Anda di halaman 1dari 7

Ni Putu Nanda Satya Paramitha

202180121004/D3 SIA

1. Jelaskan hak dan kewajiban bagi wajib pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan!
:
Hak-hak Wajib Pajak
Setidaknya ada total enam belas hak dan kewajiban Wajib Pajak berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Berikut hak-hak Wajib Pajak yang bisa Anda
dapatkan:

- Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan :


Anda berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta surat perintah
pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan tujuan pemeriksaan, meminta
detail perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT, serta hadir saat pembahasan akhir
hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

- Hak mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali :


Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari Ditjen Pajak,
maka dapat mengajukan keberatan. Wajib Pajak juga berhak mengajukan banding
hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

- Hak atas kelebihan pembayaran pajak :


Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari seharusnya, maka Anda
berhak menerima kelebihan bayarnya. Caranya adalah mengirimkan surat
permohonan ke Kepala Kantor Pajak Pratama (KPP) atau melalui Surat
Pemberitahuan (SP).

- Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak :


Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam waktu minimal satu bulan untuk
PPN dan tiga bulan untuk PPh terhitung sejak surat permohonan diterima Ditjen
Pajak.
- Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran :
Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan pengangsuran
atau penundaan untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan
di Indonesia.

- Hak kerahasiaan :
Hak dan kewajiban Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan kerahasiaan atas
semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen Pajak terkait kepentingan
perpajakan. Hal- hal yang dilindungi mencakup data dari pihak ketiga yang sifatnya
rahasia.

- Hak pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB) :


Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan akibat
bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan pajak terutang PBB.

- Hak penundaan pelaporan SPT tahunan :


Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan atau penundaan penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh badan dengan alasan atau kondisi tertentu.

- Hak pembebasan pajak :


Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembebasan pemungutan atau
pemotongan Pajak Penghasilan dengan alasan atau kondisi tertentu.

- Hak pengurangan PPh Pasal 25 :


Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran PPh Pasal 25
dengan kondisi tertentu.

- Hak mendapatkan insentif perpajakan :


Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas pembebasan
PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut, serta
perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di area pabean oleh Wajib
Pajak tertentu.
- Hak mendapatkan pajak ditanggung pemerintah :
Khusus pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai menggunakan hibah atau dana
pinjaman luar negeri, PPh terutang atas penghasilan konsultan, kontraktor, dan
supplier utama ditanggung pemerintah.

Kewajiban Pajak

Di samping berhak melakukan berbagai hal di atas, Wajib Pajak juga harus mematuhi
berbagai kewajiban perpajakan. Berikut ini di antaranya:

- Kewajiban mendaftarkan diri :


Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak yang utama adalah mendaftarkan diri
untuk mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini bisa dilakukan di
KP2KP atau KPP. Bisa juga secara online melalui ereg.pajak.go.id atau aplikasi pajak
online AyoPajak yang telah diawasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

- Kewajiban memberi data :


Data yang dimaksud adalah informasi orang pribadi atau badan yang dapat
menunjukkan kegiatan/usaha, penghasilan dan/atau kekayaan, peredaran usaha,
termasuk informasi terkait transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, nasabah debitur,
kartu kredit, hingga laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang
disampaikan kepada instansi lain di luar Ditjen Pajak.

- Kewajiban pembayaran, pelaporan, pemungutan/pemotongan pajak :


Wajib Pajak harus menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terutangnya
sendiri.

- Kewajiban pemeriksaan :
Contoh kewajiban yang dimaksud adalah memenuhi panggilan untuk menghadiri
pemeriksaan, memberikan izin untuk memasuki ruangan atau tempat yang dinilai
perlu, dan memberikan keterangan jika dibutuhkan.
2. Jelaskan dalam tabel perbedaan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak
(SKP)!
:
Indikator Surat Ketetapan Pajak Surat Tagihan Pajak

Fungsi - Koreksi fiskal terhadap - Koreksi atas jumlah pajak


WP tertentu yang nyata - yang terutang menurut Surat
nyata atau berdasarkan hasil Pemberitahuan (SPT) Wajib
pemeriksaan tidak Pajak
memenuhi kewajiban formal
dan atau kewajiban material - Untuk mengenakan sanksi
dalam memenuhi ketentuan berupa bunga atau denda.
perpajakan.

- Sarana untuk mengenakan Sarana untuk menagih pajak.


sanksi perpajakan.

- Sarana administrasi untuk


melakukan penagihan pajak.

- Untuk mengembalikan
kelebihan pajak dalam hal
lebih bayar.

Untuk memberitahukan
jumlah pajak yang
terhutang.

Penerbitan - Dalam jangka 5 tahun - Penerbitan disebabkan


setelah terutangnya pajak Wajib Pajak tidak
atau berakhirnya Masa melakukan satu atau
Pajak, bagian Tahun Pajak, beberapa kewajiban pajak
atau Tahun Pajak. yang diamanatkan UU.

Diterbitkan oleh Direktur Diterbitkan oleh Kantor


Jenderal Pajak. Pelayanan Pajak (KPP).

3. Jelaskan dalam gambar skema alur penagihan pajak dan alur pemeriksaan pajak!
:
gambar skema alur penagihan pajak :

Gambar skema alur pemeriksaan pajak :

4. Hitunglah dan jelaskan kompensasi kerugian menurut Undang – Undang Pajak


Penghasilan (UU 36 Tahun 2008)!
PT ABC dalam tahun 2014 menderita kerugian fiskal sebesar Rp.900.000.000.
Selama lima tahun berikutnya, laba rugi fiska PT ABC sebagai berikut:

2015 : laba Rp. 300.000.000 : Sisa Rp 600.000.000


2016 : laba Rp. 100.000.000 : Sisa Rp 500.000.000
2017 : laba Rp. 200.000.000 : Sisa Rp 300.000.000
2018 : laba Rp. 150.000.000 : Sisa Rp 150.000.000
2019aba Rp. 100.000.000 : Sisa Rp 50.000.000

5. Hitunglah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru sesuai PMK


101/PMK.010/2016!
a. Laki – laki kawin tanpa tanggungan :
Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 = Rp 58.500.000 per tahun
b. Laki – laki kawin, penghasilan istri digabung dengan 3 tanggungan :
Rp 54.000.000 + Rp 54.000.000 + Rp 4.500.000 + (Rp 4.500.000 + Rp 4.500.000
+ Rp 4.500.000)
= Rp 126.000.000 per tahun
c. Wanita tidak kawin dengan 2 tanggungan :
Rp 54.000.000 + ( Rp 4.500.000 + Rp 4.500.000 ) = Rp 63.000.000 per tahun
d. Wanita kawin, suami tidak berpenghasilan dengan 4 tanggungan
Rp 54.000.000 + Rp 54.000.000 = Rp 108.000.000 per tahun

6. Hitunglah pajak penghasilan terutang sesuai Undang – Undang Pajak Penghasilan


(UU NO 36 tahun 2008) dengan tarif pajak pasal 17 !
a. Tuan Tommy memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) pada tahun 2018
sebesar Rp. 5.000.000 :
5% x Rp 45.000.000 = Rp 2.250.000
b. Tuan Jimmy memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) pada tahun 2018
sebesar Rp. 150.000.000 :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 100.000.000 = Rp 15.000.000
(Rp 2.500.000 + Rp 15.000.000) = Rp 17.500.000
c. Nona Cika memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) pada tahun 2018
sebesar Rp. 510.000.000 :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp 10.000.000 = Rp 3.000.000
(Rp 2.500.000 + Rp 30.000.000 + Rp 62.500.000 + Rp 3.000.000)
=Rp 98.000.000
d. Nona Amira memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) pada tahun 2018
sebesar Rp. 755.000.000 :
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp 255.000.000 = Rp 76.500.000
(Rp 2.500.000 + Rp 30.000.000 + Rp 62.500.000 + Rp 76.500.000)
= Rp 171.500.000

Anda mungkin juga menyukai