Anda di halaman 1dari 13

Hutang Pajak Penghasilan

(Income Tax Payable)

Hutang pajak adalah adanya jumlah pajak yang terutang kurang atau tidak


dibayar. Hutang pajak ini menjadi dasar dilakukannya penagihan pajak oleh juru sita pajak.

Utang pajak adalah utang yang timbulnya secara khusus, karena negara (kreditor) terikat


dan tidak dapat memilih secara bebas, siapa yang akan dijadikan debiturnya. Hal ini terjadi
karena utang pajak timbul karena undang-undang.

R. Santoso Brotodihardjo berpendapat bahwa timbulnya utang pajak tidaklah selalu


dinyatakan dengan jelas di dalam undang-undangnya, pada saat manakah terjadi suatu
utang pajak, melainkan dicurahkannyalah semua perhatian kepada timbulnya keharusan
untuk membayarnya. Demikian itu adalah karena dalam praktik sehari-hari, saat yang
disebut ini jauh lebih penting.

Sedangkan saat timbul utang pajak mulai adalah kajian dari hukum pajak untuk
menentukannya, dalam hal ini terdapat dua teori yang membahas tentang timbulnya utang
pajak, yaitu teori materil dan teori formil.

Teori Materil
Dalam teori materiil utang pajak timbul dengan syarat adanya taatbestand, yaitu rangkaian
perbuatan-perbuatan, keadaan dan peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan
utang pajak seperti :

 Perbuatan : Pengusaha mengimpor barang mewah


 Keadaan : memiliki harta bergerak dan harta tidak bergerak
 Peristiwa : meninggalnya pewaris, maka harta wrisan belum terbagi adalah
subyek pajak

Keuntungan dari ajaran ini adalah pajak yang timbul karena undang- undang, tidak perlu
campur tangan aparat pajak untuk ambil bagian, asalkan syarat dari undang-undang
terpenuhi, maka timbulah utang pajak. Sedangkan kelemahan dari ajaran ini adalah saat
utang pajak itu timbul belum diketahui pasti berapa besarnya utang pajak karena wajib
pajak belum mengetahui ketentuan Undang-Undang Pajak.

Berdasarkan ajaran ini diberlakukan pemungutan pajak secara Self


Assessment System. Sistem ini memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besaranya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari Self
Assessment ialah, wewenang unutk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri, wajib pajak secara aktif menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Teori Formal
Teori kedua adalah Teori Formal dimana utang pajak timbul disebabkan oleh surat
ketetapan pajak oleh fiskus (Inspeksi pajak), meskipun sudah dipenuhi tatbestand namun
belum ada surat ketetapan pajak maka belum ada utang pajak. Keuntungan dari teori
adalah saat utang pajak timbul dapat diketahui berapa besarnya utang pajak akan tetapi
kelemahan dari sistem ini adalah utang pajak ditetapkan tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya.

Dalam teori Formal menggunakan sistem pemungutan secara Official


Assessment System yaitu, Pemerintah (fiskus) diberi wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah pertama wewenang untuk
menentukan besarnya pajak ada pada fiskus, kedua wajib pajak bersifat pasif dan ketiga
utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Pada Pajak Pennghasilan (PPh) sendiri menganut ajaran materiil, yang mana utang pajak
berasal dari tasteband dan bersifat self-assessment, sehingga wajib pajak
orang pribadi untuk selanjutnya disebut wajib pajak yang menghitung sendiri berapa
besaran pajak yang terutang melalui surat pemberitahuan atau SPT sebagai sarana untuk
menyampaikan kewajiban wajib pajak untuk membayarkan utang pajaknya kepada fiskus.

Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 wajib pajak wajib mengisi


dan menyampaikan surat pemberitahuan pajak, lalu pada pasal 6 Undang-undang Nomor
28 Tahun 2007 wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (untuk selanjutnya disebut
SPT) kepada fiskus. Dengan disampaikannya SPT kepada fiskus dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak, maka pada saat itulah utang pajak penghasilan (PPh) timbul.

