AKUNTANSI PERPAJAKAN
Program Pascasarjana
Univeristas Mercu Buana
Jakarta
2021
Untuk kalian yang sering berurusan dengan pajak, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah
utang pajak dan piutang pajak. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai utang pajak dan
piutang pajak serta penghapusan utang dan piutang pajak.
Utang Pajak
Utang pajak adalah suatu kewajiban pihak wajib pajak, baik itu yang berbentuk sanksi
administrasi, denda, ataupun bunga dan juga kenaikan yang tertulis di dalam surat ketetapan
pajak yang berdasarkan undang-undang perpajakan di Indonesia.
Berdasarkan pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 yang membahas
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, utang pajak adalah pajak yang sifatnya harus
dibayar, termasuk didalamnya sanksi administrasi berbentuk denda, bunga ataupun
peningkatan yang tertulis di dalam surat ketetapan pajak ataupun surat sejenisnya dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pada dasarnya, utang pajak bisa terjadi karena dua faktor, yakni:
1. Kondisi Formil
Pada kondisi ini, utang pajak bisa terjadi karena pihak petugas pajak sudah
mengeluarkan suatu ketetapan. Jumlah nominal utang tersebut menganut pada
kebijakan fiskal yang telah ditetapkan pada saat itu.
2. Kondisi Materil
Untuk hal ini, utang bisa muncul karena adanya peraturan perundang-undangan.
Contoh kondisi material yang bisa memicu adanya utang adalah pihak wajib pajak
memperoleh hadiah undian, mendirikan suatu bangunan, melakukan kegiatan ekspor
dan impor, sampai dengan mempunyai tanah ataupun bumi serta bangunan yang
mampu menghasilkan pendapatan.
Contoh yang paling banyak terjadi dan dialami oleh para wajib pajak adalah yang berkaitan
dengan denda. Misalnya saja ada sebuah perusahaan atau individu wajib pajak yang ingin
melakukan perpanjangan sertifikat elektronik dan ditolak oleh petugas pajak. Denda telat
lapor SPT untuk pihak wajib pajak badan adalah sebesar Rp. 1.000.000 dan untuk wajib
pajak untuk orang pribadi atau individu adalah Rp. 100.000.
Piutang Pajak
Piutang pajak adalah piutang yang muncul karena pendapatan pajak yang telah diatur
dalam UU Perpajakan belum dilunasi hingga akhir periode laporan keuangan. Piutang pajak
wajib dibayarkan oleh para wajib pajak dalam periode tahun berikutnya. Hal ini dilakukan
agar piutang pajak tidak melampaui satu periode berikutnya.
Contohnya dari sisi pemerintah ini, adalah tagihan pajak perusahaan dan daerah yang
belum dibayarkan ke pemerintah pusat.
Contoh piutang pajak perusahaan adalah sebagai berikut:
Setiap bulan pada tanggal 10, PT. A akan membayar pajak penghasilan sebesar Rp.
2.000.000. Pembayaran ini terus menerus dilakukan hingga 12 bulan (1 periode akuntansi).
Saat akhir periode ternyata diketahui bahwa pajak penghasilan yang harus dibayar adalah Rp.
20.500.000 saja. Dengan begini maka, perusahaan lebih bayar sekitar Rp. 3.500.000.
Nominal lebih bayar ini nantinya bisa diminta dalam bentuk uang tunai ataupun dibebankan
pada pembayaran pajak periode selanjutnya.
Daftar Pustaka :
https://blog.pajak.io/mengenal-utang-pajak-dan-piutang-pajak/
https://www.pajak.go.id/id/tata-cara-penghapusan-piutang-pajak-dan-penetapan-besarnya-
penghapusan-3
Link Kompasiana :
https://www.kompasiana.com/nisrinaseptiarini9978/618d1ded96242106193495d2/mengenal-
utang-pajak-dan-piutang-pajak-serta-penghapusan-piutang-pajak