Anda di halaman 1dari 38

Universitas Pasir Pangaraian

Penagihan Pajak
Oleh: Rizqi Febriani Putri, S.S.T.
Tujuan dan Pengertian
Penagihan pajak adalah serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus, memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.

Tujuan penagihan pajak adalah


agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak
Dasar Penagihan Pajak
1. Menurut Pasal 18 dan Pasal 27C UU KUP
a.Pasal 18 UU KUP
STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK
Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar bertambah.
b.Pasal 27C UU KUP
SK Persetujuan Bersama, yang diterbitkan Direktur
Jenderal Pajak guna menindaklanjuti hasil
pelaksanaan prosedur persetujuan bersama untuk
mencegah atau menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam penerapan P3B.
2.Dalam rangka bantuan penagihan pajak
Menteri Keuangan berwenang untuk melakukan kerja sama untuk
pelaksanaan bantuan penagihan pajak (pemberian/permintaan) dengan
negara mitra atau yurisdiksi mitra. Dasar penagihan pajak adalah klaim
pajak dari negara mitra atau yurisdiksi mitra
Jatuh Tempo Dasar Penagihan Pajak (1)
Pelaksanaan penagihan pajak sangat berkaitan dengan jatuh tempo
pelunasan dasar penagihan pajak karena tindakan penagihan baru
dapat dilakukan 7 hari setelah tanggal jatuh tempo.
Pasal 47 PP Nomor 55 Tahun 2022
(1) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan dan tidak mengajukan
perrnohonan banding, pelunasan atas jumtah pajak yang tidak
disetujui Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dan belum dibayar pada saat pengajuan keberatan dilakukan paling
lama 1 bulan terhitung sejak tanggal penerbitan SK Keberatan
dengan memperhitungkan jumlah pajak berdasarkan SK Keberatan
(2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, pelunasan
atas jumlah pajak yang tidak disetujui Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan belum dibayar pada saat
pengajuan keberatan dilakukan paling lama 1 bulan terhitung sejak
tanggal penerbitan Putusan Banding dengan memperhitungkan
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding
Jatuh Tempo Dasar Penagihan Pajak (2)
(3) Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan
paling lama 1 bulan sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) UU KUP
(4) Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah
tertentu menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, pelunasan atas jumlah
pajak yang masih harus dibayar dilakukan paling lama 2 bulan
terhitung sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (3a) UU KUP
Jatuh tempo pembayaran ketetapan pajak yang masih bersifat sengketa
dan masih terdapat upaya hukum oleh Wajib Pajak akan tertangguh
sesuai dengan upaya hukum yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Tindakan
penagihan akan menunggu sampai upaya hukum atas sengketa pajak
tersebut tuntas.
Penanggung Pajak (1)
Orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajak menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Penanggung Pajak Orang Pribadi menurut Pasal
8 PMK Nomor 61 Tahun 2023
1. Orang pribadi yang bersangkutan;
2. Istri dari Wajib Pajak orang pribadi, dalam hal
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakannya digabungkan;
3. Salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat,
atau pihak yang mengurus harta peninggalan,
dalam hal Wajib Pajak telah meninggal dunia
dan harta warisan belum terbagi
Penanggung Pajak (2)
4. Para ahli waris, dalam hal Wajib Pajak telah
meninggal dunia dan harta warisan telah
dibagi;
5. Wali bagi anak yang belum dewasa;
6. Pengampu bagi orang yang berada dalam
pengampuan.

Penanggung Pajak Badan menurut Pasal 7 PMK


nomor 61 Tahun 2023
1. Wajib Pajak Badan bersangkutan yang
bertanggung jawab atas seluruh Utang Pajak
dan Biaya Penagihan Pajak (induk dan cabang);
2. Pengurus dari Wajib Pajak Badan yang
bertanggung jawab atas Utang Pajak dan
Biaya Penagihan Pajak (induk dan cabang)
Tindakan Penagihan Pajak
Dilakukan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang
masih harus dibayar setelah lewat jatuh tempo pelunasan
Tindakan penagihan menurut PMK nomor 61 Tahun 2023
1. menerbitkan surat teguran, surat peringatan, atau sejenisnya;
2. menerbitkan dan memberitahukan surat paksa;
3. melaksanakan penyitaan;
4. melakukan pengumuman lelang dan lelang, untuk barang sitaan
yang dilakukan penjualan secara lelang;
5. menggunakan, menjual, dan/atau memindahbukukan barang
sitaan, untuk barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan
secara lelang;
6. mengusulkan pencegahan;
7. melaksanakan penyanderaan; dan/atau
8. menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus.
Tindakan Penagihan Pajak

Tindakan Penagihan Pajak menurut PMK nomor 61 Tahun 2023


Surat Teguran
Surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur
atau memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi
utang pajaknya yang tidak atau kurang dibayar
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Surat Paksa
penanggung pajak tidak melunasi utang
pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat
teguran, surat peringatan, atau surat lain
yang sejenis;
Terhadap penanggung pajak telah
dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atau
penanggung pajak tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
Penyampaian Surat Paksa (1)

Surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak dengan


membacakan isi surat paksa dan menyerahkan
salinan surat paksa kepada penanggung pajak.

Dalam hal jurusita pajak tidak dapat menyampaikan


surat paksa secara langsung, penyampaian bisa
dilakukan dengan cara:

1. Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa


diberitahukan kepada kurator, hakim
pengawas, atau balai harta peninggalan.
2. Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam
likuidasi, surat paksa diberitahukan kepada
orang atau badan yang dibebani untuk
melakukan pemberesan atau likuidator.
Penyampaian Surat Paksa (2)
3. Wajib Pajak menunjuk kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan, surat paksa dapat
diberitahukan kepada penerima kuasa.
4. Jika tidak memungkinkan, surat paksa dapat
disampaikan melalui pemerintah daerah
setempat.
5. Penanggung pajak tidak diketahui tempat
tinggalnya, tempat usaha, atau tempat
kedudukannya, penyampaian surat paksa
dilaksanakan dengan menempelkan surat
paksa pada papan pengumuman di kantor
pejabat yang menerbitkannya,
mengumumkan melalui media massa, atau
cara lain
Penyampaian Surat Paksa (3)
6. Dalam hal pemberitahuan surat paksa
harus dilaksanakan di luar wilayah kerja
Kanwil atau KPP, Kepala Kanwil atau
KPP meminta bantuan kepada pejabat
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
pemberitahuan surat paksa
7. Dalam hal di 1 kota terdapat lebih dari 1
Kanwil atau KPP, Kepala Kanwil atau
KPP yang menerbitkan surat paksa dapat
memerintahkan jurusita pajaknya untuk
memberitahukan surat paksa di luar
wilayah kerjanya sepanjang masih berada
di kota setempat.
Penyampaian Surat Paksa (4)
8. Dalam hal pemberitahuan surat paksa harus
dilakukan di luar kota tempat kedudukan
kantor pejabat tetapi masih dalam wilayah
kerjanya, pejabat yang menerbitkan surat paksa:
meminta bantuan kepada Kepala Kanwil
atau Kepala KPP yang tempat kedudukannya
berada di kota tempat pemberitahuan surat
paksa dan wilayah kerjanya meliputi kota
tempat pemberitahuan surat paksa; atau
memerintahkan jurusita pajaknya
memberitahukan surat paksa secara
langsung disertai dengan penyampaian
informasi mengenai pemberitahuan surat
paksa secara langsung kepada pejabat
setempat
Penyampaian Surat Paksa (5)
9.Dalam hal penanggung pajak menolak untuk
menerima surat paksa, jurusita pajak meninggalkan
surat paksa dimaksud dan mencatatnya dalam
berita acara bahwa penanggung pajak tidak mau
menerima surat paksa, dan surat paksa dianggap
telah diberitahukan.

Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa


1. hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa,
2. nama jurusita pajak,
3. nama yang menerima surat paksa; dan
4. tempat pemberitahuan surat paksa,
serta ditandatangani oleh jurusita pajak
dan pihak yang menerima surat paksa.
Penyitaan
Penyitaan merupakan tindakan Jurusita pajak untuk
menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan
jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan perundang-undangan.

Sampai dengan saat dilakukannya penyitaan, Wajib


Pajak masih diberikan kesempatan untuk membayar
atau melunasi utang pajaknya.

Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak terhadap


objek sita, yaitu barang milik penanggung pajak
yang dapat dijadikan jaminan utang pajak.
Penyitaan dilakukan berdasarkan SPMP yang
diterbitkan apabila utang pajak tidak dilunasi
dalam jangka waktu 2 x 24 jam terhitung sejak
tanggal surat paksa diberitahukan kepada Wajib
Pajak.
Objek Sita (1)
Menurut Pasal 23 PMK nomor 61 Tahun 2023
1. Barang milik Penanggung Pajak; dan
2. Barang milik istri atau suami dan anak yang
masih dalam tanggungan Penanggung Pajak,
kecuali terdapat perjanjian pemisahan harta,
yang berada di tempat tinggal, tempat usaha,
tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk
yang penguasaannya berada di tangan pihak lain
atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang
tertentu.

Penyitaan dilakukan terhadap;


1. Barang bergerak, termasuk:
uang tunai termasuk mata uang asing dan
uang elektronik atau uang dalam bentuk
lainnya;
Objek Sita (2)
logam mulia, perhiasan emas, permata,
dan sejenisnya;
harta kekayaan penanggung pajak yang
tersimpan pada LJK sektor perbankan
meliputi deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu
(yang penyitaannya dilakukan dengan
melakukan pemblokiran terlebih dahulu);
harta kekayaan penanggung pajak yang
dikelola oleh LJK sektor perasuransian,
LJK Lainnya, dan/ atau Entitas Lain yang
memiliki nilai tunai (yang penyitaannya
dilakukan dengan melakukan
pemblokiran terlebih dahulu);
Objek Sita (3)
2. Barang tidak bergerak
tanah dan/atau bangunan; dan
kapal dengan isi kotor paling sedikit 20 meter
kubik.
Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan
barang bergerak, kecuali dalam keadaan
tertentu. Urutan barang bergerak dan/atau
barang tidak bergerak yang disita ditentukan
oleh jurusita pajak dengan memperhatikan
jumlah utang pajak dan biaya penagihan pajak
serta kemudahan penjualan atau pencairannya.
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan jumlah
nilai barang sitaan diperkirakan cukup untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
Barang yang Dikecualikan dari Penyitaan (1)
1. Pakaian dan tempat tidur beserta
perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
2. Persediaan makanan dan minuman untuk
keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah, termasuk
obat-obatan yang dipergunakan
penanggung pajak beserta keluarganya
3. Perlengkapan penanggung pajak yang
bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan
atau pekerjaan penanggung pajak alat-alat
yang dipergunakan untuk pendidikan,
kebudayaan dan keilmuan;
Barang yang Dikecualikan dari Penyitaan (2)
5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya
tidak lebih dari Rp20.000.000,00 atau jumlah
lain yang ditetapkan Menteri Keuangan;
6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan
oleh penanggung pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya; dan
7. Penyitaan terhadap barang yang telah disita
oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai
barang bukti dalam kasus pidana. Penyitaan
dapat dilaksanakan setelah barang bukti
tersebut dikembalikan kepada penanggung
pajak agar tidak menghalangi atau
menghambat tindakan hukum lain yang
sedang berjalan.
BA Pelaksanaan Sita
Berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh
jurusita pajak, penanggung pajak, dan paling sedikit 2
orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia,
dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya.
Salinan berita acara pelaksanaan sita disampaikan
kepada penanggung pajak dan pihak terkait meliputi:
1. Kepolisian Republik Indonesia, untuk Barang
bergerak yang kepemilikannya terdaftar;
2. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang
kepemilikannya sudah terdaftar;
3. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri
setempat, untuk tanah yang kepemilikannya
belum terdaftar;
4. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk
kapal; atau
5. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, untuk
pesawat terbang.
Penyitaan Tambahan
Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila :
1. nilai barang yang disita nilainya tidak cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak;
atau
2. hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup
untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.

