Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
berkat bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Mengucapkan terima
kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu penulis menyelesaikan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
Pendahuluan
BAB II ISI.................................................................................................................................2
A. Tahun Pajak
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
C. Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
D. Surat Pemberitahuan (SPT)
E. Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak
BAB IV PENUTUP................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmad Soemitro, SH: Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Ketentuan
Umum Perpajakan meliputi pengertian, fungsi pajak, pengelompokkan pajak, jenis –
jenis pajak serta tata cara pmungutan pajak.
Fungsi pajak meliputi fungsi budgeter yang berarti pajak sebagai sumber dana
bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara dan fungsi
reguler yang berarti sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pengelompokkan pajak terdiri dari pajak
langsung dan pajak tidak langsung, pajak subjektif dan pajak objektif, pajak pusat dan
pajak daerah.
Jenis - jenis pajak meliputi pajak pusat yang terdiri dari Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai, sedangkan pajak daerah ada Pajak Kendaraan Bermotor
dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan.
1
BAB II
ISI
2
c) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya :
wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
C. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
1. Timbulnya Utang Pajak
a. Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assesment system.
b. Utang pajak timbul karena berlakunya Undang-undang. Seorang dikenai
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self
assesment system.
2. Hapusnya Utang Pajak
a) Pembayaran
b) Kompensasi
c) Daluarsa
d) Pembebasan dan penghapusan
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tahun Pajak
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender.
Akan tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan tahun
takwim dengan syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan
melapor/memberitahu kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. NPWP memiliki
beberapa fungsi antara lain :
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan
4
Apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jenderal
Pajak orang pribadi atau badan telah memenuhi syarat untuk memenuhi NPWP, dan
orang pribadi tersebut tidak mendaftarkan diri, dapat diterbitkan NPWP secara jabatan.
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya,
karena hal ini berkaitan dengan pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak
terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah :
▪ Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat
tanggal 1 (satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan.
▪ Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau
pekerjaan bebas apabila sampai dengan 1 bulan memperoleh penghasilan
yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri
paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
akan dikenakan sanksi perpajakan.
Bagi mereka yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalah-
gunakan atau tanpa hak NPWP sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
5
Format NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan
Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan.
1. Fungsi NPPKP
a. Untuk mengetahui identitas PKP yang sebenarnya.
b. Untuk pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
c. Untuk pengawasan administrasi perpajakan.
2. Pelaporan/Pengukuhan PKP
Bagi pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Sedangkan bagi
6
pengusaha badan pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan dilakukan. Jika
pengusaha orang pribadi atau badan mempunyai tempat kegiatan usaha di
wilayah beberapa kantor Direktorat Jenderal Pajak, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP baik dikantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
usaha pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
Apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktorat
Jenderal Pajak pengusaha telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai
PKP tetapi tidak melaporkan usahanya, dapat diterbitkan NPPKP secara
jabatan.
Kewajiban melaporkan untuk dikukuhkan menjadi PKP dibatasi
jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu melaporkan adalah
selambat- lambatnya 1 (satu) bulan setelah saat usaha dimulai.
3. Sanksi
Bagi mereka yang dengan sengaja tidak mendaftarkan, atau
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPPKP sehingga
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda setinggi-tingginya 4
(empat) kali jumlah pajak yang terutang atau kurang dibayar.
1. Pengertian SPT
7
2. Fungsi SPT
a. Wajib Pajak harus mengambil sendiri blangko SPT pada Kantor Pelayanan
Pajak setempat (dengan menunjukkan NPWP).
8
b. SPT harus diisi dengan benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan petunjuk
yang diberikan. Pengisian formulir SPT yang tidak benar mengakibatkan
pajak yang terutang kurang dibayar, akan dikenakan sanksi perpajakan.
4. Pembetulan SPT
9
kepada Wajib Pajak masih diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan. Wajib Pajak dengan
kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam suatu laporan tersendiri.
Pengungkapan ini terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
5. Jenis SPT
a. SPT-Masa, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa
Pajak atau pada suatu saat.
b. SPT Tahunan, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu
Tahun Pajak.
10
6. Batas Waktu Penyampaian SPT
a. SPT Masa
Dalam hal tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur
pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
12
kewajiban penyampaian SPT-Tahunan (biasanya tanggal 31 Maret) sampai
dengan tanggal pembayaran.
c. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dengan sengaja
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi
4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
1. Pengertian
Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara
melalui Kantor Pos dan atau bank Badan Usaha Milik negara atau bank Badan
Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.
2. Fungsi SPP
13
b. Sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak.
b. Kantor Pos.
a. Pembayaran Masa
14
b. STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah. harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sejak tanggal diterbitkan surat-surat tersebut.
Dalam hal tanggal pembayaran atau penyetoran jatuh tempo pada hari
libur maka pembayaran atau penyetoran harus dilakukan pada hari kerja ber-
ikutnya. Setiap keterlambatan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2%
sebulan untuk masa, yang dihitung sejak saat jatuh tempo.
b. Dengan syarat:
15
3) Menyatakan jumlah pajak yang dimohonkan untuk ditunda dan atau
diangsur.
b. Dengan syarat:
c. Dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tanggal penerimaan surat per- mohonan
pengurangan angsuran pajak, Direktur Jenderal Pajak harus memberi
keputusan. Apabila tidak, maka permohonan Wajib pajak dapat melakukan
angsuran sesuai dengan perhitungannya.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak memiliki 2 fungsi yaitu fungsi
budgeter dan fungsi reguler. Pajak juga dikelompokkan menjadi 3 yaitu pajak langsung
dan tidak langsung, pajak subjektif dan objektif, serta pajak pusat dan pajak daerah.
B. Saran
Makalah ini merupakan makalah yang jauh dari kata sempurna dan memiliki
beberapa kekurangan, tetapi penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA