Anda di halaman 1dari 3

Penagihan Pajak

Penagihan pajak merupakan tindakan yang dilakukan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penagihan pajak terbagi menjadi dua, yaitu
penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Dijelaskan sebagai berikut:
a. Penagihan Pajak Pasif, penagihan ini dilakukan dengan menggunakan Surat
Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, dan surat
keputusan lainnya.
b. Penagihan Pajak Aktif, dilakukan ketika penagihan pasif tidak dilunasi dalam
jangka waktu 30 hari, lalu tujuh hari setelah jatuh tempo akan diberikan surat
teguran.
Tahapan Penagihan Pajak
1. Surat Teguran, seperti yang dijelaskan di atas, jika pada saat penagihan pajak
pasif tidak dilunasi sampai melewati tujuh hari dari batas jatuh tempo, maka
akan diberikan surat teguran.
2. Surat Paksa, apabila setelah 21 hari setelah surat teguran diberikan utang pajak
belum juga dilunasi, maka akan diberikan surat paksa yang disampaikan oleh
Juru Sita Pajak Negara, dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp.25.000,00
dari diterbitkannya surat paksa, utang pajak harus dilunasi dalam kurun waktu
2x24 jam.
3. Surat Sita, apabila dalam kurun waktu 2x24 jam utang pajak belum juga
dilunasi, maka akan dilakukan Tindakan penyitaan atas barang-barang yang
dimiliki Wajib Pajak, dengan dibebani biaya pelaksanaan penyitaan sebesar
Rp.75.000,00.
4. Lelang, jika dalam kurun waktu 14 hari setelah penyitaan, utang pajak belum
juga dilunasi, maka akan dilanjutkan dengan pelelangan melalui Kantor Lelang
Negara.
Hak Wajib Pajak dalam Penagihan Pajak
a. Dapat mengajukan penundaan dan angsuran pembayaran utang pajak
b. Dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi
c. Dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang.
d. Dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaa penyanderaan ke Pengadilan Negeri
e. Dapat mengajukan sanggahan atas objek sita
Kewajiban Wajib Pajak dalam Penagihan Pajak
a. Wajib Pajak wajib melakukan pembayaran utang pajak sebelum jatuh tempo
b. Wajib Pajak wajib memenuhi komitmen dalam angsuran/penundaan
pembayaran pajak
c. Wajib Pajak wajib untuk bersifat kooperatif dalam tindakan penagihan pajak
d. Wajib Pajak dilarang melakukan hal-hal yang melanggar Undang-Undang
Penagihan Pajak, seperti menyembunyikan, menghilangkan, memindahkan
barang yang disita.
Sanggahan Penagihan Pajak
1. Sanggahan pihak ketiga terhadap barang yang disita dapat diajukan kepada
Pengadilan Negeri.
2. Pengadilan Negeri yang menerima sanggahan akan memberitahukan pejabat
secara tertulis.
3. Pejabat akan menangguhkan pelaksanaa penagihan pajak terhadap barang yang
disanggah kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan dari Pengadilan
Negeri.
4. Setelah lelang dilaksanakan, maka sanggahan pihak ketiga atas kepemilikan
barang yang disita tidak dapat diajukan.
Pembetulan dan Penggantian
a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan, dan surat lainnya
yang penerbitannya terdapat kesalahan dan kekeliruan.
b. Dalam jangka tujuh hari setelah diterima permohonan, pejabat harus memberi
keputusan atas permohonan tersebut.
c. Permohonan akan dianggap diterima jika dalam jangka waktu tujuh hari pejabat
tidak memberi keputusan.
d. Pejabat dapat membetulkan Surat Teguran, Surat Peringan, dan surat yang
sejenis lainnya, di mana dalam penerbitannya terdapat kesalahan dan kekeliruan.
e. Setelah kesalahan dan kekeliruan dibetulkan oleh pejabat, maka tindakan
penagihan pajak dapat dilanjutkan.
f. Jika permohonan pembetulan atau penggantian ditolak, maka tindakan
penagihan pajak dilanjutkan sesuai waktu semula.
Ketentuan Pidana
1. Penanggung Pajak yang melakukan pelanggaran terhadap barang yang disita,
seperti menyembunyikan, memindahtangankan, merusak, akan dipidana penjara
paling singkat enam bulan, paling lama empat tahun, denda paling rendah
Rp.1.500.000,00 dan paling tinggi sebesar Rp.12.000.000,00.
2. Apabila pihak-pihak yang diberikan tugas untuk mengalihkan atau menjual
barang sitaan tidak melaksanakan kewajibannya, maka akan dipidana penjara
paling singkat satu minggu, paling lama empat bulan, denda paling rendah
Rp.500.000,00 dan denda paling tinggi sebesar Rp.10.000.000,00.
3. Setiap orang yang dengan sengaja melanggar perintah dan Undang-Undang,
maka akan dipidana penjara paling singkat satu minggu, paling lama empat
bulan dua minggu, denda paling sedikit Rp.500.000,00, dan denda paling banyak
Rp.10.000.000,00.
Daluwarsa Tindakan Penagihan Pajak (berdasarkan Pasal 22 UU KUP)
Hak untuk melakukan penagihan pajak daluwarsa setelah melampaui waktu 10 tahun
terhitung sejak terutangnya pajak dan berakhirnya masa pajak, bagian tahun, atau tahun
pajak. Penagihan Pajak dapat dilakukan setelah melewati 10 tahun apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa
b. Adanya pengakuan utang secara langsung maupun tidak langsung dari Wajib
Pajak, hal ini bisa terjadi apabila adanya permohonan angsuran dan penundaan
pembayaran utang pajak sebelum jatuh tempo pembayaran, dan adanya
prmohonan keberatan.

Daftar Pustaka

Pajak, D. J., 2021. pajak.go.id. [Online]


Available at: https://www.pajak.go.id/id/penagihan
[Accessed 15 November 2021].
Yasa, I. N. P., 2021. Penagihan Pajak. In: Dasar-dasar Perpajakan di Indonesia.
Singaraja: s.n., pp. 80-102.

Anda mungkin juga menyukai