Dengan timbulnya utang pajak maka terdapat pula hal-hal yang dapat menyebabkab


berakhirnya utang pajak. Berdasarkan Peraturan-perundang- udangan yang berlaku di
Indonesia terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan berakhirnya utang pajak yaitu :

 Pembayaran/Pelunasan
Berdasarkan pasal 10 Udang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pembayaran atau
pelunasan yang dapat menghapus utang pajak adalah pembayaran secara lunas
yang telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang
atau apabila telah mendapatkan validasi pada instansi-instansi yang ditunjuk
seperti Kantor Kas Negara, Kantor Pos maupun pada Bank-Bank Negara.
 Konpensasi
Kompensasi dilakukan bila terdapat kelebihan pembayaran pajak, baik pajak
sejenis pada tahun yang berbeda ataupun jenis pajak yang berbeda dalam tahun
pajak yang sama. Contoh : Kelebihan pembayaran PPh dengan kelabihan
pembayaran PPN,kelebihan pembayaran PPh pada tahun lalu dengan
kekurangan PPh tahun berjalan yang mana diatur lebih lanjut pada pasal 5
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 7/PJ/2011.
 Penghapusan utang
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2012 tertanggal 2 Mei
2012 utang pajak dihapuskan karena :
o Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan;
o Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
o Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
o Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah
dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan; atau
o Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.

Untuk memastikan apakah piutang wajib pajak dapat dihapuskan, tentunya


terlibih dahulu akan dilakukan penelitian, yaitu apakah melalui penelitian
setempat atau penelitian oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dilakukan
secara per jenis wajib pajak, pertahun pajak dan per jenis ketetapan.

 Daluarsa
Fiskus harus memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak tentang batas waktu
tertentu untuk penagihan pajak, batas daluarsa yang berlaku saat ini :
o Untuk pajak pusat 10 tahun
o Untuk pajak daerah 5 tahun
o Untuk retribusi daerah 3 tahun
o Sedangkan untuk wajib pajak yang terlibat tindak pidana pajak tidak
diberikan batas waktu
 Pembebasan
Dalam hukum pajak ada 2 (dua) pembebasan, yaitu kwijtschelding dan
o Kwijtschelding (Peniadaan utang)
Pajak hapus karena ditiadakan oleh fiskus yang didasarkan pada surat
keputusan Administrasi Pajak. Pajak yang terutang hanya dapat
ditiadakan karena sebab tertentu, misalkan karena sawah terkena
musibah bencana lama atau karena dasar penetapannya tidak benar.
o Ontheffing (Pembebasan)
Pembebasan ini hanya diberikan apabila subyek pajak setelah dikenakan
pajak ternyata memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang untuk diberikan pembebasan pajak. Peniadaan utang ini tidak
berlaku dengan sendiria’uyhjinm,nya atau dianggap berlaku dengan
sendirinya, melainkan harus ada perbuatan positif dari
pihak negara (kreditur, Direktorat Jendral Pajak) dan inipun sering harus
didasarkan pada permintaan wajib pajak.

Berdasarkan ajaran ini diberlakukan pemungutan pajak secara Self


Assessment System. Sistem ini memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besaranya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari Self
Assessment ialah, wewenang unutk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri, wajib pajak secara aktif menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang menentukan dalam:

1. Pembayaran / penagihan pajak
2. Memasukkan surat keberatan
3. Penentuan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa
4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar

Sifat Utang Pajak

Beberapa sifat dari utang pajak adalah :

1. Dapat dipaksakan
Artinya sebagaimana sifat dari pajak yaitu pungutannya dapat dipaksakan,
pengertiannya adalah bahwa pemaksaan tersebut di lakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Jadi utang pajak yang tidak dibayar oleh penanggung pajak
pada waktu yang telah ditentukan (saat jatuh tempo), penagihannya dapat dilakukan
dengan cara paksa melalui “Surat Paksa” (SP, Surat Perintah melaksanakan
penyitaan (SPMP), dan pelelangan harta penanggung pajak melalui kantor
Lelang Negara, berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
( UU No.19/1997 yang telah dan ditambah terakhir dengan UU No.19/2000).

