Anda di halaman 1dari 8

CREDIETVERBAND

Disusun untuk memenuhi syarat tugas Hukum Perdata S1 Hukum


DOSEN PENGAMPU

SULTAN IRZAN S.H.,M.H

DISUSUN OLEH :

MUTIARA RIZKA AZHARI 183112330050201

ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS HUKUM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang telah tersusun ini. Yang
berjudul “CREDIETVERBAND”.

Kami ingin menjabarkan CREDIETVERBAND, sehingga kami mengetahui


tentang CREDIETVERBAND yang berlaku saat ini. Dengan selesainya makalah ini,
kami mengharapkan jika makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi para pembaca. Kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu kami harapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan karya selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang
memperlukannya dimasa sekarang maupun yang akan datang.

Jakarta, 18 Juni 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman hindia belanda, ketentuan hukum yang mengatur tentang hukum
jaminan dapat kita kaji dalam Buku II KUHP Perdata dan stb. 1980 Nomor 542
sebagaimana telah diubah menjadi stb. 1937 Nomor 190 tentang Credietverband. Dalam
Buku II kitab Undang-undang Hukum Perdata, ketentuaan-ketentuan hukum yang 3
berkaitan dengan hukum jaminan adalah gadai (pand) dan hipotik. Pand di atur dalam
pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum perdata sampai dengan 1160 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, Sedangkan hipotik di atur dalam pasal 1162 sampai dengan
pasal 1232 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Sebelum berlakunya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) ,dalam hukum dikenal
Lembaga-lembaga hak jaminan atas tanah yaitu: jika yang dijadikan jaminan tanah hak
barat, seperti Hak Eigendom, Hak Erfpacht atau Hak Opstal, lembaga jaminannya adalah
Hipotik, sedangkan Hak Milik dapat sebagai obyek Credietverband. Dengan demikian
mengenai segi materilnya mengenai Hipotik dan Credietverband atas tanah masih tetap
berdasarkan ketentuan-ketentuan KUHPerdata dan Stb 1908 Nomor 542 jo Stb 1937
Nomor 190 yaitu misalnya mengenai hak-hak dan kewajiban yang timbul dari adanya
hubungan hukum itu mengenai asas-asas Hipotik, mengenai tingkatan-tingkatan Hipotik
janji-janji dalam Hipotik dan Credietverband.
Dengan berlakunya UUPA, (UU Nomor 5 Tahun 1960) maka dalam rangka
mengadakan unifikasi hukum tanah, dibentuklah hak jaminan atas tanah baru yang diberi
nama Hak Tanggungan, sebagai pengganti lembaga Hipotik dan Credietverband dengan
Hak milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan sebagai obyek yang dapat
dibebaninya Hak-hak barat sebagai obyek Hipotik dan Hak Milik dapat sebagai obyek
Credietverband tidak ada lagi, karena hak-hak tersebut telah dikonversi menjadi salah
satu hak baru yang diatur dalam UUPA. Munculnya istilah Hak Tanggungan itu lebih
jelas setelah Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1996 telah diundangkan pada Tanggal
9 April 1996 yang berlaku sejak diundangkannya Undang-Undang tersebut.
Credietverband merupakan ketentuaan hukum yang berkaitan dengan
ppembebanan jaminan bagi orang bumi putra ( Indonesiaa asli) Hak atas tanah yang
dapat dibebani Credietverband adalah Hak Milik, Hak Guna Bagunan (HGB) dan Hak
Guna Usaha (HGU), Hak atas tanah berupa Hak pakai atas tanah Negara yang menurut
ketentuan berlaku wajib memiliki sertifikat.
Pembebanan jaminan hak atas tanah berlaku ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam udang-undang Nomor tahun 1960, yang secara material yaitu yang
berkaitan dengan Hak dan Kewajiban para pihak berlaku ketentuan yang terdapat dalam
Buku II Kitab undang-undang Hukum Perdata dan Credietverband. Tetapi sejak
dilindungkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Lembaga
jaminan hak tanggungan dingunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa
tanah atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah juga bersangkutan. Hak jaminan
yang dibebankan atas tanah sebgaimana yang dimaksudkan dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok atau argaria berikut atau argaria
tidakm berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk
pelunasan utang tertentu terhadap debitur-debitur lainya.
Jaminan dengan pembebanan hak atas tanah merupakan jaminan yang sering
digunakan dalam praktek perjanjian kredit di dunia perbankan, jaminan dengan tanah
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebut hipotik diatur dalam Pasal 1162
sampai dengan 1232 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Namun dengan lahirnya
UndangUndang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, ketentuanketentuan mengenai hipotik
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjadi tidak berlaku lagi.
Dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 Ayat (3) disebutkan
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.ketentuan
mengenai tanah juga dapat dilihat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA).
Pengertian tanah diatur dalam dalam pasal 4 UUPA yang menjelaskan bahwa
atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang diumaksud dalam pasal 2 ditentukan
adanya macam-macam hak atas permukan bumi yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain serta badan hukum.dengan demikian yang dimaksud istilah tanah
dalam pasal tersebut adalah permukan bumi.makna permukaan bumi sebagai bagian dari
tanah yang dapat dihaki oleh setiap orang atau badan hukum.
BAB II

PERMASALAHAN

1. Bagaimana eksistensi lembaga Hipotik dan Credietverband setelah berlakunya


Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996?
BAB III

PEMBAHASAN

1. eksistensi lembaga Hipotik dan Credietverband setalah berlakunya Undang –


Undang Nomor 4 Tahun 1996.

