f. Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akta Notaris
Persetujuan pengalihan hak menjual dari Penanggung
Pajak Kepada Pejabat

Dikenai sanksi pasal 41 A ayat 2 UU PPSP dengan hukuman pidana penjara paling
lama 4 bulan 2 minggu dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00.
3. Sanksi terhadap orang yg sengaja tidak menuruti perintah/permintaan yg dilakukan
menurut UU/dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi/menggagalkan tindakan
dalam melaksanakan UU yg dilakukan oleh jurusita

Orang yang sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
Undang-undang, atau dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan dalam melaksanakan Undang-Undang yang dilakukan oleh Jurusita Pajak Dikenai
sanksi pasal 41 A ayat 3 UU PPSP dengan hukuman pidana penjara paling lama 4 bulan 2
minggu dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00.

4. Hak tanggungan atas tanah, KUH Perdata terkait masalah penagihan


Pengertian Hak Tanggungan pada hakikatnya merupakan hak jaminan atas tanah.
Hak ini akan dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.
5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.Penggunaan Hak tanggungan,
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
itu. Hak Tanggungan bisa juga dipergunakan untuk pelunasan utang tertentu, serta
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain. Objek hak tanggungan :
Hak Milik (Pasal 25 UUPA.
Hak Guna Usaha (Pasal 33 UUPA) .
Hak Guna Bangunan (Pasal 39 UUPA).
Kemudian apabila ditinjau dari yang ditunjuk oleh UUHT (Pasal 4 ayat 2), dapat
ditambahkan satu lagi macam hak tanggungan ialah Hak Pakai atas tanah negara
Sedangkan pada tahapan akhir perkembangan hak tanggungan sebagaimana Yang
ditunjuk oleh UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun (Pasal 27 UUHT)
menyatakan bahwa adapula tambahan objek hak tanggungan ialah Rumah Susun yang
berdiri di atas tanah Hak Milik
Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut:
a. hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;
b. dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan;
c. pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua
Pengadilan Negeri;
d. hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.
KUH Perdata terkait masalah penagihan. Dalam hal penagihan utang pajak, negara
memiliki hak tagih utama dengan menyimpangi segala ketentuan yg diatur dalam pasal
1139 1149 KUH Perdata dan pasal 80 dan 81 KUH Dagang. Penentuan golongan kreditur
di dalam kepailitan adalah berdasarkan pasal 1131 sampai 1138 KUH Perdata jo. UU No
20 th 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No 6 th 1983 tentang KUP dan UU No 37 th
2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.

F. Sengketa Pajak

1. Pengertian sengketa pajak


Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang Perpajakan antara Wajib
Pajak atau PP dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan UU PPSP (Pasal 1 ayat (5) UU Pengadilan Pajak).
2. Kewenangan pengadilan pajak
Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus
Sengketa Pajak (Banding dan Gugatan)
Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum
kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak
Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam
memeriksa dan memutus Sengketa Pajak oleh karenanya putusan Pengadilan
Pajak tidak dapat diajukan Gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha
Negara atau Badan Peradilan lain, kecuali putusan berupa "tidak dapat diterima"
yang menyangkut kewenangan/ kompetensi

3. Kedudukan Pengadilan pajak dalam system peradilan Indonesia


Pengadilan Pajak merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara
4. Susunan pengadilan pajak
Pimpinan (seorang Ketua dan paling banyak 5 (lima) orang Wakil Ketua), Hakim
Anggota, Sekretaris, dan Panitera. Pengangkatan ketua, wakil ketua, dan hakim :
Hakim diangkat oleh presiden dari daftar nama calon yang diusulkan oleh
menteri keuangan
Ketua dan wakil ketua diangkat oleh presiden dari para hakim berdasarkan
usul menteri keuangan
Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan hakim selama 5 (lima) tahun
Masa jabatan dimaksud dapat diperpanjang 1 (satu) kali masa jabatan

Persyaratan hakim :

WNI
Berumur paling rendah 45 tahun
Setia kepada Pancasila & UUD 45
Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yg mengkhianati NKRI
Mempunyai keahlian di bidang perpajakan & berijazah SH atau sarjana lain
Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan; dan
Sehat jasmani & rohani

