Anda di halaman 1dari 3

Resume Pertemuan ke-3 Penagihan & Peradilan Pajak A

KELOMPOK 1

1. Fauzi Dwi Susanti 205030401111007


2. Faradilla Mustikarini 205030400111032
3. Hezeprina Rosali Siagian 205030401111047
4. Indiera Putri Arini Limodiredjo 205030400111028

PENYITAAN

a. Dasar Hukum Penyitaan


 Pasal 44 ayat 2 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sttd Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
 Pasal 24 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam
Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
b. Definisi dan Waktu Pelaksanaan Penyitaan
Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa,
Pasal 1 angka 12
"Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan"
Pasal 2
(1) Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat.
(2) Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24
(dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung
Pajak.
c. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa:
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat
untuk melaksanakan penyitaan. Besarnya biaya adalah Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk
setiap pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
d. Kewajiban Jurusita Pajak dalam Melakukan Penyitaan
Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan
sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Adapun tugas/kewajiban
dari Jurusita pajak sesuai UU RI No 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Jurusita Pajak bertugas:
a. Melaksanakan surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
b. Memberitahukan surat Paksa;
c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan; dan
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan..
e. Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal,
tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di
tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi
saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain;
dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.
f. Barang-Barang yang Dikecualikan dari Penyitaan
Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak
dan keluarga yang menjadi tanggungannya;
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak
yang berada di rumah;
c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat
yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah); atau
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
g. Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan
 Jurusita Pajak membuat berita acara pelaksanaan sita atas setiap pelaksanaan Penyitaan.
 Berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, dan
paling sedikit 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh
Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya.
 Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani berita acara pelaksanaan
sita, Jurusita Pajak:
a) Mencantumkan alasan penolakan tersebut dalam berita acara pelaksanaan sita; dan
b) Menandatangani berita acara pelaksanaan sita tersebut bersama saksi.
 Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
h. Penyitaan Tanpa Hadirnya Pp/Wajib Pajak
 Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang
salah seorang saksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari Pemerintah Daerah
setempat, sekurang-kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.
 Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita
Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
i. Penyitaan Tambahan
Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila:
 Nilai barang yang disita nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan
utang pajak; atau
 Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan
utang pajak.
j. Penyitaan Tanah dan Bangunan, Serta Aset yang Dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang,
dan Surat Berharga
1. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan Barang bergerak, kecuali dalam keadaan
tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap Barang tidak bergerak.
2. Urutan Barang bergerak dan/ a tau Barang tidak bergerak yang disita ditentukan oleh
Jurusita Pajak dengan memperhatikan jumlah Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak serta
kemudahan penjualan atau pencairannya.
3. menggunakan, menjual, dan/ atau memindahbukukan Barang sitaan, untuk Barang sitaan
yang dikecualikan dari penjualan secara lelang;
k. Larangan Bagi Penanggung Pajak Sehubungan dengan Penyitaan
1. Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan,
menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita;
2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu;
3. Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu; dan atau
4. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara Pelaksanaan
Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
l. Pencabutan Sita
1. Pencabutan sita dilaksanakan dalam hal:
2. Penanggung Pajak telah melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
3. Adanya putusan pengadilan atau berdasarkan putusan pengadilan pajak; atau terdapat
kondisi tertentu.
m. Kasus Penyitaan
 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ketapang Kalimantan Barat menyita aset milik wajib
pajak badan berinisial P yang menunggak pajak senilai Rp 4 miliar. Penyitaan ini dilakukan
setelah wajib pajak badan berinisial P tidak melunasi utang pajak.
 Aset berupa 5 dump truck muatan tambang yang dimiliki oleh perusahaan P, dan nilai aset
sitaan tersebut sesuai dengan utang pajak yang harus dilunasi oleh penunggak pajak.

Anda mungkin juga menyukai