Anda di halaman 1dari 22

Week 10

Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
(PPSP)
Kelompok 5 - Perpajakan I - Kelas N
Kelompok 5:
Jessie Febriella S. 042011333046

Robbi Yasinnadiva 042011333061

Wima Handarjati I. 042011333064

Rhenald Rahmadhani M. 042011333073

Stephanie Sandra W. 042011333230


Bahan Kajian

01 Dasar Penagihan
Pajak
02 Tata Cara Penagihan Pajak Mulai
Surat Teguran Sampai Lelang

03 Kedaluwarsa
Penagihan
04 Hak Mendahului
Penagihan

05 Kasus
01
Dasar
Penagihan
Pajak
Dasar Penagihan Pajak
Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan
Dasar penagihan pajak untuk PBB
PPnBM, serta bunga penagihan adalah:
adalah:
▨ Surat Tagihan Pajak. ▨ Surat Pemberitahuan Pajak
▨ Surat Ketetapan Pajak Kurang Terutang.
Bayar. ▨ Surat Ketetapan.
▨ Surat Ketetapan Pajak Kurang ▨ Surat Tagihan Pajak
Bayar Tambahan.
▨ Surat Keputusan Pembetulan.
▨ Surat Keputusan Pemberatan.
▨ Putusan Banding.
▨ Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang
masih hakrus dibayar bertambah.
02
Tata Cara Penagihan
Pajak Mulai Surat
Teguran Sampai Lelang
03
Kedaluwarsa
Penagihan
Pasal 22 UU KUP
Hak untuk melakukan Penagihan Pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan,
kedaluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung
sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang
bersangkutan.
Dapat dilakukan setelah melampaui waktu 10 tahun dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa. Kedaluwarsa dihitung
sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
2. Adanya pengakuan utang dari WP, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal ini dikarenakan:
a. Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran.
b. Adanya permohonan keberatan.

WP melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya.


Untuk ini, kedaluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
pembayaran sebagian utang pajak tersebut.
04
Hak
Mendahului
Penagihan
Hak Mendahului (Privilege)

Apabila Wajib Pajak/ Penanggung Pajak pada saat yang sama di samping mempunyai
utang-utang pribadi (perdata), juga mempunyai utang terhadap Negara (fiskus), di mana
harta kekayaan dari Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mencukupi untuk melunasi
semua utang-utangnya, maka negara memiliki hak mendahului atas tagihan pajak tersebut
sesuai dengan bunyi
▨ Pasal 21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
▨ Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994
▨ Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang KUP
Hak untuk mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
▨ Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak maupun barang tidak bergerak.
▨ Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud.
▨ Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
Terhadap barang sitaan penanggung pajak, dilarang:
▨ Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita.
▨ Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu.
▨ Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu.
▨ Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita atau segel sita yang telah ditempel pada barang sitaan
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah.
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
▨ dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka
waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
▨ dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran
maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir penundaan
diberikan.
05
Kasus
Temuan Piutang Pajak Sudah Jadi Masalah Klasik, Ini Kelemahannya!

Piutang delapan wajib pajak badan usaha tetap (BUT) senilai Rp5,4 triliun tak dapat tertagih
antara lain karena status WP sudah tak bisa melakukan aktivitas usaha di Indonesia serta piutang
pajak telah daluwarsa. Temuan BPK juga menyebutkan bahwa otoritas pajak belum
memaksimalkan tindakan penagihan kepada WP hingga piutang pajak mengalami daluwarsa
senilai Rp1,93 triliun. BPK sendiri memberi catatan, seharusnya dengan kompleksitas dunia
perpajakan saat ini, berbagai masalah teknis terkait penagihan tersebut sebenarnya bisa diatasi
dengan sistem informasi yang mutakhir. Persoalannya, dari hasil audit ini, sistem informasi di
Ditjen Pajak juga belum mendukung proses bisnis bagi penagihan pajak. Beberapa contohnya
yakni karena penerbitan surat teguran belum dilakukan secara otomatis, kegiatan pemblokiran
belum diakomodasi serta notifikasi dan peringatan terkait dengan jangka waktu penerbitan
kegiatan penagihan dan daluwarsa penagihan tidak ada.
Analisis

▨ Temuan BPK terkait penagihan piutang pajak merupakan masalah klasik yang setiap
tahun selalu dijumpai. Hal itu terjadi lantaran terdapat sejumlah kelemahan dalam
proses penagihan tersebut.
▨ Administrasi pengawasan seharusnya didasarkan pada informasi dan teknologi.
▨ Tunggakan piutang pajak dan berbagai masalah mengenai penagihan pajak ini
sebenarnya muaranya terletak pada kualitas pemeriksaan.
▨ BPK masih menemukan kelonggaran yang membuat piutang pajak tak bisa ditagih
karena daluwarsa atau perusahaan pembayar pajak tak lagi beroperasi di Indonesia.
Solusi

● Implementasi konsep delinquency audit, saat memeriksa, pemeriksa sekaligus


mengidentifikasi aset atau kekayaan wajib pajak untuk memastikan hutang bisa
dibayar
● Perbaikan administrasi
● Peningkatan kompetensi personel
● Koordinasi kelembagaan
● Rekonsiliasi saldo tunggakan supaya proses memulainya tak salah
● Pemerintah perlu mempertegas klausul mengenai waktu penagihan dalam
kebijakannya.
Terima
Kasih!
Diskusi
1. Harum Rahmadani (042011333005), izin bertanya ke kelompok 5, menurut UU KUP,
daluarsa penagihan pajak adalah setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak
penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, dll, nah misalnya selama 5 tahun tersebut fiskus
tidak menerbitkan STP, kemudian setelah lewat dari 5 tahun sejak waktu terutangnya
pajak tersebut, fiskus baru menerbitkan STP, apakah penanggung pajak masih harus
membayar? Karena mengingat hal tersebut adalah kelalaian dari fiskus, dan apa
sanksi atau feedback yang didapat oleh fiskus atas kelalaiannya?
2. 034_Nofarian_kel 2_pertanyaan untuk kel. 5_Dalam hak mendahului tadi dijelasakan
bahwa Negara diutamakan dalam pembayaran utang pajak. Bagaimana kewajiban
untuk kreditor lainnya, yang juga memiliki utang yang harus dibayar WP, jika harta
WP habis dalam pembayaran pajak atau tidak cukup untuk membayar utang pada
kreditor lainnya.
3. Arum Mashito (033) kelompok 11. Pertanyaan untuk kelompok 5, apakah surat paksa
dapat diterbitkan tanpa didahului dengan penerbitan surat teguran jika iya dalam
kondisi yang seperti apa?
Diskusi
4. Untuk Kelompok 5_Sekar Annisa Addin_042011333165: Bagian 4 (hak mendahului
penagihan) disebutkan penanggung pajak dilarang membebani barang tidak bergerak
yang telah disita. Tolong jelaskan yang dimaksud ‘membebani barang’ itu seperti apa,
dan mengapa dilarang? Apakah perbuatan tersebut membebani Fiskus dan negara?
Terima kasih
5. 042011333088_Elycka Tulung Biantong. Izin bertanya kpd Kelompok 5 Tadi
dipaparkan terhadap barang sitaan penanggung pajak mempunyai larangan beberapa
hal. Apa yang terjadi jika melanggar hal2 larangan tersebut?Adakah sanksi atau
bagaimana?
6. Luh Natya Tanaya Resika(250)_Kelompok 7_Izin bertanya, apabila Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggal/kedudukannya, penyampaian surat
paksa dilaksanakan dengan cara apa?
7. Daniel Rian_042011333004_Kelompok 4_ Berdasarkan yang telah dijelaskan adapun
larangan yang tidak boleh dilakukan oleh WP terhadap barang sitaan penanggung
pajak. Pertanyaan saya,apa yang akan terjadi jika ada WP yang melanggar aturan dan
larangan tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai