Anda di halaman 1dari 5

Nama: M.

OKTA DIKA RIZKI


NIM: 183112330050168
Kelas: R05

Mata kuliah : Hukum Pajak


Dosen Pengampu: Dr. Djangkung Sudjarwadi, S.H. M.H.

•Tugas Resume Pasal 1-Pasal 11 Undang-undang No. 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa

BAB I
KETENTUAN UMUM

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.
Pembangunan Nasional dilaksanakan berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata seluruh
tanah air, dan dengan biaya yang besar yang digalih terutama bersumber ada kemampuan sendiri.
Peran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan perlu terus ditingkatkan. Pajak adalah
sumber utama pembiayaan Negara dan pembangunan Nasional, pelaksanaan pembayaran pajak
oleh wajib pajak diharapkan berjalan dengan baik tanpa menggunakan kekuatan hukum yang
memaksa. Undang-undang No. 19 Tahun 1959 Tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat
Paksa, tidak dapat sepenuhnya terlaksana, sehingga diperlukan Undang-undang Tentang
Penagihan Pajak untuk mendorong kesadaran dan kebutuhan masyarakat memenuhi kewajiban
pajak. Kemudian dengan adanya pertimbangan untuk peningkatan, maka Undang-undang No. 19
Tahun 1959 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dipandang perlu diganti. Undang-
undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan telah diubah
dengan UU No. 9 Tahun 1994.

Ketentuan Umum:
1) Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk Bea Masuk
dan Cukai, dan pajak dipungut oleh pemerintah menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
3) Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak.
4) Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya Badan Usaha Milik Negara atau daerah, perkumpulan, firma,
kongsi koperasi, yayasan, lembaga, dana pensiun, badan usaha lainnya.
5) Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan jurusita pajak, yang
menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus.
6) Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan Penagihan Pajak yang meliputi Penagihan seketika
dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.
7) Pengadilan Negri adalah Pengadilan Negri yang darah hukumnya meliputi tempat tindakan
penagihan pajak dilaksanakan.
8) Hutang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa
bunga, denda/kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak.
9) Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh jurusita
pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pemabayaran.
10) Surat Paksa adalah surat perintah membayar hutang pajak dan baiya penagihan pajak.
11) Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan
penyitaan dan biaya lainnya.
12) Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak.
13) Objek Sita adalah barang penanggung pajak yang dapat dijadikan jaminan hutang pajak.
14) Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara
lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
15) Kantor Lelang adalah kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara lelang.
16) Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh pejabat lelang atau
kuasanya.
17) Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu
untuk keluar dari wilayah Negara RI berdasarkan alasan tertentu.
18) Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan
menempatkannya ditempat tertentu.
19) Gugatan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan pajak dan kepemilikan
barang.
20) Penagihan Pajak adalah tindakan agar penanggung pajak melunasi hutang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur dan memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus.
21) Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita.
22) Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati atau Walikota Madia,
Kepala Daerah Tingkat II.
23) Pemerintah Daerah adalah pemerintah daerah yang wilayah hukumnya meliputi tempat
tindakan penagihan pajak dilaksanakan.
24) Menteri adalah Menteri Keuangan RI.

BAB II
PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK

Menteri berwenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat.


Kepala Daerah berwenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak daerah.
Menteri dan Kepala Daerah berwenang:
a. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita pajak
b. Menerbitkan:
1) Surat Perintah penagihan seketika dan sekaligus
2) Surat Paksa
3) Surat Perintah melaksanakan penyitaan
4) Surat Perintah penyanderaan
5) Surat Pencabutan sita
6) Pengumuman Lelang
7) Pembatalan Lelang
8) Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak

Jurusita pajak diangkat dan diberhentikan oleh pejabat.


Syarat-syarat, tata cara, pengangkatan, dan pemberhentian sebagai Jurusita pajak ditetapkan oleh
menteri.

Sebelum memangku jabatannya, Jurusita pajak diambil sumpah atau janji menurut agama atau
kepercayaan oleh pejabat.

