Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 12

Yudha Al Muhaimin Firdaus 185030400111001


Jessica Halim 195030400111006
Dina Tirta Hayati 1950304001111011
PENYITAAN

A. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa.
B. Definisi dan Waktu Pelaksanaan Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung
Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-
undangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2000


Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa pasal
2 ayat (1) menyatakan bahwa:
• penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh jurusita pajak
berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat.
• Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua)
kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak.
C. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan adalah surat perintah yang diterbitkan
oleh pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Jadi ketika Jurusita Pajak melaksanakan
penyitaan barang milik penanggung pajak harus membawa Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat guna memberikan pemahaman kepada
penanggung pajak terkait. Penanggung pajak mempunyai hak untuk meminta dan
menanyakan keberadaan Surat Perintah Melaksanaan Penyitaan tersebut.
D. Kewajiban Jurusita Pajak dalam Melakukan Penyitaan
 memperlihatkan kartu tanda pengenaal Jurusita Pajak
 memperlihatkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan
 memberitahukan tentang maksud dan tujuataan kepada Penanggung Pajak terkait

Ketika ingin melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak,


Jurusita Pajak harus membawa saksi atau harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya
2 orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan
dapat dipercaya.

E. Barang Penanggung Pajak yag Dapat Disita


Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada di
tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan
utang

 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito,


tabungan, saldo rekening koran, giro, obligasi, saham, atau surat berharga
lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau
 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal denga isi
kotor tertentu.
F. Barang-Barang yang Dikecualikan dari Penyitaan
 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya;
 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah;
 Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
 Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak;
 Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); atau
 Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga
yang menjadi tanggungannya.
G. Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan
Jurusita Pajak wajib membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani
oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Ketika Penanggung Pajak
menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita atau tidak hadir dalam
pelaksanaan penyitaan, Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut ke dalam
Berita Acara Pelaksanaan Sita lalu ditandangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi.
Dalam hal ini berita acara tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan yang mengikat.

H. Penyitaan Tanpa Hadirnya PP/Wajib Pajak


Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan
dengan syarat salah seorang saksi;
• Saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat sekurangkurangnya setingkat
Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa
• Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh
Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa Pasal 12

I. Penyitaan Tambahan
Bahwa penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila nilai barang yang disita
nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau hasil
lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan
utang pajak.
• Jurusita Pajak dapat melaksanakan penyitaan tambahan terhadap barang milik
Penanggung Pajak yang belum disita
• penyitaan dapat dilaksanakan lebih dari satu kali sampai dengan jumlah yang cukup
untuk melunasi utang pajak

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pasal 9

J. Penyitaan Tanah Dan Bangunan, Serta Aset Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara
Lelang, Dan Surat Berharga
 Uang
 Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk
lain yang dipersamakan dengan itu
 Obligasi, saham, surat berharga lain yang diperdagangkan di bursa efek
 Obligasi, saham, surat berharga lain yang tidak diperdagangkan di bursa
efek
 Piutang
 Penyertaan modal pada perusahaan lain
K. Larangan Bagi Penanggung Pajak Sehubungan Dengan Penyitaan
 memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita;
 membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu;
 membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan
untuk pelunasan utang tertentu; dan atau
 merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Pasal 23

L. Pencabutan Sita
1. dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan
utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak
atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.
2. dilaksanakan berdasarkan surat Pencabutan sita yang diterbitkan oleh Pejabat.
3. terhadap barang yang kepemilikannya terdaftar, tindasan surat Pencabutan sita
disampaikan kepada instansi tempat barang tersebut terdaftar.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa Pasal 22

M. Kasus Penyitaan
Tunggak Rp. 412 juta, KPP Cibeunying Sita Aset Penunggak Pajak

BANDUNG, 26 April 2017- Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung


Cibeunying aktif melaksanakan kegiatan penagihan. Kali ini proses penyitaan dilakukan
atas satu bidang tanah seluas 5.030 m2 milik PT. PDAP yang berlokasi di Ciater, Subang,
Selasa (25/04/2017). Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan dan
galian itu menunggak pajak sebesar Rp 412 juta. Kepala Kanwil DJP Jabar I, Yoyok
Satiotomo, mengatakan penyitaan tersebut dilakukan sesuai mekanisme Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Berdasarkan prosedur penagihan
pajak, KPP Pratama Bandung Cibeunying telah mengirim Surat Teguran yang
dilanjutkan Surat Paksa. Dalam Surat Paksa tersebut, Wajib Pajak harus melunasi utang
pajaknya dalam jangka waktu 2x24 jam. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak
dilunasi, proses penagihan berlanjut dengan tindankan penyitaan. Barang yang disita akan
dilelang apabila WP tetap tidak melunasi tunggakan pajaknya dan hasil lelang akan
disetorkan ke kas negara sebagai pelunasan utang pajak. Kepala Kanwil DJP Jawa Barat
I, Yoyok Satiotomo, mengaku bahwa pihaknya telah melakukan pendekatan kepada
Wajib Pajak agar memenuhi kewajiban pajaknya, namun hingga batas waktu yang telah
ditentukan wajib pajak belum juga melunasi tunggakan pajaknya. Lebih lanjut Yoyok
mengingatkan bahwa pihaknya akan bertindak tegas terhadap para penunggak pajak yang
berada di wilayahnya. Tindakan ini merupakan komitmen Direktorat Jenderal Pajak
untuk membuat masyarakat patuh membayar pajak. Kepatuhan membayar pajak akan
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap penerimaan negara. Selain untuk
menagih tunggakan pajak, penyitaan juga ditujukan untuk memberikan rasa keadilan bagi
masyarakat pembayar pajak yang telah patuh memenuhi kewajibannya dalam
membangun Negara.

Anda mungkin juga menyukai