Anda di halaman 1dari 7

7.

Jenis-jenis Pajak
A. Jenis Pajak Berdasarkan Cara Pemungutannya
Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
 Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain.
 Sedangkan Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
kepada pihak lain karena jenis pajak ini tidak memiliki surat ketetapan pajak.
B. Jenis Pajak Berdasarkan Sifatnya
Pajak Subjektif dan Pajak Objektif

 Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya. Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan (PPh) yang
memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau
uang.

 Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak. Contoh
pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan pajak.

C. Jenis Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungutannya


Pajak Pusat dan Pajak Daerah
 Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam
hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

 Berbeda dengan pajak pusat/ nasional, pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut
dan dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Contoh Jenis-jenis Pajak Pusat dan Pajak Daerah

a. Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat:

1) Pajak Penghasilan (PPh)

2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

4) Bea Materai

5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)

b. Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah:

1. Pajak provinsi terdiri dari:

- Pajak Kendaraan Bermotor.

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

- Pajak Air Permukaan.

- Pajak Rokok.

2. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

- Pajak Hotel.

- Pajak Restoran.

- Pajak Hiburan.

- Pajak Reklame.

- Pajak Penerangan Jalan.

- Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan.

- Pajak Parkir.
- Pajak Air Tanah.

- Pajak Sarang Burung Walet.

- Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

- Sekadar informasi saja, mulai tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Perdesaan dan Perkotaan masuk dalam kategori pajak daerah. Sedangkan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan masih
tetap merupakan pajak pusat.

8. Tata Cara Pemungutan Pajak


A. Stelsel Pajak
 Stelsel Nyata
Pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), pemungutan
dilakukan pada akhir tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui.
Pajak lebih realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.
 Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-Undang.
Tanpa menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.
 Stelsel Campuran
Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun
dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang
sebebnarnya.
B. Asas Pemungutan Pajak
 Asas Domisili
Negara berhak untuk mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
diwilayahnya baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. asas ini berlaku
bagi wajib pajak dalam negeri.
 Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
 Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara
C. Sistem Pemungutan Pajak
 Official Assesment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. ciri-cirinya :
- wewenang untuk menentukan besarya pajak terutang ada pada fiscus
- wajib pajak bersifat pasif
- utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
 Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. ciri-cirinya adalah:
- wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri
- wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
- fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
 With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga pihak selain fiskus dan wajib pajak.

9. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak


A. Penyebab Timbulnya Utang Pajak
 Ajaran Formil
Dilihat dari ajaran formil bahwa utang pajak timbul sehubungan dengan
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Hal ini terjadi apabila
pemungutan pajak dilakukan dengan official assessment system, yaitu sistem
pemungutan pajak dilakukan di mana jumlah pajak yang harus dibayar dan
dihitung oleh fiskus. Kemudian fiskus akan mengirimkan surat pemberitahuan
terkait jumlah yang harus dibayarkan kepada Wajib Pajak.
 Ajaran Materil
Dari sisi ajaran materil bahwa utang pajak timbul karena undang-undang dan
karena ada sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan
pajak. Sebab-sebab yang membuat seseorang memiliki utang pajak di
antaranya:
- Perbuatan, yaitu mendirikan bangungan, melakukan kegiatan impor atau ekspor,
serta bepergian ke luar negeri.
- Keadaan, yaitu memiliki tanah atau bumi dan bangunan, memperoleh
penghasilan, serta memiliki kendaraan bermotor.
- Peristiwa atau kejadian, yaitu mendapat hadiah undian.
B. Penghapusan Utang Pajak
Ada 5 cara untuk menghapus utang pajak pada wajib pajak:
 Pembayaran
Cara pertama menghapus utang pajak adalah dengan membayarkan pajak pada
negara. Pembayarannya secara lunas dalam bentuk sejumlah uang oleh Wajib
Pajak ke Kas Negara. Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat membayarnya sendiri
atau menguasakannya pada pihak lain selama pihak tersebut bertindak atas
nama wajib pajak yang memiliki utang pajak. Selain itu, pembayaran ini perlu
menggunakan mata uang yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini adalah
Rupiah. 
 Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila Wajib Pajak memiliki kelebihan dalam
membayar pajak sehingga dapat digunakan untuk membayar utang pajak.
Kelebihan bayar pajak sendiri dapat terjadi karena berbagai hal, seperti
perubahan undang-undang pajak, kekeliruan pembayaran, adanya pemberian
pengurangan, dan sebagainya. Karena itu, kelebihan pajak ini dapat
dikreditkan. 
 Kedaluwarsa
Kedaluwarsa di sini adalah kedaluwarsa penagihan. Melansir dari  DJP, hak
untuk menagih pajak kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejat tanggal terutang pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan. 

 Pembebasan
Alternatif lain untuk menghapus utang pajak adalah dengan cara pembebasan.
Namun, pembebasan di sini pada umumnya bukan berarti menghilangkan
pokok utang pajak, meniadakan sanksi administratif terkait utang
pajak. Tetapi, utang pajak dapat berakhir dengan pembebasan karena cara ini
merupakan sarana hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib
pajak berupa membayar pajak.
 Penghapusan/Peniadaan
Penghapusan utang pajak mirip dengan cara pembebasan. Perbedaannya, cara
penghapusan diberikan karena keadaan keuangan Wajib Pajak. Penghapusan
juga merupakan cara untuk mengakhiri utang pajak. Namun, hanya dengan
alasan tertentu, seperti Wajib Pajak terkena musibah atau karena dasar
penetapannya tidak benar. Ketika utang pajak telah dihapus, perikatan pajak
akan berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi memiliki kewajiban membayar
pajak yang terutang.  

http://komputerisasi-akuntansi-d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Timbul-dan-Hapusnya-Utang-
Pajak/827905cfdf507d19fd1622a61d56c8dccf0a95b5

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pengelompokan-jenis-jenis-pajak-dan-
penjelasannya
https://wiki.v-tax.id/wiki/Tata_Cara_Pemungutan_Pajak

Anda mungkin juga menyukai