Kelompok 1
1. Fauzi Dwi Susanti 205030401111007
2. Faradilla Mustikarini 205030400111032
3. Hezeprina Rosali Siagian 205030401111047
4. Indiera Putri Arini Limodiredjo 205030400111028
Berdasarkan UU KUP Pasal 21 ayat (3) Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi
segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
diterbitkan Surat Tagihan Pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
1. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka
jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung
sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
2. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas
akhir penundaan diberikan.
D. Hak Mendahulu Kaitannya dengan Kepailitan
Berdasarkan UU KUP Pasal 21 Ayat 3(a) dan UU PPSP Pasal 19 Ayat (6)
3(a). Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan
dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi
kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta
tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut. ( Hal ini menetapkan
kedudukan Negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
terkait barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Hak mendahulu kaitannya dengan kepailitan berada pada fiskus)
Pemberian hak mendahului pada fiskus dari pada kreditor kreditor lainnya karena
pelunasan utang pajak dari debitor pailit tersebut akan digunakan oleh negara untuk
menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan konsep asas
kemanfaatan yaitu pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan
kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. Fiskus dapat menggunakan
dengan sebaik baiknya kewenangan yang diberikan oleh Pasal 21 ayat (3a) UU KUP
agar uang pajak yang dipungut dapat digunakan untuk semestinya sesuai dengan
asas kemanfaatan.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap
kreditur lainnya.
Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya. Hak yang
didahulukan sebagaimana dimaksud adalah hak Penerima Fidusia untuk mengambil
pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia. Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya
kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia.
Pasal 21 UU KUP mengatur bahwa Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang
pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak. Ketentuan tentang hak
mendahulu meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak. Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi
segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: biaya perkara yang hanya
disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak
dan/atau barang tidak bergerak; biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
barang dimaksud; dan/atau biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan
dan penyelesaian suatu warisan.
"KPP Sita Aset Perusahaan di Poso yang Belum Lunasi Utang Pajak Rp 1,2
Triliun"
Jurusita KPP Pratama Poso Danu Satya Wiguna menjelaskan, aset wajib
pajak korporasi yang disita berada di Desa Bahomotefee Bungku Timur,
Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Danu menjelaskan pihaknya sudah
melakukan upaya penagihan persuasif kepada perusahaan yang tidak
disebutkan inisialnya itu. Namun, wajib pajak tidak beritikad baik untuk
melunasi tunggakan pajaknya. Oleh karena itu, tim KPP Pratama Poso
melakukan penyitaan aset setelah melayangkan surat paksa kepada wajib
pajak.