Pencabutan Sita
Pencabutan sita dilaksanakan dalam hal:
1. penanggung pajak telah melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak;
2. adanya putusan pengadilan atau berdasarkan
putusan pengadilan pajak; atau
3. terdapat kondisi tertentu.
Dalam hal penanggung pajak tidak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak setelah dilakukan
penyitaan, pejabat berwenang:
1. melaksanakan penjualan secara lelang; atau
2. menggunakan, menjual dan/atau
memindahbukukan barang sitaan yang
penjualannya dikecualikan dari penjualan
secara lelang, untuk melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak.

Penjualan Secara Lelang (1)


Lelang adalah setiap penjualan barang di muka
umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli yang dilakukan oleh
kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang
yang berwenang melaksanakan lelang.
Penjualan Secara Lelang (2)
Pengumuman lelang dilaksanakan paling
singkat 14 hari setelah penyitaan.
Pengumuman lelang dilakukan 1 kali untuk
barang bergerak dan 2 kali untuk barang
tidak bergerak.
Dalam hal hasil lelang sudah mencapai
jumlah yang cukup untuk melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak,
pelaksanaan lelang dihentikan oleh pejabat
walaupun barang yang akan dilelang masih
ada.
Sisa barang beserta kelebihan uang hasil
lelang dikembalikan oleh pejabat kepada
penanggung pajak segera setelah
pelaksanaan lelang.
Penjualan Barang Sitaan yang Penjualannya
Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang (1)
uang tunai termasuk mata uang asing dan uang
elektronik atau uang dalam bentuk lainnya;
surat-surat berharga:
1. Harta kekayaan penanggung pajak yang
tersimpan pada LJK sektor perbankan
meliputi deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk
lainnya;
2. Harta kekayaan penanggung pajak yang
dikelola oleh LJK sektor perasuransian, LJK
Lainnya, dan/ atau Entitas Lain yang
memiliki nilai tunai;
3. Surat berharga meliputi obligasi, saham,
dan sejenisnya yang diperdagangkan di LJK
sektor pasar modal;
Penjualan Barang Sitaan yang Penjualannya
Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang (2)
4.
Surat berharga meliputi obligasi, saham, dan
sejenisnya yang tidak diperdagangkan di LJK
sektor pasar modal;
5.
Piutang;
6.
Penyertaan modal pada perusahaan lain; atau
surat berharga lainnya; dan
barang yang mudah rusak atau cepat busuk.

Barang sitaan yang penjualannya dikecualikan


dari penjualan secara lelang diatas digunakan
untuk membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan cara:
1. uang tunai disetor ke kas negara atau kas
daerah;
1. ..
2. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening
koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke kas
negara atau kas daerah atas permintaan pejabat
kepada bank yang bersangkutan;
3. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang
diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek
atas permintaan pejabat;
4. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang
tidak diperdagangkan di bursa efek segera dijual
oleh pejabat;
5. Piutang dibuatkan berita acara persetujuan
tentang pengalihan hak menagih dari penanggung
pajak kepada pejabat;
6. Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan
akte persetujuan pengalihan hak menjual dari
penanggung pajak kepada pejabat.
Pencegahan
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara
terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari
wilayah Negara Republik Indonesia.
Pasal 55 PMK nomor 61 Tahun 2023
Pencegahan dilakukan atas Penanggung Pajak yang:
1. Mempunyai Utang Pajak paling sedikit
Rpl00.000.000,00 (seratusjuta rupiah); dan
2. diragukan iktikad baiknya dalam melunasi Utang
Pajak.
Lamanya penyanderaan diberikan paling lama 6
bulan terhitung sejak penanggung pajak
ditempatkan atau dititipkan dalam tempat
penyanderaan. Dan dapat diperpanjang paling
lama 6 bulan sejak penyanderaan sebelumnya
berakhir.
Penagihan Seketika dan Sekaligus (1)
Adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan
oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,
masa pajak, dan tahun pajak.

Dilakukan dalam hal terdapat kondisi tertentu


(Pasal 12 PMK nomor 61 Tahun 2023) yang
dapat mengakibatkan tidak adanya jaminan
dan/atau pelunasan atas utang pajak dan biaya
penagihan pajak, sebagai berikut:

1. Penanggung Pajak akan meninggalkan


Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu;
Penagihan Seketika dan Sekaligus (2)
1. ..
2. Penanggung Pajak memindahtangankan
Barang yang dimiliki atau yang dikuasai untuk
menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukan di
Indonesia;
3. terdapat tanda-tanda bahwa Badan akan
dibubarkan, digabungkan, dimekarkan,
dipindahtangankan, atau dilakukan perubahan
bentuk lainnya;
4. Badan akan dibubarkan oleh negara;
5. terjadi Penyitaan atas Barang Penanggung
Pajak oleh pihak ketiga; atau
6. terdapat tanda-tanda kepailitan.
Daluwarsa Penagihan
Untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya
(Pasal 139 PMK nomor 61 Tahun 2023)
1. Hak untuk melakukan penagihan Pajak,
termasuk bunga, denda, kenaikan, dan Biaya
Penagihan Pajak, daluwarsa setelah 10 tahun
terhitung sejak saat terutangnya Pajak atau
berakhirnya masa Pajak, bagian tahun Pajak
atau tahun Pajak yang bersangkutan.
2. Daluwarsa tertangguh dalam hal:
diterbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa
terdapat pengakuan Utang Pajak dari
Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
Daluwarsa Penagihan
Pengakuan Utang secara langsung
Wajib Pajak menyatakan masih mempunyai
Utang Pajak;
Wajib Pajak mengajukan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran
Utang Pajak
Wajib Pajak melakukan pembayaran
sebagian Utang Pajak.
Pengakuan Utang secara tidak langsung
mengajukan permohonan pembetulan atas
SKP atau STP
mengajukan keberatan, banding, atau PK;
mengajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi;
mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan SKP atau STP
mengajukan gugatan kepada pengadilan pajak.
Daluwarsa Penagihan
Untuk tahun pajak 2008 dan sesudahnya
(Pasal 141 PMK nomor 61 Tahun 2023)
1. Hak untuk melakukan penagihan Pajak atas
Utang Pajak tahun Pajak 2008 dan setelahnya,
daluwarsa setelah 5 tahun terhitung sejak
penerbitan STP, SKPKB, serta SKPKBT, dan
SKP pembetulan, SK keberatan, putusan
banding, serta putusan peninjauan kembali.
2. Daluwarsa tertangguh dalam hal:
diterbitkan Surat Paksa;
terdapat pengakuan Utang Pajak dari
Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.
Daluwarsa Penagihan
Pengakuan Utang secara langsung
Wajib Pajak menyatakan masih mempunyai
Utang Pajak;
Wajib Pajak mengajukan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran
Utang Pajak.
Pengakuan Utang secara tidak langsung
mengajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi
mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan SKP atau STP yang tidak benar
mengajukan permohonan pembatalan hasil
pemeriksaan;
mengajukan gugatan kepada pengadilan pajak;
mengajukan keberatan atau banding atas SKP
yang pajak terutangnya tidak disetujui oleh
Wajib Pajak dalam PAHP (STP Pasal 14 ayat
(4) UU KUP).
Hak Mendahulu

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang


pajak atas barang-barang milik penanggung pajak.
(Pasal 21 ayat (1) UU KUP)

Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi


segala hak mendahulu lainnya, kecuali:
1. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh
suatu penghukuman untuk melelang suatu
barang bergerak dan/atau barang tidak
bergerak;
2. biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
3. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh
pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
Gugatan atau Sanggahan
Gugatan penanggung pajak hanya dapat diajukan
kepada badan peradilan pajak dalam jangka
waktu 14 hari sejak surat paksa, SPMP, atau
pengumuman lelang dilaksanakan.
Dalam hal gugatan tersebut dikabulkan,
penanggung pajak dapat memohon pemulihan
nama baik dan ganti rugi kepada pejabat. Ganti
rugi dimaksud paling banyak Rp5.000.000,00.
Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan
barang yang disita hanya dapat diajukan kepada
pengadilan negeri (PN) dan PN memberitahukan
secara tertulis kepada pejabat.
Sejak menerima surat pemberitahuan dari PN,
pejabat menangguhkan pelaksanaan penagihan
pajak terhadap barang yang disanggah.
Sanggahan pihak ketiga tidak dapat diajukan
setelah lelang dilaksanakan.
Terima Kasih

QAFTAX 2023 | INSTAGRAM.COM/QAFTAX

Anda mungkin juga menyukai