Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DISUSUN OLEH:
CHANDRA DWI PUTRA

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


AWANG LONG SAMARINDA
SEMESTER I
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengantar Hukum Indonesia
ini terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Hukum Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 18 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Hukum Adat .......................................................................................3
B. Perbedaan Hukum Adat dan Hukum Barat...........................................................5
C. Sistem Hukum Adat...............................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memahami Hukum Adat dimulai dari pengetian dan istilah hukum adat itu sendiri,

menurut Snouck Hurgronje Adat Recht atau Hukum Adat adalah adat-adat yang

mempunyai akibat hukum, atau dengan kata lain disebut dengan hukum adat jika adat

tersebut memepunyai akibat hukum. Diantara manfaat mempelajari hukum adat adalah

untuk memahami budaya hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui hukum

adat yang mana yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan hukum adat mana

yang dapat mendekati keseragaman yang berlaku sebagai hukum nasional.

Lebih jauh membahas tentang Hukum Adat, suatu adat dikatakan sebagai hukum adat

atau seingkatnya yang merupakan karakteristik hukum adat adalah hukum yang umumnya

tidak ditulis, peraturan-peraturan yang ada kebanyakan merupakan petuah yang memuat

asas perikehidupan dalam bermasyarakat serta kepatuhan seseorang terhadap hukum adat

akan lebih didasarkan pada rasa harga diri setiap anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan permasalahan

yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan

dibahas dalam makalah, sebagai berikut.

1. Apa yang pengertian sistem hukum adat?

2. Apa Perbedaan sistem hukum adat dan hukum barat?

3. Apa saja bagian hukum adat?

1
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.    Untuk mengetahui pengertian sistem hukum adat.

2.    Untuk memahami mengenai perbedaan sistem hukum adat dan hukum barat.

3.    Untuk mengidentifikasi bagian dari hukum adat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Adat

Secara bahasa hukum adat terbagi dari dua kata yakni hukum dan adat. Hukum

adalah kumpulan aturan atau norma yang apabila dilanggar akan dikenai sanksi, dan

yang membuat hukum adalah orang yang memiliki kewenangan atasnya. Sedangkan kata

adat, menurut Prof. Amura, istilah ini berasal dari bahasa Sansekerta karena menurutnya

istilah ini telah dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang

lalu. Menurutnya adat berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti

sesuatu yang bersifat kebendaan.

Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan (perbuatan dsb)

yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Karena istilah Adat yang telah diserap

kedalam Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan

dengan hukum kebiasaan.

Beberapa definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum, antara lain

sebagai berikut:

1. Prof. Van Vallenhoven, yang pertama kali menyebut hukum adat memberikan

definisi hukum adat sebagai : “ Himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku

bagi orang pribumi dan timur asing pada satu pihak yang mempunyai sanksi (karena

bersifat hukum) dan pada pihak lain berada dalam keadaan tidak dikodifikasikan

(karena adat). Abdulrahman , SH menegaskan rumusan Van Vallenhoven dimaksud

memang cocok untuk mendeskripsikan apa yang dinamakan Adat Recht pada jaman

tersebut bukan untuk Hukum Adat pada masa kini.

3
2. Prof. Soepomo, merumuskan Hukum Adat: Hukum adat adalah synomim dari

hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislative (statuary law), hukum yang

hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum Negara (Parlemen, Dewan Propinsi

dan sebagainya), hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan

di dalam pergaulan hidup, baik di kota maupun di desa-desa.

3. Prof. Soekanto, merumuskan hukum adat: Komplek adat adat inilah yang

kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan mempunyai

sanksi (dari itu hukum), jadi mempunyai akibat hukum, komplek ini disebut Hukum

Adat.

4. Prof. Soeripto: Hukum adat adalah semua aturan-aturan/ peraturan-peraturan adat

tingkah laku yang bersifat hukum di segala kehidupan orang Indonesia, yang pada

umumnya tidak tertulis yang oleh masyarakat dianggap patut dan mengikat para

anggota masyarakat, yang bersifat hukum oleh karena ada kesadaran keadilan umum,

bahwa aturan-aturan/ peraturan itu harus dipertahankan oleh petugas hukum dan

petugas masyarakat dengan upaya paksa atau ancaman hukuman (sanksi)

5. Suroyo Wignjodipuro: Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang

bersumber dari perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi

peraturan tingkat laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,

sebagian besar tidak tertulis, karena mempunyai akibat hukum (sanksi).

6. Seminar Hukum Adat dan pembinaan Hukum Nasional: Hukum adat diartikan

sebagai Hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan

Republik Indonesia, yang disana sini mengandung unsur agama

7. Sudjito Sastrodiharjo menegaskan: Ilmu hukum bukan hanya mempelajari apa yang

disebut das sollen, tetapi pertama kali harus mengingat das sein. Hukum adat

merupakan species dari hukum tidak tertulis, yang merupakan genusnya.

4
Jadi Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan

yang berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang

masih mengikuti hukum adat. Hukum adat juga berkembang sesuai dengan

perkembangan masyarakatnya dari zaman ke zaman, namun proses dalam

perkembangan itu berbeda-beda. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat sesuai

dengan perkembangan masyarakat tertentu.

B. Perbedaan  Hukum Adat Dan Hukum Barat

 Sistem hukum adat bersendi atas dasar alam pikiran bangsa Indonesia yang

sudah pasti berlainan dengan pemikiran yang menguasai hukum Barat. Dan untuk

dapat memahami serta sadar akan hukum adat, orang harus memahami dasar-dasar

pemikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.

Hukum adat memiliki corak-corak sebagai berikut:

1. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya manusia menurut

hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa

kebersamaan ini meliputi seluruh lapangan hukum adat.

2. Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan pandangan hidup alam

Indonesia.

3. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum adat

sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan hidup

yang konkrit.

4. Hukum adat mempunyai sifat yang visual, artinya perhubungan hukum dianggap

hanya terjadi, oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat.

Antara sistem hukum adat dan sistem hukum Barat terdapat beberapa perbedaan

yang fundamental, seperti:

5
1. Hukum Barat mengenal “zakelijke rechten” dan “persoonlijke rechten”. “Zakelijke

rechten” adalah hak atas benda yang bersifat “zakelijk”, artinya berlaku terhadap

tiap orang, jadi merupakan hak mutlak/absolut. “Persoonlijke rechten” adalah hak

atas sesuatu objek yang hanya berlaku terhadap sesuatu orang lain tertentu, jadi

merupakan hak relatif. Hukum adat tidak mengenal pembagian hak dalam dua

golongan seperti di atas. Hak-hak menurut sistem hukum adat perlindungannya ada

di tangan hakim.

2. Hukum Barat mengenal perbedaan antara hukum publik dan hukum privat. Hukum

adat tidak mengenal perbedaan ini. Perbedaan-perbedaan fundamental dalam

sistem ini, pada hakikatnya disebabkan karena corak serta sifat yang berlainan

antara hukum adat dan hukum Barat dan pandangan hidup yang mendukung kedua

macam hukum itu juga jauh berlainan.

3. Aliran dunia Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis.

Aliran Timur, khususnya Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara

dunia lahir dan dunia gaib; dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup di

dalam alam ini.

4. Pelanggaran-pelanggaran hukum menurut sistem hukum barat, dibagi-bagi dalam

golongan peanggaran yang bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim pidana

atau (strafrechter), dan pelanggaran-pelanggaran yang hanya mempunyai akibat

dalam lingkup perdata, maka pelanggaran-pelanggaran itu harus diadili oleh hakim

perdata.

6
C. Sistem Hukum Adat

Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang Hukum Adat

dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan Penyelidikan

Hukum Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.

1. Bahasa Hukum

Maksud dari Bahasa hukum adalah kata-kata yang dipakai terus-menerus

untuk menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun

menjadi istilah yang mempunyai isi yang tertentu. Bagi hukum adat di Indonesia,

pembinaan bahasa hukum adalah soal yang minta perhatian khusus kepada para ahli

hukum Indonesia.

Bahasa hukum lahir dan tumbuh setapak demi setapak. Kata-kata yang terus-

menerus dipakai dengan konsekuen untuk menyebut suatu perbuatan atau keadaan,

lambat laun menjadi istilah yang memiliki isi dan makna tertentu.

Hukum Barat telah memiliki istilah-istilah hukum teknis yang dibina berabad-

abad oleh para ahli hukum, para hakim dan oleh pembentuk undang-undang. Hukum

adat, pembinaan bahasa hukum ini justru masih merupakan suatu masalah yang sangat

meminta perhatian khusus pada para ahli hukum Indonesia. Baik Van Vollenhoven

dan Ter Haar, mengemukakan dengan jelas betapa pentingnya soal bahasa-hukum

adat bagi pelajaran serta pengertian sistem hukum adat dan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan hukum adat selanjutnya.

Bahasa hukum adalah bukan sesuatu yang dapat diciptakan dalam satu dua

hari saja, tetapi harus melalui suatu proses yang cukup lama.  Bahasa rakyat yang

bersangkutanlah merupakan bahasa yang pertama-tama yang sanggup melukiskan

perasaan rakyat dimaksud secara tepat.

7
Dan oleh karena itulah pada zaman kolonial Belanda dahulu terjemahan

istilah-istilah hukum adat dalam bahasa Belanda yang pada zaman itu orang

menganggap seolah-olah isi serta artinya sudah lama, sesungguhnya merupakan suatu

kesalahan, sebab istilah-istilah dalam bahasa asing dimaksud ternyata tidak dapat

melukiskan makna yang terkandung dalam istilah-istilah bahasa aslinya. Sebagai

Contoh: Pada zaman Hindia-Belanda, istilah yang digunakan untuk menyebut kata

jual dan sewa dengan Bahasa Belanda yaitu dengan istilah varkopen dan huren,

seolah-olah arti istilah varkopen dan huren sama dengan arti jual dan sewa dalam

istilah hukum adat.

Dalam ilmu hukum adat sendiri istilah jual berarti mengenai pengoperan hak

(overdracht) dari seseorang kepada orang lain. Ada tiga jenis pengoperan yang juga

menggunakan istilah jual, dan dalam pengoperan tersebut berlaku dengan pembayaran

kontan dari pihak pembeli. Lain halnya dengan istilah verkopen, yang dimaksud

dengan verkopen adalah sistem hukum barat tentang suatu perbuatan hukum  yang

bersifat obligatoir, artinya verkoper berjanji dan wajib mengoperkan barang yang di

verkoop kepada pembeli dengan tidak dipersoalkan apakah harga barang itu dibayar

kontan atau tidak.

Dari apa yang telah dijelaskan diatas, maka kata jual sebagai istilah hukum

adat tidaklah sama artinya dengan kata verkopen sebagai istilah hukum barat. Dalam

sistem hukum adat, pembelian barang dengan tidak membayar kontan bukanlah

termasuk perbuatan jual, melainkan temasuk dalam golongan hutang piutang.

Dalam sistem hukum adat, segala perbuatan dan keadaan yang bersifat sama

disebut dengan istilah yang sama pula. Misalnya istilah gantungan dipakai untuk

menyebut segala keadaan yang belum bersifat tetap.

8
2. Pepatah Adat

Di berbagai lingkaran hukum adat terdapat pula pepatah adat yang sangat

berguna sebagai petunjuk tentang adanya sesuatu peraturan hukum adat.  Berikut

cnntoh pepatah dari daerah Batak:

“Molo metmet binanga, na metmet do dengke”

“Molo gadang binanga, gadang dengke”

Dalam bahasa Indonesia:

“Jika (anak) sungai kecil, maka ikannya juga kecil,

  “Jika (anak) sungai besar, maka ikannya juga besar”

Perumpamaan ini mengandung dasar hukum, bahwa upah bagi mereka yang

menyelesaikan sesuatu soal hukum harus seimbang dengan pentingnya soal tersebut.

Dari daerah Minangkabau:

“Sakali aye gadang, sakali tapian beranja,

“Sakali raja ba(r) ganti, sakali adat berobah”

Dalam bahasa Indonesia :

“Apabila air meluap, tempat pemandian bergeser.

“Apabila ada penggantian raja, maka adat akan bergati juga”

Pepatah ini mengandung pengertian, bahwa adat tidak statis melainkan berubah

menurut perubahan yang berlaku dengan penggantian kepala adat.

Prof. Snouck Hurgronje menegaskan bahwa pepatah adat tidak boleh dianggap

sebagai sumber atau dasar hukum adat. Pepatah adat harus diberi interpretasi yang

tepat agar terang maknanya. Pepatah adat memang baik untuk diketahui dan disebut,

9
akan tetapi pepatah itu tidak boleh dipandang sebagai pasal-pasal kitab undang-

undang pepatah adat tidak memuat peraturan hukum positif.

Vergouwen menulis bahwa pepatah adat tidak mempunyai sifat normatif

seperti pasal undang-undang. Pepatah itu hanya mengandung aliran hukum dalam

bentuk yang menyolok saja. Ter Haar berkata bahwa pepatah adat bukan merupakan

sumber hukum adat, melainkan mencerminkan dasar hukum yang tidak tegas. Prof.

Soepomo menegaskan bahwa pepatah adat memberi lukisan tentang adanya aliran

hukum yang tertentu.

3. Penyelidikan Hukum Adat

Berlakunya sesuatu peraturan hukum adat tampak dalam putusan (penetapan)

petugas hukum, misalnya putusan kumpulan desa, putusan kepala adat dan

sebagainya. Yang dimaksud dengan putusan atau penetapan itu ialah perbuatan atau

penolakan perbuatan (non-action) dari pihak petugas hukum dengan tujuan

memelihara atau untuk menegakkan hukum.

Maka dari itu penyelidikan hukum adat haruslah ditujukan kepada Research

tentang putusan-putusan petugas hukum, selain itu kita juga harus menyelidiki

kenyataan sosial (social reality), yang merupakan dasar bagi para petugas hukum

untuk menentukan putusan-putusannya.

Cara atau metode penyelidikan setempat adalah mendekati para pejabat desa,

orang-orang tua, para cerdik pandai, rang-orang terkemuka di daerah yang

bersangkutan, dan sebagainya. Persoalan yang akan ditanyakan harus hanya fakta-

fakta, hanya kejadian-kejadian yang telah dialami atau diketahui sendiri oleh mereka.

Perlu kita ketahui bahwa dalam penyelidikan hukum adat yang menentukan

bukan banyaknya jumlah perbuatan yang terjadi, meskipun jumlah itu adalah penting

10
sebagai petunjuk bahwa perbuatan itu adalah dirasakan sebagai hal yang diharuskan

oleh masyarakat. akan tetapi yang penting adalah suatu perbuatan itu benar-benar

dirasakan oleh masyarakat sebagai hal yang memeng sudah seharusnya. Maka dari

itulah kita sudah dapat menarik kesimpulan adanya norma hukum, maka agar

memperoleh bahan-bahan yang tepat serta berharga tentang hukum adat perhatian

harus diarahkan kepada berikut ini:

a. Research tentang putusan-putusan petugas hukum ditempat yang bersangkutan.

b. Sikap penduduk dalam hidupnya sehari-hari terhadap hal-hal yang sedang disoroti

dan diinginkan mendapat keterangan dengan melakukan field research itu.

Untuk mendapatkan hasil penyelidikan sebagaimana mestinya, kenyataan

sosial yang merupakan dasar bagi para petugas hukum untuk menentukan putusan-

putusannya, wajib pula diindahkan serta dipahami. Cara melakukan Field Research

wajib menemui para pejabat desa, orang-orang tua, orang terkemuka, serta

menanyakan fakta-fakta yang telah dialami atau diketahui sendiri oleh mereka itu.

11
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang

berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih

mengikuti hukum adat. Hukum adat juga berkembang sesuai dengan perkembangan

masyarakatnya dari zaman ke zaman, namun proses dalam perkembangan itu

berbeda-beda. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat sesuai dengan perkembangan

masyarakat tertentu.