Larangan rangkap jabatan bagi hakim :

Pelaksana putusan PP
Wali, pengampu, atau pejabat yang berkaitan dengan suatu sengketa pajak
yang akan atau sedang diperiksa olehnya
Penasehat hukum
Konsultan pajak
Akuntan publik; dan/ atau
Pengusaha

Alasan pemberhentian ketua, wakil ketua, dan hakim dengan hormat :


Permintaan sendiri
Sakit jasmani dan rohani terus menerus
Telah berumur 65 tahun; atau
Tidak cakap dalam menjalankan tugas

Alasan pemberhentian ketua, wakil ketua, dan hakim dengan tidak hormat :

Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan


Melakukan perbuatan tercela
Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya
Melanggar sumpah/janji jabatan;atau
Melanggar larangan Ps 12 UU Pengadilan Pajak
G. Gugatan, Banding, dan Peninjauan Kembali
1. Pengertian gugatan

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 UU PP. gugatan adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh WP atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau
terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Objek gugatan

3. Pengertian banding

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UUPP, Gugatan adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh WP atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan
Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

4. Objek banding
5. Syarat pengajuan banding
Diajukan dalam bahasa Indonesia ke Pengadilan Pajak
Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterima Keputusan yg diajukan
banding
1 keputusan diajukan 1 surat banding
Diajukan dengan disertai alasan yg jelas dan dicantumkan tanggal terima SK yang
dibanding
Diajukan oleh Wajib Pajak, ahli waris, pengurus atau kuasa hukumnya
Pada surat banding dilampirkan salinan SK yang dibanding
Jumlah pajak yang terutang telah dibayar sebesar 50%

6. Pengertian Peninjauan Kembali


Pada dasarnya putusan pengadilan pajak merupakan putusan akhir dan memiliki
kekuatan hukum yg tetap sesuai yang diatur dalam pasal 77 ayat 1 UU Pengadilan Pajak.
Namun pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas
putusan Pengadilan Pajak jika kedua belah pihak merasa belum puas kepada Mahkamah
Agung. Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 kali. Tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Dapat dicabut sebelum diputus,
dan dalam hal sudah dicabut, permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat
diajukan lagi. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah
hukum acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam
Undang-undang ini
7. Alasan pengajuan peninjauan kembali dan jangka waktu pengajuannya

No Alasan PK Jangka Waktu

1. Putusan didasarkan pada kebohongan/ tipu Paling lambat 3 bulan terhitung


muslihat pihak lawan yg diketahui setelah sejak diketahuinya kebohongan/
perkaranya diputus atau didasarkan pada tipu muslihat atau sejak putusan
bukti yang kemudian oleh Hakim Pidanan Hakim pengadilan pidana
dinyatakan palsu memperoleh kekuatan hukum
tetap
2. Terdapat bukti tertulis baru yang penting Paling lambat 3 bulan terhitung
& bersifat menentukan, yg apabila sejak ditemukan surat-surat bukti
diketahui pada saat persidangan akan yg hari & tanggal ditemukannya
menghasilkan putusan yang berbeda harus dinyatakan di bawah
sumpah & disahkan oleh pejabat
yg berwenang

H. Hukum Acara
1. Kuasa hukum

Kuasa Hukum: orang perseorangan yang telah mendapat izin menjadi Kuasa Hukum
dari Ketua Pengadilan Pajak dan memperoleh surat kuasa khusus dari pihak-pihak yang
bersengketa untuk dapat mendampingi dan/atau mewakili mereka dalam beperkara pada
Pengadilan Pajak.

(1) Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh
satu atau lebih kuasa hukum dengan Surat Kuasa Khusus.
(2) Untuk menjadi kuasa hukum harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Warga Negara Indonesia (WNI);
Memilki izin Kuasa Hukum;
Memiliki Surat Kuasa Khusus yang asli dari pihak yang bersengketa;
Memiliki pandangan luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan;
Berijazah Sarjana atau Diploma IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi;
Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Berkelakuan Baik
(SKKB) dari POLRI atau instansi yang berwenang;
Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(3) Dalam hal kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon Banding
atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua, pegawai, atau pengampu, persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) tidak diperlukan.
2. Persiapan persidangan
Persiapan persidangan banding dan gugatan :

1) Ketua menunjuk Majelis yang terdiri dari 3 orang Hakim atau Hakim Tunggal
2) Dalam hal pemeriksaan dilakukan Majelis, Ketua menunjuk salah seorang Hakim sebagai
Hakim Ketua
3) Majelis/Hakim Tunggal bersidang pada hari yang telah ditentukan & memberitahukan
hari sidang dimaksud kepada pihak yang bersengketa
4) Majelis/Hakim Tunggal sudah mulai bersidang:
a) dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Banding
b) dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Gugatan
3. Pemeriksaan acara biasa

Dilakukan oleh Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua, Hakim Anggota,
Panitera, Terbanding dan Pemohon Banding (bila diperlukan). Hanya dilakukan bila surat
permohonan telah memenuhi persyaratan formal. Tata cara pemeriksaan :

Untuk keperluan pemeriksaan Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka
untuk umum (Pasal 50 ayat 1)

Sebelum pemeriksaan pokok sengketa, Majelis melakukan pemeriksaan mengenai


kelengkapan dan/atau kejelasan banding atau gugatan (Pasal 50 ayat 2)
Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak2 yang bersengketa
(Ps 54 ayat 1)

Majelis menanyakan kepada Terbanding atau Tergugat mengenai hal2 yg dikemukakan


pemohon banding atau penggugat dalam surat banding atau surat gugatan dan dalam surat
bantahan (Ps 54 ayat 2)

Apabila Majelis memandang perlu dan dalam hal pemohon banding atau penggugat hadir
dalam persidangan, Hakim Ketua dapat meminta pemohon banding atau penggugat untuk
memberikan keterangan yg diperlukan dalam penyelesaian sengketa pajak (Ps 54 ayat 3)

Atas permintaan salah satu pihak yg bersengketa, atau karena jabatan, Hakim Ketua dapat
memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar keterangannya dalam persidangan (Ps 55
ayat 1)

Saksi yang diperintahkan oleh Hakim Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
datang di persidangan dan tidak diwakilkan (Ps 55 ayat 2)

4. Pemeriksaan acara cepat


Pemeriksaan cepat dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Dilakukan terhadap:
1) Sengketa Pajak tertentu
2) Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu yang telah ditentukan
3) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan dalam Ps 84 ayat (1) UU PP atau kesalahan tulis/
hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak
4) Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan wewenang Pengadilan Pajak

5. Pembuktian

Alat bukti:

Surat atau tulisan


Keterangan ahli
Keterangan para saksi
Pengakuan para pihak, dan/atau
Pengetahuan hakim
Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan. Untuk sahnya
pembuktian paling sedikit dibutuhkan 2 alat bukti. Menganut prinsip pembuktian bebas.
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan,beban pembuktian serta penilaian
pembuktian, tidak terbatas pada fakta & hal-hal yang diajukan oleh para pihak. Alat bukti
surat/ tulisan terdiri dari:

1) Akta autentik: surat yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum, yang
menurut peraturan perUUan berwenang membuat surat itu dengan maksud untuk
dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya
2) Akta di bawah tangan: surat yang dibuat & ditandatangani oleh pihak-pihak yang
bersangkutan dengan mauksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya
3) Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang
4) Surat lain atau tulisan yang tidak termasuk di atas, yang ada kaitannya dengan
banding atau Gugatan

Keterangan ahli yaitu Pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman & pengetahuannya. Seorang
yang tidak boleh didengar sebagai saksi, tidak boleh memberikan keterangan ahli. Seorang
ahli harus memberikan keterangan baik lisan maupun tertulis.

Keterangan saksi. Dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu merupakan
hal yang dialami, dilihat, atau didengar sendiri oleh saksi. Yang tidak boleh didengar
keterangannya sebagai saksi:

1) Keluarga sedarah/ semenda menurut garis keturunan lurus ke atas/ bawah sampai
derajat ke-3 dari salah satu pihak yang bersengketa
2) Istri/ suami dari Pemohon Banding/ Penggugat meskipun sudah bercerai
3) Anak yang belum berusia 17 tahun
4) Orang sakit ingatan
5) Untuk menambah pengetahuan & keyakinan Hakim, pihak tersebut diatas dapat
diminta untuk didengar keterangannya & tidak perlu diambil sumpah atau janji

Untuk menambah pengetahuan & keyakinan Hakim, pihak tersebut diatas dapat
diminta untuk didengar keterangannya & tidak perlu diambil sumpah atau janji.

6. Putusan
Putusan akhir & mempunyai kekuatan hukum tetap
dapat diajukan Peninjauan Kembali ke MA
diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan peraturan perUUan
perpajakan serta keyakinan hakim (didasarkan pada penilaian pembuktian &
sesuai dengan peraturan perUUan perpajakan)
Pemeriksaan dilakukan oleh Majelis:
Putusan diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua
Dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan, putusan diambil dengan suara
terbanyak
Jika diambil dgn suara terbanyak, pendapat Hakim Anggota yang tidak sepakat
dengan putusan dinyatakan dalam putusan

Pemeriksaan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Jika tidak, putusan
tidak sah & tidak mempunyai kekuatan hukum. Putusan harus diucapkan kembali dalam
sidang terbuka untuk umum.

Jangka waktu pengambilan keputusan :

No Jenis Pemeriksaan Jangka Waktu

1. Pemeriksaan dgn acara biasa atas Banding 12 bulan sejak Surat Banding diterima

2. Pemeriksaan dgn acara biasa atas Gugatan 6 bulan sejak Surat Gugatan diterima

3. Dalam hal-hal khusus (pembuktian sengketaJangka waktu no. 1 & 2, diperpanjang


rumit, pemanggilan saksi memerlukan waktu ygpaling lama 3 bulan.
cukup lama)

4. Gugatan, yang diajukan selain atas keputusan1 bulan sejak jangka waktu 6 bulan
pelaksanaan penagihan pajak, tidak diputus dlmdilampaui melalui pemeriksaan acara
jangka waktu yg ditentukan cepat

No Jenis Pemeriksaan Jangka Waktu

5. Pemeriksaan dgn acara cepat terhadap Sengketa30 hari sejak batas waktu pengajuan
Pajak tertentu, dinyatakan tidak dapat diterima
Banding/Gugatan dilampaui

30 hari sejak Banding/Gugatan diterima


dalam hal diajukan setelah batas waktu

pengajuan dilampaui

6. Putusan/Penetapan dg acara cepat terhadap30 hari sejak kekeliruan dimaksud


kekeliruan berupa membetulkan kesalahandiketahui atau sejak permohonan salah
tulis/hitung satu pihak diterima

7. Putusan dengan acara cepat terhadap sengketa30 hari sejak Surat Banding atau Surat
yang bukan wewenang Pengadilan Pajak,Gugatan diterima
berupa tidak dapat diterima

Putusan Pengadilan Pajak harus memuat:

Kepala putusan yang berbunyi DEMI KEADILAN BERDASARKAN


KETUHANAN YANG MAHA ESA
Nama, tempat tinggal/ tempat kediaman, dan/atau identitas lainnya dari Pemohon
Banding/Penggugat
Nama jabatan & alamat Terbanding/Tergugat
Hari, tanggal diterimanya Banding/Gugatan
Ringkasan Banding/Gugatan, ringkasan SUB/Surat Tanggapan, atau Surat
Bantahan yang jelas
Pertimbangan & penilaian setiap bukti yang diajukan & hal yang terjadi dalam
persidangan selama sengketa diperiksa
Pokok sengketa
Alasan hukum yang menjadi dasar putusan
Amar putusan tentang sengketa; dan
Hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, & keterangan
hadir/ tidak hadirnya para pihak
Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan di atas, putusan tidak sah & Ketua
memerintahkan sengketa tsb segera disidangkan kembali dengan acara cepat,
kecuali putusan telah melampaui jangka waktu 1 tahun
7. Pelasanaan putusan

Dapat langsung dilaksanakan, tidak memerlukan keputusan pejabat yang berwenang,


kecuali peraturan perUUan mengatur lain (Putusan yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak : Ka KPP harus menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP)

Anda mungkin juga menyukai