Anda di halaman 1dari 16

PENAGIHAN PAJAK

Meisha Poetri Perdana, S.H., M.Kn


PENGERTIAN
 Penagihan Pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Penagihan Pasif dan
Penagihan Aktif. Penagihan Pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau Surat
Ketetapan Pajak. Penagihan Pajak Aktif atau Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).
 Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Pasal 9 Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa).
 Penagihan Pajak Pasif
Dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan Pajak Terutang
menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan Pajak
Terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan
Pajak Terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
belum dilunasi, maka 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan
penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran.
 Penagihan Pajak Aktif
Merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya
penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan
atau Surat Ketetapan Pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan).

 Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan


Juru Sita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,
Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita,
Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang, Surat
Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak
sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh
utang pajak menurut Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
DASAR HUKUM PENAGIHAN PAJAK
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Penyitaan
Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Penjualan
Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
DASAR PENAGIHAN PAJAK
Dalam penagihan pajak yang menjadi dokumen dasar dalam melakukan penagihan pajak, yaitu :
1. Surat Tagihan Pajak (STP);
2. Surat Ketetapan Pajak (SKP);
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
4. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
5. Surat Keputusan Pembetulan;
6. Surat Keputusan Keberatan;
7. Putusan Banding;
8. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD);
9. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);
10. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT);
11. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar (SKBKB);
12. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT);
13. Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB);
14. Surat Ketetapan sejenis yang memuat besarnya jumlah utang pajak.
DALUWARSA PENAGIHAN
 Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga,
denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak, daluwarsa
setelah lampau waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali.
Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila :
1. Diterbitkan Surat Paksa;
2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan karena Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang Perpajakan atau
tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada Pendapatan
Negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
HAK WAJIB PAJAK/PENANGGUNG PAJAK
 Hak Wajib Pajak :
1. Meminta Juru Sita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Juru Sita Pajak;
2. Menerima Salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan;
3. Menentukan urutan barang yang akan di lelang;
4. Sebelum pelaksanaan lelang, Wajib Pajak/Penanggung Pajak diberi kesempatan
terakhir untuk melunasi utang pajak termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya
pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut kepada Kepala KPP yang
bersangkutan;
5. Lelang tidak dilaksanakan apabila Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK/PENANGGUNG PAJAK
1. Membantu Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya :
a. Memperbolehkan Juru Sita Pajak memasuki ruangan, tempat usaha/tempat
tinggal Wajib Pajak/Penanggung Pajak;
b. Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
2. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan atau disewakan.
TAHAPAN PENAGIHAN PAJAK
Tindakan Penagihan Pajak dilakukan apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai
berikut :
a. Surat Teguran
Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran, akan diterbitkan Surat Teguran.
b. Surat Paksa
Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran tidak
dilunasi, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Juru Sita Pajak dengan
dibebani biaya penagihan pajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 50.000,- (lima puluh
ribu rupiah). Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat
Paksa diberitahukan oleh Juru Sita.
3. Surat Sita
Utang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan
oleh Juru Sita Pajak tidak dilunasi, Juru Sita Pajak dapat melakukan tindakan
penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah).
4. Lelang
Dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah tindakan
penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan
pengumuman lelang melalui media massa. Penjualan secara lelang melalui
Kantor Lelang Negara terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat
14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihan
paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan
bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar
dan biaya lelang pada saat pelelangan.
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Piutang pajak yang dihapuskan adalah piutang
pajak yang jumlahnya masih harus ditagih
sebagaimana tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT
yang meliputi pokok pajak kenaikan bunga dan
atau denda.
SYARAT-SYARAT PIUTANG PAJAK YANG DIHAPUSKAN
1. Piutang tersebut tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT.
2. Sudah dilakukan upaya tindakan penagihan sampai dengan Surat Paksa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan
tidak mempunyai ahli waris dengan bukti surat keterangan dari instansi yang
terkait.
4. Wajib Pajak tidak dapat ditemukan lagi karena pindah alamat.
5. Wajib Pajak tidak mempunyai kekayaan lagi.
6. Penagihan pajak telah kadaluwarsa.
TATA CARA PENYITAAN
 Pejabat menyampaikan surat peringatan kepada Penanggung Pajak bahwa
piutangnya akan digunakan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak. Setelah batas waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan,
Penanggung Pajak tidak juga melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak,
maka Juru Sita akan melakukan penyitaan.
1. Juru Sita Pajak melakukan inventarisasi dan rincian tentang jenis dan jumlah
Piutang yang disita dalam suatu lampiran Berita Acara Pemaksaan Sita.
2. Juru Sita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.
3. Juru Sita Pajak membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih
Piutang dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan
kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang
TATA CARA PENYITAAN PAJAK
4. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara
Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari Penanggung Pajak kepada
Pejabat, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggal,
tempat usaha atau tempat kedudukannya atau Wajib Pajak dan atau
Penanggung Pajak patut diduga melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan, penyitaan tetap dapat dilaksanakan dan Juru Sita Pajak membuat
Berita Acara Pelaksanaan Sita.
5. Pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak dilakukan dengan cara dijual
oleh Pejabat kepada pembeli atau disetor langsung oleh pihak yang
berkewajiban membayar utang ke Kas Negara atas permintaan Pejabat.

Anda mungkin juga menyukai