Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
(PPSP)
Kelompok 5 - Perpajakan I - Kelas N
Kelompok 5:
Jessie Febriella S. 042011333046
01 Dasar Penagihan
Pajak
02 Tata Cara Penagihan Pajak Mulai
Surat Teguran Sampai Lelang
03 Kedaluwarsa
Penagihan
04 Hak Mendahului
Penagihan
05 Kasus
01
Dasar
Penagihan
Pajak
Dasar Penagihan Pajak
Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan
Dasar penagihan pajak untuk PBB
PPnBM, serta bunga penagihan adalah:
adalah:
▨ Surat Tagihan Pajak. ▨ Surat Pemberitahuan Pajak
▨ Surat Ketetapan Pajak Kurang Terutang.
Bayar. ▨ Surat Ketetapan.
▨ Surat Ketetapan Pajak Kurang ▨ Surat Tagihan Pajak
Bayar Tambahan.
▨ Surat Keputusan Pembetulan.
▨ Surat Keputusan Pemberatan.
▨ Putusan Banding.
▨ Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang
masih hakrus dibayar bertambah.
02
Tata Cara Penagihan
Pajak Mulai Surat
Teguran Sampai Lelang
03
Kedaluwarsa
Penagihan
Pasal 22 UU KUP
Hak untuk melakukan Penagihan Pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan,
kedaluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung
sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang
bersangkutan.
Dapat dilakukan setelah melampaui waktu 10 tahun dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa. Kedaluwarsa dihitung
sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
2. Adanya pengakuan utang dari WP, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal ini dikarenakan:
a. Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran.
b. Adanya permohonan keberatan.
Apabila Wajib Pajak/ Penanggung Pajak pada saat yang sama di samping mempunyai
utang-utang pribadi (perdata), juga mempunyai utang terhadap Negara (fiskus), di mana
harta kekayaan dari Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mencukupi untuk melunasi
semua utang-utangnya, maka negara memiliki hak mendahului atas tagihan pajak tersebut
sesuai dengan bunyi
▨ Pasal 21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
▨ Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994
▨ Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang KUP
Hak untuk mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
▨ Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
▨ Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud.
▨ Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
Terhadap barang sitaan penanggung pajak, dilarang:
▨ Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita.
▨ Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu.
▨ Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu.
▨ Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita atau segel sita yang telah ditempel pada barang sitaan
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah.
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
▨ dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka
waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
▨ dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran
maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir penundaan
diberikan.
05
Kasus
Temuan Piutang Pajak Sudah Jadi Masalah Klasik, Ini Kelemahannya!
Piutang delapan wajib pajak badan usaha tetap (BUT) senilai Rp5,4 triliun tak dapat tertagih
antara lain karena status WP sudah tak bisa melakukan aktivitas usaha di Indonesia serta piutang
pajak telah daluwarsa. Temuan BPK juga menyebutkan bahwa otoritas pajak belum
memaksimalkan tindakan penagihan kepada WP hingga piutang pajak mengalami daluwarsa
senilai Rp1,93 triliun. BPK sendiri memberi catatan, seharusnya dengan kompleksitas dunia
perpajakan saat ini, berbagai masalah teknis terkait penagihan tersebut sebenarnya bisa diatasi
dengan sistem informasi yang mutakhir. Persoalannya, dari hasil audit ini, sistem informasi di
Ditjen Pajak juga belum mendukung proses bisnis bagi penagihan pajak. Beberapa contohnya
yakni karena penerbitan surat teguran belum dilakukan secara otomatis, kegiatan pemblokiran
belum diakomodasi serta notifikasi dan peringatan terkait dengan jangka waktu penerbitan
kegiatan penagihan dan daluwarsa penagihan tidak ada.
Analisis
▨ Temuan BPK terkait penagihan piutang pajak merupakan masalah klasik yang setiap
tahun selalu dijumpai. Hal itu terjadi lantaran terdapat sejumlah kelemahan dalam
proses penagihan tersebut.
▨ Administrasi pengawasan seharusnya didasarkan pada informasi dan teknologi.
▨ Tunggakan piutang pajak dan berbagai masalah mengenai penagihan pajak ini
sebenarnya muaranya terletak pada kualitas pemeriksaan.
▨ BPK masih menemukan kelonggaran yang membuat piutang pajak tak bisa ditagih
karena daluwarsa atau perusahaan pembayar pajak tak lagi beroperasi di Indonesia.
Solusi