Jurusita pajak bertugas:


a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
b. Pemberitahuan surat paksa
c. Melaksanakan penyitaan atas barang peanggung pajak
d. Melaksanakan penyanderaan

Jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal
Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak.
Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua
ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objeksita ditempat
usaha dan melakukan penyitaan ditempat-tempat yang diduga tempat penyimpanan objeksita.
Jurusita pajak dapat meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, department kehakiman, pemerintah
daerah setempat, pengadilan negri, bank atau pihak lain dalam rangka penagihan pajak.
Jurusita pajak menjalankan tugas diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali
ditetapkan lain oleh menteri atau kepala daerah.

Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh
tempo pembayaran berdasarkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, apabila:
a. Penanggung pajak akan meninggalkan indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu
b. Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan yang
dilakukannya diindonesia atau memindahtangankan barang yang dimilikinya
c. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya atau
berniat untuk itu
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara
e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau berdampak tanda-
tanda kepailitan
Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus memuat:
a. Nama wajib pajak atau penanggung pajak
b. Besarnya uang pajak
c. Perintah untuk membayar
d. Saat pelunasan hutang pajak

Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa.
BAB III
SURAT PAKSA

Kepala Surat Paksa:


Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Surat Paksa memuat:
a. Nama wajib pajak, dan penanggung pajak
b. Besarnya hutang pajak
c. Perintah untuk membayar
Surat Paksa diterbitkan apabila:
a. Penanggung pajak tidak melunasi hutang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis
b. Terhadap penanggung pajak telah melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam keputusan persetujuan
angsuran atau penundaan pembayaran pajak

Bila terjadi keadaan diluar kekuasaan pejabat, surat paksa pengganti dapat diterbitkan oleh
pejabat karena jabatan.
Surat Paksa pengganti mempunyai kekuatan eksekutorial dan berkedudukan hukum sama dengan
surat paksa terdahulu.
Surat Paksa diketahui oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan surat paksa kepada
penanggung pajak.
Pemberitahuan surat paksa, dituangkan dalam berita acara yang sekurang-kurangnya memuat
hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa, nama jurusita pajak, nama yang menerima dan
tempat pemberitahuan surat paksa.

Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita pajak kepada:
a. Penanggung pajak ditempat tinggal atau tempat usaha
b. Orang dewasa orang yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat usaha
penanggung pajak jika penanggung pajak tidak dapat dijumpai
c. Salah seorang ahli waris yang mengurus harta peninggalannya, apabila wajib pajak telah
meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi
d. Para ahli waris apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi

Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:


a. Pengurus, pemegang saham, dan pemilik modal
b. Pegawai tingkat pimpinan ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan
apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang pengurus, pemegang saham, dan
pemilik modal
Apabila wajib pajak dinyatakan failed surat paksa diberitahukan kepada hakim komisaris atau
balai harta peninggalan.
Apabila wajib pajak menunjuk seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan,
surat paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa dimaksud.
Apabila pemberitahuan surat paksa tidak dapat dilaksanakan, surat paksa disampaikan melalui
pemerintah daerah setempat.
Apabila wajib pajak penanggung pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, penyampaian surat
paksa dengan cara menempelkan pada papan pengumuman kantor pejabat yang menerbitkannya,
mengumumkan melalui media massa atau cara lain yang ditetapkan oleh menteri atau kepala
daerah.

Apabila surat paksa harus dilaksanakan diluar wilayah kerja pejabat, maka pejabat dimaksud
meminta bantuan kepada pejabat diwilayah kerjanya.
Pejabat yang diminta bantuan, wajib membantu dan memberitahukan tindakan yang telah
dilaksanakan kepada pejabat yang meminta bantuan.
Apabila penanggung pajak menolak untuk menerima surat paksa, Jurusita Pajak meninggalkan
surat paksa dimaksud dan mencatat dalam berita acara bahwa penanggung pajak tidak mau
menerima surat paksa, dan surat paksa dianggap telah diberitahukan.
Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2 kali 24
jam setelah surat pajak diberitahukan kepada penanggung pajak.

Anda mungkin juga menyukai