2. Dapat menunjuk orang lain untuk ikut membayarnya


Dalam hal ini pengertiannya adalah bahwa utang pajak yang seharusnya ditanggung
oleh Wajib Pajak, maka berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
penagihan pajak, dapat menunjuk pihak lain yang ada hubungannya dengan wajib
pajak tersebut. Yang dimaksud dengan pihak lain tersebut adalah :

o Badan pengurus dan atau orang yang nyata-nyata


mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil
keputusan dalam menjalankan perusahaan.

o Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang pribadi atau badan yang


dibebani untuk melakukan pemberesan.

o Suatu warisan yang belum terbagi, oleh seorang ahli warisnya, pelaksana
wasiatnya atau pengurus harta peninggalannya.
o Anak belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampunan
oleh wali atau pengampunannya.

o Kuasa yang ditunjuk secara khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Dapat ditagih seketika


Kasus-kasus yang dapat dipakai alasan penagihan pajak seketika dan sekaligus
yaitu :

o Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau


berniat untuk itu

o Penanggung pajak menghentikan secara nyata, mengecilkan kegiatannya di


Indonesia, ataupun memindahkan barang bergerak atau barang tidak
bergerak yang dimilikinya atau dikuasainya.

o Pembubaran badan atau niat untuk membubarkannya, pernyataan pailit


ataupun penyitaan harta Penanggung pajak oleh pihak lain.

o Perusahaan dibubarkan oleh pemerintah.

4. Mempunyai hak mendahulu terhadap utang yang lain


Maksudnya yaitu Negara melalui utang pajak memiliki hak mendahulu (preferen)
untuk tagihan pajak atas barang-barang milik penanggung pajak, di atas utang-
utang yang lain. Dalam hal ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :

o Pengertian utang pajak disini adalah meliputi pokok pajak, bunga,


denda administrasi, kenaikan dan biaya penagihan

o Hak mendahulu meliputi harta wajib pajak dan penanggung pajak

o Saat hak mendahulu adalah pada saat penjualan melalui sita lelang, bukan


pada saat penyitaan

5. Dapat dilakukan pencegahan atau penyanderaan terhadap penanggung pajak.

Utang pajak penghasilan (income taxes payable) adalah pajak penghasilan


(berdasarkan penghasilan kena pajak) yang belum dibayarkan perusahaan
kepada pemerintah. Karena merupakan kewajiban yang harus dibayar
perusahaan dalam 12 bulan ke depan, perusahaan melaporkannya di
bagian kewajiban lancar di neraca.

Misalnya, perusahaan membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp1.000, dan


pemerintah mengenakan tarif pajak penghasilan 10%.
Dalam laporan keuangan akhir tahun, perusahaan akan mencatat utang pajak
penghasilan sebesar Rp100 dalam kewajiban lancar. Pada saat yang sama,
perusahaan mengakui beban pajak penghasilan dengan nominal yang setara
dalam laporan laba rugi. Persamaan akuntansi tetap seimbang karena
peningkatan kewajiban dan penurunan ekuitas pemegang saham setara dengan
nominal Rp100.

Tahun depan, kas perusahaan akan berkurang sebesar Rp100 untuk membayar
pajak. Dan, perusahaan menghilangkan akun hutang pajak penghasilan dari
kewajiban lancar.

Utang pajak penghasilan (income taxes payable) adalah pajak penghasilan


(berdasarkan penghasilan kena pajak) yang belum dibayarkan perusahaan kepada
pemerintah. Karena merupakan kewajiban yang harus dibayar perusahaan dalam 12
bulan ke depan, perusahaan melaporkannya di bagian kewajiban lancar di neraca.

Misalnya, perusahaan membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp1.000, dan


pemerintah mengenakan tarif pajak penghasilan 10%.

Dalam laporan keuangan akhir tahun, perusahaan akan mencatat utang pajak
penghasilan sebesar Rp100 dalam kewajiban lancar. Pada saat yang sama,
perusahaan mengakui beban pajak penghasilan dengan nominal yang setara dalam
laporan laba rugi. Persamaan akuntansi tetap seimbang karena peningkatan kewajiban
dan penurunan ekuitas pemegang saham setara dengan nominal Rp100.

Tahun depan, kas perusahaan akan berkurang sebesar Rp100 untuk membayar pajak.
Dan, perusahaan menghilangkan akun hutang pajak penghasilan dari kewajiban lancar.

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pembayaran,


kompensasi, daluwarsa, bembebasan, dan penghapusan.

1. Pembayaran yaitu utang pajak yang melekat pada Wajib pajak akan hapus jika
sudah dilakukan pembayaran kepada kas negara.
2. Kompensasi yaitu apabila wajib pajak mempunyai kelebihan dalam pembayaran
pajak, maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang masih
harus dibayar.
3. Daluwarsa/lewat waktu yaitu terlampauinya waktu dalam melakukan penagihan
utang pajak selama lima tahun sejak terjadi utang pajak.
4. Pembebasan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi
admistrasi pajak (berupa bunga atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak.
5. Penghapusan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi
admistrasi pajak (berupa bunga atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak
dikarenakan keadaan keuangan wajib pajak.
Pajak Dibayar Dimuka
(Prepaid Tax)

Biaya dibayar dimuka didefinisikan sebagai sebuah biaya yang dibayar sebelum
Anda bisa menggunakan barang atau jasa yang akan digunakan untuk menunjang
kinerja sebuah bisnis.