Dengan lahirnya suatu undang – undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan
(UUHT) yang merupakan suatu lembaga jaminan dimaksudkan untuk memenuhi keberadaan
lembaga jaminan yang kuat dan memang dibebankan pada hak atas benda tidak bergerak
seperti tanah yang mana pada saat sebelum terbentuknya UUHT pembebanan hak atas tanah
dibebankan baik kepada lembaga hipotik maupun creditverband. Eksistensi daripada lembaga
hipotik maupun credietverband setelah berlakunya UUHT mulai tergantikan.

Lembaga hipotik yang dahulunya merupakan lembaga penjamin utang atas benda
tidak bergerak yang didalamnya juga menyangkut hak atas tanah namun saat ini pembebanan
dengan menggunakan lembaga hipotik hanya dengan pembebanan menggunakan benda
berukuran besar seperti pesawat, kapal laut, kereta api maupun helikopter yang memang
sudah mempunyai tanda pendaftaran dan tanda kebangsaan Indonesia lah yang sekarang ini
bisa dibebankan dengan lembaga hipotik. Disisi lain eksistensi lembaga creditverband setelah
berlakunya UUHT sudah tidak diakui lagi sebagai lembaga penjamin utang tidak seperti
Lembaga hipotik yang masih diakui namun keberadaan lembaga credietverband tidak
diberlakukannya lagi dan segala pembebanan utang dengan hak atas tanah baik berupa hak
milik, hak guna usaha,hak guna bangunan hingga hak pakai dibebankan kepada lembaga hak
tanggungan.

Perjanjian hipotikmenurut sifatnya merupakan perjanjian yang bersifat accessoir yang


senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokok atau dengan kata
lain bahwa perjanjian hipotik akan ada apabila sebelumnya telah ada perjanjian pokoknya
yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang dijamin
pelunasannya dengan kebendaan tidak bergerak.

Credietverband merupakan suatu jaminan atas tanah yang berdasarkan Koninklijk


Besluit (KB) staatblad 1908 nomor 542 yang diubah dengan staatblad 1937 nomor 190.
Credietverband dibentuk khusus untuk membantu keperluan orang Bumiputera yang akan
menjamin utang dari lembaga perkreditan dengan menggunakan tanah hak milik adat sebagai
jaminannya, karena terhadap tanah dengan hak barat sudah disediakan dalam bentuk hipotik.
Sebelum berlakunya UUHT maka segala pembebanan terhadap benda tidak bergerak
dibebankan kepada lembaga hipotik dan credietverband. Setelah 34 tahun sejak undang –
undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan pokok – pokok agraria (UUPA) menjanjikan
akan dibentuknya UUHT maka pada tanggal 9 april 1996 lahirlah UUHT atas tanah beserta
benda – benda yang berkaitan dengan tanah. Dengan kehadiran lembaga UUHT dimaksudkan
sebagai pengganti dari lembaga hipotikyang diatur dalam Buku II KUHPer sepanjang
mengenai tanah, dan credietverband yang diatur dalam staatsblad 1908-542 yang
sebagaimana telah diubah menjadi staatsblad 1937-190 yang berdasarkan pasal 51 UUPA
maka lembaga hipotik dan credietverband masih dapat diberlakukan samapai terbentuknya
UUHT tersebut. Didalam ketentuan pasal 57 UUPA masih diberlakukannya ketentuan dari
Lembaga hipotik maupun creditverband sepanjang menganai hal – hal yang belum ada
ketentuannya dalam atau berdasarkan UUPA. Dengan berlakunya UUHT maka membawa
pengaruh terhadap ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan hukum pertanahan nasional
maupun Buku kedua KUHper yang berkenaan dengan lembaga – lembaga dan ketentuan –
ketentuan hak jaminan sebagai bagian dari pembaruan hukum jaminan nasional.

Hak tanggungan merupakan suatu lembaga hak jaminan yang dibebankan hak atas
tanah sebagaimana dimkasud dalam UUPA. Objek yang dapat dibebani dengan hak
tanggungan sebagaimana telah dijabarkan pada pasal 4 UUHT seperti hak milik, hak guna
usaha dan hak guna bangunan. 4 Eksistensi lembaga hipotik dan credietverband yang
sebelum berlakunya UUHT merupakan lembaga jaminan utang atas benda tidak bergerak
yang didalamnya juga mencakup hak atas tanah sudah tidak berlaku lagi. Eksistensi lembaga
hipotik setelah berlakunya UUHT masih diauki keberadan sebagai salah satu lembaga
jaminan di Indonesia namun pembebanan dengan lembaga hipotik dijabarkan dalam pasal
1164 KUHPer dan saat ini hanya mencangkup benda – benda yang tidak bergerak yang dapat
dipindahtangankan seperti kapal laut, kereta api,pesawat udara maupun helikopter yang sudah
didaftarkan dan memiliki tanda kebangsaan Indonesia lah yang dapat dibebankan dengan
hipotik. Disatu sisi Eksistensi lembaga credietverband dengan berlakunya UUHT sudah tidak
diakui lagi sebagai salah satu lembaga jaminan dan lembaga tersebut sudah dihapuskan.
Lembaga jaminan yang diakui di Indonesia saat ini hanya Hak tanggungan, hipotik, gadai dan
fidusia yang jelas terlihat bahwa lembaga creditverband sudah dihapuskan.
DAFTAR PUSTAKA

Sutedi Adrian, 2012, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta

Usman Rachmadi, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai