Anda di halaman 1dari 5

NAMA : IDA AYU DIANITA SASKARA

NO : 13
KELAS : PMS B

1. Pemungutan pajak di Indonesia memiliki hambatan yang dibagi menjadi dua


kelompok , yaitu perlawanan pasif dan aktif. Berikut adalah penjelasan lebih detail
mengenai masing-masing hambatan:
a.) Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang erat hubungannya dengan struktur
ekonomi, perkembangan intelektual dan moral penduduk, serta sistem pemungutan pajak
itu sendiri. Beberapa contoh hambatan perlawanan pasif adalah:
- Masyarakat enggan membayar pajak karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah
mengenai pentingnya membayar pajak, manfaat membayar pajak, dan sanksi yang
akan diterima apabila Wajib Pajak melalaikan kewajibannya
- Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh Masyarakat
- Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
- Keadaan ekonomi yang kurang baik sehingga masyarakat kesulitan membayar
pajak
b) Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dengan tujuan untuk menghindari pajak. Beberapa contoh hambatan perlawanan aktif
adalah:
- Tax avoidance, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang
- Tax evasion, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak)
Menurut pendapat saya, solusi yang bisa diberikan untuk mengatasi hambatan dalam
pemungutan pajak di Indonesia adalah:
- Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya membayar
pajak, manfaat membayar pajak, dan sanksi yang akan diterima apabila Wajib
Pajak melalaikan kewajibannya
- Memperbaiki sistem perpajakan agar lebih mudah dipahami oleh Masyarakat
- Meningkatkan sistem kontrol agar dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
- Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dengan memberikan penyuluhan-
penyulihan di bidang perpajakan
- Memperbaiki budaya hukum baik bagi Wajib Pajak maupun Petugas Pajak
- Meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang perpajakan agar masyarakat
merasa nyaman dan terlayani dengan baik

2. Menurut saya, sangat penting bagi wajib pajak untuk memiliki NPWP. Berikut adalah
alasan yang mendukung jawaban saya:
- Sebagai identitas Wajib Pajak: NPWP digunakan sebagai tanda pengenal atau
identitas diri dari Wajib Pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya dalam
administrasi perpajakan.
- Sarana administrasi perpajakan: NPWP digunakan sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan
- Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak dapat melakukan seluruh aktivitas
perpajakan seperti e-Filing dan bayar pajak
- Menjaga ketertiban dan pengawasan dalam pembayaran pajak dan administrasi
perpajakan: NPWP memiliki fungsi untuk menjaga ketertiban dan ketaatan
pembayaran pajak serta pengawasan administrasi perpajakan Wajib Pajak
- Persyaratan dalam pelayanan umum: NPWP menjadi persyaratan dalam pelayanan
umum, misalnya untuk pembukaan rekening koran dan pengajuan kredit di bank,
pembuatan paspor, pendirian badan usaha dan lain-lain
- Terhindar dari sanksi hukum: Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP atau
dengan sengaja tidak mendaftar atau menyalahgunakan sehingga merugikan
negara akan dipidana paling lama 6 (enam) tahun penjara, dan didenda paling
banyak 4 (empat) kali lebih besar jumlah pajak terutang yang belum atau kurang
bayar
- Mendapatkan tarif pajak yang lebih rendah: Wajib pajak dengan penghasilan yang
dikenai PPh Pasal 21, jika tidak memiliki NPWP, akan dikenakan tarif 20% lebih
besar dari tarif aslinya
Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak dapat memenuhi kewajibannya dalam
administrasi perpajakan dan terhindar dari sanksi hukum. Selain itu, NPWP juga dapat
membantu dalam pelayanan umum dan mendapatkan tarif pajak yang lebih rendah.
Oleh karena itu, sangat penting bagi wajib pajak untuk memiliki NPWP.

3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Sedangkan Pengusaha Non PKP adalah
pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP.Berdasarkan PMK Nomor
197/PMK.03/2013 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai,
perusahaan yang omzetnya belum mencapai Rp. 4,8 Miliar, tidak diwajibkan sebagai
PKP dan tidak bisa memungut Pajak Pertambahan Nilai dan menerbitkan faktur pajak.
Pengusaha kecil juga dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.Pengusaha kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib melaksanakan kewajiban PKP.
Perbedaan kewajiban antara PKP dan Non PKP terletak pada kewajiban PKP untuk
memungut PPN terutang, membuat faktur pajak, dan menyetorkan PPN terutang ke
negara
4. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak (DJP) untuk menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib
pajak. Berikut adalah beberapa alasan mengapa surat ketetapan pajak bisa diterbitkan
- Kurang bayar: SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) diterbitkan jika
wajib pajak kurang atau tidak membayar pajak terutang
- Lebih bayar: SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar) diterbitkan jika wajib
pajak membayar pajak terutang lebih dari yang seharusnya
- Tagihan: Surat Tagihan Pajak (STP) diterbitkan sebagai surat untuk melakukan
penagihan atas tagihan pajak atau sanksi administrasi
- Pemeriksaan: SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)
diterbitkan jika terdapat data baru atau yang belum terungkap yang menyebabkan
tambahan pajak terhutang dalam SKPKB
SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil) diterbitkan jika jumlah pajak terhutang sama
dengan jumlah kredit pajak atau tidak ada pajak terhutang.
- Kesalahan: SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) diterbitkan jika wajib
pajak lebih membayar pajak terutang dari yang seharusnya
- SPT: Surat Ketetapan Pajak dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
hal pemeriksaan pajak atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Jadi, surat ketetapan pajak bisa diterbitkan karena berbagai alasan, seperti kurang bayar,
lebih bayar, tagihan, pemeriksaan, kesalahan, dan SPT.

5. Berikut adalah tata cara menunda dan mengangsur pembayaran atas ketetapan pajak:
- Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah,
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam hal ini Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar, dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan
- Kepala Kantor Pelayanan Pajak setelah mempertimbangkan alasan-alasan yang
diajukan oleh Wajib Pajak, menerbitkan keputusan yang dapat berupa menerima
seluruhnya, menerima sebagian atau menolak permohonan Wajib Pajak, dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak permohonan diterima dengan lengkap
- Dalam hal permohonan Wajib Pajak diterima seluruhnya atau sebagian maka
Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Penundaan
Pembayaran Pajak
- Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengangsuran atau penundaan
pembayaran pajak harus memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan
berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak, kecuali apabila
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menganggap tidak perlu. Jaminan sebagaimana
dapat berupa garansi bank, surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak,
penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito
- Jangka waktu pengangsuran kekurangan pembayaran pajak, pajak terutang, atau
pajak yang masih harus dibayar diberikan paling lama 24 bulan sejak
diterbitkannya keputusan persetujuan pengangsuran pembayaran pajak, dengan
angsuran paling banyak 1 kali dalam 1 bulan dan besar angsuran yang sama tiap
bulannya
- Permohonan diajukan paling lama pada saat SPT Tahunan disampaikan, atau
sebelum surat paksa disampaikan oleh jurusita pajak untuk permohonan angsuran
atau penundaan bagi PBB dan pajak yang masih harus dibayar akibat adanya STP,
SKPKB, SKPKBT, SK-Pembetulan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan
Kembali
- Setelah permohonan diajukan, DJP akan meneliti dan mempertimbangkan
permohonan tersebut, dan memberikan persetujuan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak atas dasar permohonan dari Wajib Pajak
Dalam mengajukan permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak,
Wajib Pajak harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan

6. Tahapan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak yang tidak puas terhadap
ketetapan pajak yang diberikan adalah sebagai berikut:
- Upaya Banding: Wajib pajak dapat mengajukan banding ke instansi yang
berwenang dalam jangka waktu 3 (tiga) puluh hari terhitung sejak tanggal surat
ketetapan pajak diterima. Banding diajukan secara tertulis dan dilampiri dengan
alasan-alasan serta bukti-bukti yang mendukung. Instansi yang berwenang untuk
menerima banding adalah Direktorat Jenderal Pajak atau Pengadilan Pajak.
- Upaya Gugatan: Apabila banding ditolak, wajib pajak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) puluh hari terhitung sejak
tanggal diterimanya surat keputusan banding. Gugatan diajukan secara tertulis dan
dilampiri dengan alasan-alasan serta bukti-bukti yang mendukung.
- Upaya Kasasi: Apabila wajib pajak tidak puas dengan putusan Pengadilan Pajak,
wajib pajak dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterimanya salinan putusan
Pengadilan Pajak. Kasasi diajukan secara tertulis dan dilampiri dengan alasan-
alasan serta bukti-bukti yang mendukung.
Dalam setiap tahapan upaya hukum tersebut, wajib pajak harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan melampirkan alasan-alasan serta bukti-bukti
yang mendukung.

7. Pemeriksaan terhadap wajib pajak dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.Berikut adalah beberapa tujuan dilaksanakannya
pemeriksaan terhadap wajib pajak:
- Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
- Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
- Memberikan petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan
atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan
- Meningkatkan kepatuhan wajib pajak
- Menjaga keadilan dan kesetaraan dalam pemungutan pajak
- Mencegah terjadinya kecurangan atau pelanggaran perpajakan
- Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perpajakan
Dalam pelaksanaannya, pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis
tentang akan dilakukan pemeriksaan kepada wajib pajak, memperlihatkan tanda
pengenal pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan, menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan kepada wajib pajak yang akan diperiksa, membuat laporan pemeriksaan
pajak, memberitahukan secara tertulis kepada wajib pajak tentang hasil pemeriksaan,
dan memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan
atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan

8. Sanksi administrasi yang dikenakan untuk PT ABC karena kurang bayar PPh Pasal 29
sebesar Rp.100 Juta adalah sebagai berikut
- Bunga: Sanksi bunga dikenakan sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang
kurang dibayar, mulai dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pelunasan.
- Pinalti: Sanksi pinalti dikenakan sebesar 2% dari jumlah pajak yang kurang
dibayar, dengan batas waktu maksimal 24 bulan.
- Sanksi administrasi berupa teguran tertulis: Sanksi ini diberikan apabila WP tidak
memenuhi kewajiban perpajakan.
- Sanksi administrasi berupa denda: Sanksi ini diberikan apabila WP melakukan
pelanggaran perpajakan, seperti tidak melaporkan pajak atau melaporkan pajak
dengan data yang tidak benar. Besar denda yang dikenakan bervariasi tergantung
pada jenis pelanggaran yang dilakukan.
- Penyitaan: Sanksi ini diberikan apabila WP tidak membayar pajak yang terutang
dalam jangka waktu yang ditentukan. Pihak pajak dapat menyita harta benda WP
untuk menutupi pajak yang belum dibayar.
- Pemotongan: Sanksi ini diberikan apabila WP tidak membayar pajak yang
terutang dalam jangka waktu yang ditentukan. Pihak pajak dapat memotong
penghasilan WP untuk menutupi pajak yang belum dibayar.

Anda mungkin juga menyukai