Biaya ini biasa akan diterapkan saat Anda harus membayar sebuah produk atau
jasa yang akan Anda gunakan dalam waktu dekat.

Jenis Biaya Dibayar Dimuka


Biaya dibayar dimuka tidak bisa segera memberikan nilai. Justru, mereka bisa
memberikan nilai secara rutin. Anda tidak akan bisa langsung menghabiskan
semua nilai dari sebuah barang atau jasa karena pengeluaran baru akan berakhir
begitu Anda menggunakannya.

Merupakan pembayaran dimuka kepada kas negara atas pajak-pajak perusahaan


atau pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga, dimana atas pembayaran
tersebut akan diperhitungkan dengan pajak penghasilan badan pada akhir tahun,
kecuali   atas pembayaran  pph  pasal 21 (untuk pajak penghasilan) dan di akhir bulan
(untuk pajak pertambahan nilai)
Akun ini bisa jadi berupa:

(1) Kelebihan pembayaran pajak (misalnya PPN masukan atau lebih bayar) yang akan ditagih
kembali atau dikompensasikan terhadap liabilitas pajak masa berikutnya; atau
(2) Kelebihan jumlah PPh yang telah dibayar pada periode berjalan dan periode sebelumnya
dari jumlah pajak yang terhutang untuk periode-periode tersebut (misal: PPh Pasal 25).

PAJAK DIBAYAR DIMUKA *

 DEFINISI
Beban dibayar dimuka adalah beban yang dibayar terlebih dahulu untuk suatu periode
yang melenihi periode akuntansi. Dengan demikian, beban yanh dibayar di muka bukanlah
merupakan beban seluruhnya pada periode tersebut melainkan sebagai aktiva lancar.
Pada akhir periode, barulah dihitung berapa besar beban yang telah dipakak dan sisanya
tetap merupakam aktiva lancar. Pencatatan beban yang dibayar dimuka dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu beban dibayar dimuka terlebih dahulu dicatat sebagai aktiva, dan beban dibayar di
muka dicatat terlebih dahulu sebagai beban.
Beban dibayar di muka menurut Standar Akuntansi Keuangan :

a. Beban dibayar di muka dimaksudkan sebagai Beban yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang.
b. Bagian dari Beban dibayar dimuka yang akan memberikan manfaat untuk beberapa
periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Pajak dibayar dimuka terdiri dari pajak penghasilan dibayar dimuka, PPN masukan dan fiskal luar negeri, yaitu:
a.  kelebihan pembayaran pajak Perusahaan, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang  akan ditagih kembali atau
dikompensasikan terhadap kewajiban pajak masa berikutnya;
b.  kelebihan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) yang telah dibayarkan Perusahaan pada periode berjalan dan periode sebelumnya
(baik melalui pembayaran dimuka maupun pemotongan pajak oleh pihak ketiga) dari jumlah pajak yang terhutang untuk
periode-periode tersebut; dan
c.  pembayaran fiskal luar negeri oleh Perusahaan.
 

PPN masukan adalah pajak Perusahaan yang dipotong oleh pihak ketiga yang akan diperhitungkan dengan PPN keluarannya.

 Pajak penghasilan dibayar dimuka adalah pembayaran dimuka atas pajak penghasilan Perusahaan yang akan diperhitungkan
dengan pajak penghasilan badan pada akhir tahun.

Termasuk di antaranya PPh pasal 25.

 Khusus untuk penerimaan sewa, jika yang menyewa adalah orang pribadi atau bukan subyek pajak, maka pajak penghasilan
pasal 4 ayat 2 (final) yang diterima oleh Perusahaan harus disetorkan ke kantor pajak.

 Fiskal luar negeri adalah pembayaran pajak di muka atas fiskal luar negeri yang dibayarkan Perusahaan.

  PENGAKUAN

 Pajak dibayar dimuka diakui pada saat dilakukan pemotongan pajak oleh pihak lain yang  melakukan transaksi dengan
Perusahaan atau pada saat dilakukan pembayaran oleh Perusahaan  ke kas negara, berdasarkan bukti potong pajak atau Surat
Setoran Pajak (SSP) terkait.

 Pengakuan atas Beban Dibayar Dimuka adalah sebagai berikut:

Atas pengeluaran/biaya dibayar dimuka yang merupakan beban untuk periode-periode


berikutnya tidak boleh diakui sebagai beban periode saat ini, tetapi harus
diamortisasi/dibebankan sesuai dengan masa manfaat atas biaya dibayar dimuka tersebut.
Contoh :

 Biaya dibayar dimuka berupa sewa gedung kantor sebesar Rp.400.000.000,00 untuk sewa
selama 4 tahun sejak tahun 2020.
Maka pengakuan biaya sewa tersebut harus dibebankan selama 4 tahun, yaitu setiap tahun
sebesar Rp.100.000.000,00 (Rp.400.000.000,00 dibagi 4 tahun).
 PENGUKURAN

 Pajak dibayar dimuka diukur sebesar selisih antara nilai yang dibayarkan (nilai yang dipotong oleh pihak lainnya ditambah nilai
yang dibayarkan oleh Perusahaan ke kas negara) dengan tagihan pajak.

A. Jenis - jenis Biaya Dibayar Di muka


 Biaya Sewa Dibayar Dimuka (Prepaid Rent) yaitu :
1. Biaya Sewa Gedung Kantor Dibayar Dimuka
2. Biaya Sewa Kendaraan Dibayar Dimuka
3. Biaya Sewa Alat Berat Dibayar Dimuka
4. Biaya Sewa Mesin Dibayar Dimuka

 Biaya Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).


 Biaya Gaji Dibayar Dimuka (Prepaid Salaries).
 Biaya Bunga Dibayar Dimuka (Prepaid Interest).
 Pajak Penghasilan (PPh) dibayar dimuka yaitu :
1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Dibayar dimuka.
2. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Dibayar dimuka.
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Dibayar dimuka.
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24 Dibayar dimuka.
5. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Dibayar dimuka.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dibayar Dimuka

B. METODE PENCATATAN BIAYA DIBAYAR DIMUKA:


a. Pendekatan Neraca, disebut juga pendekatan harta : pembayaran premi untuk
beberapa periode ke depan akan dicatat sebagai beban dibayar di muka. Pada
akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian atau pengakuan beban sebesar
manfaat yang telah diperoleh perusahaan.
b. Pendekatan Rugi Laba, disebut juga pendekatan beban : pembayaran beban untuk
beberapa periode ke depan akan langsung dicatat sebagai beban, bukan beban
dibayar di muka. Pada akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian
terhadap beban yang belum jatuh tempo atau belum dirasakan manfaatnya oleh
perusahaan.
c. Tujuan pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di
Muka

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak
dibayar di muka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan
pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir
periode.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/
PSAK.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan :


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak
dibayar di muka.
Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas biaya dan pajak
dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test
dapat dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka adalah :
a. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
b. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti yang
sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti pemotongan PPh 22,
23, dll.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired (mempunyai
kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai
biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yangexpired (masa manfaatnya sudah
berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan
pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir
periode.
Untuk bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak, perusahaan harus mempunyai bukti pendukung
sebagai berikut :
PPh 22 : bukti pemungutan dari bank devisa dan PIUD (Pemberitahuan Import Untuk Dipakai)
PPh 23 : bukti pemotongan dari perusahaan yang membayar dividen, sewa, royalty atau bank
yang membayar bungan deposito/jasa giro.
PPh 25 : SSP
PPN Masukan : faktur pajak dari pengusaha kena pajak.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/
PSAK.
Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan
satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun
disajikan sebagai aktiva tak lancar.
Sedangkan pajak dibayar di muka bisa disajikan sebagai harta lancar atau di offset dengan utang
pajak yang sejenis (pajak penghasilan badan atau pajak pertambahan nilai).

d. KESIMPULAN
Biaya dibayar di muka adalah biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban perusahaan
untuk membayarnya pada periode yang bersangkutan, tapi perusahaan sudah
membayarnya terlebih dahulu. Biaya dibayar di muka ini dapat dicatat dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi. Perusahaan harus
memilih salah satu dari pendekatan tersebut, tidak boleh menggunakan kedua-duanya.
Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada starting point pencatatan dan pada ayat
jurnal penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai