Anda di halaman 1dari 9

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)

DASAR HUKUM
UU No.6 Tahun 1983 diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009

PENGERTIAN-PENGERTIAN
DEFINISI PAJAK
Adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
SURAT KETETAPAN PAJAK (skp)
Adalah surat ketetapan yang meliputi :
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
Keberatan diajukan:
 secara tertulis dalam bahasa Indonesia
 dengan mengemukakan jumlah pajak terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-
alasan yang jelas yg menjadi dasar perhitungan.
 1 Surat Keberatan diajukan untuk 1 skp, untuk 1 pemotongan atau 1 pemungutan pajak
 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (bulan) sejak tanggal pengiriman skp,
tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya
Dit.Jen.Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima,
harus memberi keputusan.
Keputusan Dit.Jen.Pajak dapat berupa:
 Mengabulkan seluruhnya.
 Mengabulkan sebagian.
 Menolak.
 Menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.
Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah lewat dan Dir.Jen.Pajak tidak memberi
suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan

TATA CARA PENYELESAIAN BANDING


a. WP dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap
keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Dir.Jen.Pajak.
b. Banding diajukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya surat keputusan keberatan
yang diajukan banding.
1). tertulis dalam bahasa Indonesia.
2). mengemukakan alasan-alasan yang jelas dan bukti yang diperlukan.
3). melampirkan salinan surat keputusan keberatan.

SANKSI-SANKSI
Denda Administrasi
a. Tidak/terlambat memasukkan/menyampaikan SPT ditagih dengan STP ditambah
 Rp Rp 100.000,- untuk SPT Masa PPh
 Rp 500.000,- untuk SPT Masa PPN Dan PPn BM
 Rp 1 .000.000,- untuk SPT Tahunan PPh Badan
 Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan PPh OP
b. Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa tetapi belum disidik denda : SSP ditambah
150%
c. Khusus PPN:
 Tidak melaporkan usaha
 Tidak membuat/mengisi f'aktur.
 Melanggar larangan membuat Faktur (PKP yang tidak dikukuhkan).
SSP/SPKPB (ditambah 2% denda dari dasar pengenaan).
Sanksi Untuk Pejabat Dit.Jen Pajak
Ketentuan Pasal 36a Berbunyi Sbb:
1) Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau
menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang melakukan
pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sanksi Utk Pegawai
1) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan
pengancaman kepada WP untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 KUHPidana.
2) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 UU
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya.
3) Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam
melaksanakan tugasnya didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

UU NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT


PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 19
TAHUN 2000
UU PPSP
Mengatur ketentuan tentang tata cara tindakan penagihan pajak :
 Surat Teguran/Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
 Penagihan Seketika dan Sekaligus
 Pemberitahuan Surat Paksa
 Penyitaan
 Pencegahan dan/atau Penyanderaan
 Pelelangan
Mengatur tata cara pengajuan gugatan Penanggung Pajak kepada badan peradilan pajak terhadap
tindakan pelaksanaan penagihan pajak

Pejabat (P2)
Ditunjuk oleh :
 Menkeu (Pajak Pusat)
 Kepala Daerah (Pajak Daerah)
Berwenang :
1. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak.
2. Menerbitkan :
 Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
 Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
 Surat Paksa;
 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
 Surat Perintah Penyanderaan;
 Surat Pencabutan Sita;
 Pengumuman Lelang;
 Surat Penentuan Harga Limit;
 Pembatalan Lelang; dan
 surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

Juru Sita Pajak (P3)


a) Diangkat dan diberhentikan oleh pejabat pajak
b) Syarat-syarat dan Tata cara pengangkatan dan pemberhentian
 Kep. MenKeu No. 562/KMK.04/2000
Tugas dan wewenang JS Pajak (P5)
a) melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
b) memberitahukan Surat Paksa;
c) melaksanakan penyitaan; dan
d) melaksanakan penyanderaan.
1) memasuki dan memeriksa ruangan termasuk membuka lemari, laci, atau tempat
lain untuk menemukan objek sita.
2) meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi
hukum dan perundang-undangan, Pemda setempat, BPN, Dirjen Perhubungan
laut, PN, Bank, atau pihak lain dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak.
3) menjalankan tugasnya di wilayah kerja Pejabat yg mengangkatnya, kecuali
ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri/Kepala Daerah.

SURAT PAKSA (P7&8)


Diterbitkan apabila PP tidak melunasi utang pajak s/d tgl jatuh tempo & kepadanya telah
diterbitkan ST atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis; Terhadap PP sudah
dilaksanakan PSS; atau PP tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran
atau penundaan pembayaran pajak.
Tata cara pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus, dan pelaksanaan Surat Paksa
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Nomor : 561/KMK.04/2000 atau Keputusan
Kepala Daerah (P10a)
PENYITAAN (P11-13)
1) Dilakukan berdasarkan SPMP jika PP tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2x24 jam
setelah SP diberitahukan.
2) Oleh Jurusita Pajak dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
3) Penyitaan dapat dilakukan, meskipun PP tidak hadir asalkan salah seorang saksi berasal
dari Pemda.