Kemudian ada perbedaan yang  fundamentall antara sistem hukum adat dan

sistem hukum Barat, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hukum Barat mengenal “zakelijke rechten” dan “persoonlijke rechten”.

“Zakelijke rechten” adalah hak atas benda yang bersifat “zakelijk”, artinya

berlaku terhadap tiap orang, jadi merupakan hak mutlak/absolut. “Persoonlijke

rechten” adalah hak atas sesuatu objek yang hanya berlaku terhadap sesuatu orang

lain tertentu, jadi merupakan hak relatif. Hukum adat tidak mengenal pembagian

hak dalam dua golongan seperti di atas. Hak-hak menurut sistem hukum adat

perlindungannya ada di tangan hakim.

b. hukum Barat mengenal perbedaan antara hukum publik dan hukum privat. Hukum

adat tidak mengenal perbedaan ini. Perbedaan-perbedaan fundamental dalam

sistem ini, pada hakikatnya disebabkan karena corak serta sifat yang berlainan

antara hukum adat dan hukum Barat dan pandangan hidup yang mendukung

kedua macam hukum itu juga jauh berlainan.

12
c. Aliran dunia Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis.

Aliran Timur, khususnya Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara

dunia lahir dan dunia gaib; dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup

di dalam alam ini.

Pelanggaran-pelanggaran hukum menurut sistem hukum barat, dibagi-bagi

dalam golongan peanggaran yang bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim

pidana atau (strafrechter), dan pelanggaran-pelanggaran yang hanya mempunyai

akibat dalam lingkup perdata, maka pelanggaran-pelanggaran itu harus diadili oleh

hakim perdata.

Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang Hukum

Adat dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan

Penyelidikan Hukum Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.

Bahasa hukum merupakan kata-kata yang dipakai terus-menerus untuk

menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi

istilah yang mempunyai isi yang tertentu. Pembinaan bahasa hukum di Indonesia

memerlukan perhatian lebih, khususnya bagi hukum adat. Istilah hukum adat yang

digunakan di Indonesia sangatlah berbeda dengan istilah hukum barat, meskipun

Belanda telah lama menjajah Negara Indonesia.

Pepatah adat adalah berguna sebagai petunjuk tentang adanya suatu peraturan

hukum adat. Akan tetapi pepatah hukum adat tidak dapat dijadikan sebgai sumber

atau sebagai dasar hukum adat, sebab pepatah adat masih memerlukan keterangan,

harus diberi interpretasi yan tepat, supaya terang maknanya.

Untuk melakukan suatu penyelidikan hukum adat di daerah, supaya

diperhatikan mengenai cara atau metodenya. Adapun cara atau metode penyelidikan

tersebut adalah mendekati para pejabat desa, orang-orang tua, para cerdik pandai,

13
rang-orang terkemuka di daerah yang bersangkutan, dan sebagainya. Persoalan yang

akan ditanyakan harus hanya fakta-fakta, hanya kejadian-kejadian yang telah dialami

atau diketahui sendiri oleh mereka.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan dari hasil makalah ini adalah:

Pemerintah dan seluruh masyarakat hukum adat seyogyanya saling bahu-

membahu untuk mempertahankan dan melestarikan hukum adat. Karena hukum adat

merupakan aturan yang hidup dari nilai-nilai yang baik dan luhur, sehingga

keberadaannya di Indonesia patut diperjuangkan. Selain itu, hukum adat merupakan

hukum yang sudah ada, dan merupakan aturan asli yang berasal dari komunitas

masyarakat hukum adat Indonesia, jadi hukum adat adalah hukum asli Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Adat_di_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia

http://www.gunungmaskab.go.id/informasi/ucapan-dirgahayu-ke-8-kab-gunung-mas-dari-

pemprov-kalteng.html

http://tata-hkm.blogspot.com/2010/07/hukum-adat-sebagai-segi-aspek.html diakses pada 10

Januari 2021

15

Anda mungkin juga menyukai