OBYEK SITA (P14)


Penyitaan dilaksanakan terhadap milik PP yang berada pada tempat tinggal, tempat usaha,
tempat kedudukan, atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya pada pihak lain atau yang
dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu
Terhadap PP Badan dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan, pengurus, kepala
perwakilan,kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, ditempat kedudukan, di tempat
tinggal maupun tempat lain
Barang Bergerak Yang Dikecualikan Dari Penyitaan
 pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya;
 persediaan makanan & minuman selama 1 bulan;
 perlengkapan PP yang bersifat dinas yg diperoleh dari negara;
 buku-buku yang bertalian dengan jabatan/pekerjaan PP dan alat yg dipergunakan untuk
pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
 peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan sehari-hari dgn jumlah tidak lebih
dari Rp 20.000.000,00; atau
 peralatan penyandang cacat yang digunakan PP dan keluarga yg menjadi tanggungannya
Pencabutan Sita (P22)
Berdasarkan surat
 Lunas
 Putusan pengadilan
 Putusan badan peradilan pajak
 Ditetapkan lain oleh Menteri/Kep.Daerah
Tata cara penyitaan diatur dengan PP No. 135 th. 2000 & Tata cara Penghapusan Piutang
Pajak No. 565/KMK.04/2000 (P24)
Gugatan (P37)
 Terhadap pelaksanaan SP, SPMP, Lelang Oleh PP ke badan peradilan pajak, dilakukan
14 hari sejak SP atau SPMP atau pengumuman lelang dilaksanakan
 Apabila gugatan PP dikabulkan, PP berhak memohon pemulihan nama baik dan ganti
rugi paling banyak Rp 5 juta
Sanggahan (P38)
 Terhadap kepemilikan barang yang disita Oleh Pihak Ketiga ke Pengadilan Negeri
 Tidak dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan
 Ditangguhkan hanya thd barang yang digugat

UNDANG UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK


SEBAGAI PENGGANTI UNDANG UNDANG NOMOR 17 TAHUN 1997 TENTANG
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK (BPSP)
Dasar hukum pembentukan PENGADILAN PAJAK adalah UU Nomor 14 tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak yang diundangkan di tanggal 12 April 2002 dan dimuat dalam Lembaran
Negara Nomor 27 Tahun 2002 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189.

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau Penanggung Pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perUUan
perpajakan yang berlaku.
Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau Penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan
Gugatan berdasarkan peraturan perUUan perpajakan yang berlaku.
Pengadilan Pajak (PP) adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
WP atau Penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak
(P6) Susunan PP terdiri dari :
- Pimpinan,
- Hakim Anggota,
- Sekretaris, dan
- Panitera.

(P7) Pimpinan PP terdiri dari :


- seorang Ketua dan
- paling banyak 5 (lima) orang Wakil Ketua.

PASAL 36
(1) Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
(2) Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima
surat keputusan yang dibanding.
(3) Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
(4) Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta
Pasal 35; dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding
hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima
puluh persen).

PASAL 37
 Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.
 Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat
dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya
dalam hal pemohon Banding pailit.
 Apabila selama proses Banding pemohon Banding melakukan penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan
oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

PASAL 40 (Gugatan)
(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada PP.
(2) Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
(3) Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang
digugat.
(4) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat apabila
jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat.
(5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah 14 (empat belas)
hari terhitung sejak berakhirnya keadaan di1uar kekuasaan penggugat.
(6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat
Gugatan.
PASAL 41
(1) Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang
digugat.
(2) Apabila selama proses Gugatan penggugat meninggal dunia. Gugatan dapat dilanjutkan oleh
ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal penggugat pailit.
(3) Apabila selama proses Gugatan, penggugat melakukan penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak
yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran
usaha, atau likuidasi dimaksud.
PASAL 42
(1) Terhadap Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) , dapat diajukan surat
pernyataan pencabutan kepada PP.
(2) Gugatan yang dicabut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihapus dari daftar sengketa
dengan :
 penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
 putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan setelah sidang atas persetujuan tergugat.
(3) Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak dapat diajukan kembali.

PUTUSAN PENGADILAN PAJAK DAPAT BERUPA:


1) Menolak;
2) Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
3) Menambah pajak yang harus dibayar;
4) Tidak dapat diterima;
5) Membetulkan kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung dan atau;
6) Membatalkan.
PASAL 89 (PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI)
(1)Permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
(2)Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan
putusan Pengadilan Pajak.
(3)Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut
permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan PK adalah hukum acara PK kembali sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung: kecuali yang diatur
secara khusus dalam UU ini. (P90)
Pasal 91 (Alasan PK)
Permohonan PK hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
1) Apabila putusan PP didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
2) Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila
diketahui pada tahap persidangan di PP akan menghasilkan putusan yang berbeda
3) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,
kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan huruf c;
4) Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab- sebabnya; atau
5) Apabila terdapat suatu putusan yang nyata- nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perUUan yang berlaku.
Pasal 92
1) Pengajuan permohonan PK berdasarkan alasan dalam Pasal 91 huruf a dilakukan dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau
tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum
tetap.
2) Pengajuan permohonanPK berdasarkan alasan dalam Pasal 91 huruf b dilakukan dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti,
yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan
oleh pejabat yang berwenang.
3) Pengajuan permohonan PK berdasarkan alasan dalam Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf
e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

Pasal 93
(1) Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonanPK dengan ketentuan :
a. dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK diterima oleh Mahkamah Agung
telah mengambil putusan, dalam hal PP mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa;
b. dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan PK diterima oleh Mahkamah Agung
telah mengambil putusan, dalam hal PK mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.
(2) Putusan atas permohonan PK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.

Anda mungkin juga menyukai