Guna mendukung sistem perpajakan agar berjalan dengan baik, terdapat kewajiban dan hak-hak
yang dimiliki Wajib Pajak.
3. Membetulkan SPT.
Pelayanan, pembinaan dan penyuluhan pajak diberikan agar ke depan dapat lebih mengefektifkan
self assessment system berjalan dengan baik.
Kelebihan Pembayaran Pajak
Wajib Pajak yang dalam 1 tahun pajak (PPh) atau PKP yang dalam 1 masa pajak (PPN), bila pajak yang
telah dibayar melebihi pajak yang seharusnya terutang dan dilaporkan dalam SPT, berhak
memperoleh pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut.
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha, berhak mengurangi penghasilan bruto yang diterima
dengan biaya yang telah dikeluarkan (biaya fiskal yang diatur dalam Pasal 6 UU PPh).
Norma Penghitungan
Untuk dapat menghitung besarnya kewajiban pajak dalam suatu tahun pajak, pada dasarnya Wajib
Pajak yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas harus membuat Pembukuan. Untuk Wajib
Pajak tertentu, dapat menyelenggarakan Pencatatan dan penghitungan pajak dilakukan dengan
Norma Penghitungan.
Pengertian
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut/pemotong pajak tertentu.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena
Pajak.
WP meninggal.
2. Pencabutan NPPKP
Pengertian
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah : surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan/pembayaran pajak, objek pajak/bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan.
Fungsi SPT :
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan melaporkan tentang :
• SPT Masa
• SPT Tahunan
Wajib Pajak berhak memperpanjang waktu penyampaian SPT Tahunan hingga paling lama 6 bulan,
misalnya karena :
Pembetulan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun (dengan syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan atau penyidikan).
Setiap jenis pajak, ada jatuh tempo (jangka waktu) pembayarannya. Jika lewat jatuh tempo,
dikenakan sanksi perpajakan berupa bunga penagihan, yang besarnya 2% per bulan.
• Surat Setoran Pajak (SSP) à untuk PPh, PPN, PPnBM, dan Bunga Penagihan.
• Kantor Pos.
A. Pembukuan
Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
(Neraca dan Laba rugi) pada setiap tahun pajak terakhir.
Pembukuan/pencatatan harus :
• Diselenggarakan di Indonesia.
• Disusun dalam bahasa Indonesia (bahasa asing, izin Menkeu) dan dalam mata uang Rupiah (mata
uang asing, izin Menkeu).
• Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau kas.
B. Pencatatan
Pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto/penerimaan penghasilan sebagai dasar
menghitung jumlah penghasilan neto.
• Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas (dengan omzet di
bawah Rp 600 juta/tahun).
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas.
Wajib Pajak yang punya lebih dari 1 jenis usaha/tempat usaha, pencatatan harus dapat
menggambarkan secara jelas jumlah peredaran/penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha /
tempat usaha.
Di samping Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, Pemerintah yang menyelenggarakan tugas pelayanan,
pembinaan dan penerangan/penyuluhan (Fiskus) juga memiliki Hak dan Kewajiban.
Hak-Hak Fiskus
• Melakukan penyidikan.
Sesuai dengan self assessment system, WP/PKP harus dengan sukarela/ kesadaran sendiri
mendaftarkan diri sebagai WP/melaporkan sebagai PKP. Jika tidak, berdasarkan data dan informasi
atau ekstensifikasi, dilakukan penetapannya secara jabatan. KPP akan memberikan NPWP dan
NPPKP.
Bila hingga jatuh tempo pembayaran telah dilalui dan telah ditegor, maka atas utang pajak tersebut
KPP (melalui Jurusita) menerbitkan dan melaksanakan Surat Paksa (SP), maupun Penyitaan (SPMP).
Dalam menjalankan fungsi pembinaan, DJP melakukan pemeriksaan pajak terhadap WP untuk
mengetahui tingkat kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau tujuan lain.
Dalam hal WP tidak kooperatif, tidak memberikan dokumen/berkas yang diminta Pemeriksa, maka
dilakukan penyegelan atas tempat dokumen/berkas tersebut.
Penyidikan
Bila WP diduga melakukan tindak pidana perpajakan, maka akan dilakukan penyidikan terhadap WP
tersebut. Penyidikan dilakukan oleh PPNS.
Bila terbukti melakukan tindak pidana perpajakan, akan diajukan ke Pengadilan untuk kelanjutannya.
Kewajiban Fiskus
• Menerbitkan SKPLB.
• Pelaksanaan pembukuan/pencatatan.
• Administrasi perpajakan.
• Dlsb.
Penerbitan SKPLB
Jika dalam suatu masa pajak, atau tahun pajak ternyata menurut penghitungan WP terjadi lebih
bayar, WP dapat mengajukan permohonan pengembaliannya (restitusi).
Setelah melalui proses penelitian/pemeriksaan oleh Fiskus, bila ternyata menurut ketentuan UU
Perpajakan lebih bayar, maka Fiskus akan menerbitkan SKPLB untuk pengembalian lebih bayar pajak.
Atas data WP yang ada dan disampaikan kepada Fiskus, dirahasiakan untuk kepentingan di luar
DWP.
Sanksi-sanksi di bidang perpajakan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (KUP) dapat berupa :
1. Sanksi administrasi
2. Sanksi Pidana
ad1. Sanksi administrasi terdiri;
Sanksi administrasi yang dikenakan berupa bunga dihitung dalam bentuk persentase tertentu pada
umumnya sebesar 2% (dua persen) sebulan. Untuk lebih jelas diberikan contoh sebagai berikut :
(1) Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar
dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena wajib
pajak membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.
(2) Pemerintah memberikan bunga 2% (dua persen) sebulan atas kelambatan pembayaran kelebihan
pembayaran pajak kepada Wajib Pajak.
(3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar
atau kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB ditambah sanksi administrasi
berupa bunga 2% (dua persen) sebulan, paling lama dua puluh empat bulan, dihitung saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai
diterbitkannya Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar.
Sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak berupa denda adalah dihitung dalam bentuk
jumlah uangnya atau dalam persentase.
(1) Apabila SPT tidak disampaikan atau disampaikan melewati batas waktu yang telah ditentukan
dalam undang-undang maka di kenakan sanksi administrasi berupa denda, untuk SPT masa sebesar
Rp 25.000,- dan untuk SPT tahunan sebesar Rp 50.000,-
(2) Surat Tagihan Pajak (STP) dapat diterbitkan apabila pengusaha tidak melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Terhadap PKP tersebut dikanakan
sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
(3) Surat tagihan pajak dapat diterbitkan apabila pengusaha tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi
membuat faktur pajak atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak dikenakan sanksi administrasi
berupa benda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
Sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak berupa kenaikan adalah terhitung dalam
bentuk persentase yang besarnya 50% atau lebih. Untuk lebih jelas diberi contoh sebagai berikut;
(1) Jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) sebagai mana dimaksud pada
pasal 13 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d undang-undang KUP ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar.
a. 50% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak.
b. 100% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak
atau kurang disetorkan dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
c. 100% dari pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah yang
tidak atau kurang dibayar.
(2) Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan dapat diterbitkan dalam jangka waktu sepuluh
tahun, apabila ditemukan data baru dan/atau data semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
a. alpa
b. sengaja
c. pengulangan
d. percobaan
Barang siapa karena kealpaannya tiak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan denda setingginya dua kali jumlah pajak
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
1. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), atau nomor pengukuhan pengusaha kena pajak (NPPKP), atau
3. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
4. Memperlihatkan pembukuan pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-
olah benar, atau
6. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara diancam dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun dan
dengan setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun
terhitung sejak selesai menjalani pidana penjara yang dijatuhkan terhadapnya karena dilakukan
dengan sengaja, maka ancaman pidana yang dikenakan lagi terhadapnya dilipat dua.
Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Daluwarsa Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, setelah lampau waktu 10 tahun sejak saat
terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun
pajak yang bersangkutan.
Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui/ diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya, diancam dengan pidana
kurungan selama-lamanya 1 tahun dan denda.
Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui/diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya, diancam dengan pidana
selama-lamanya 2 tahun dan denda.
Tuntutan pidana bagi aparat negara terhadap pelanggaran kewajiban merahasiakan segala sesuatu
yang diketahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya adalah
merupakan delik aduan atau dijadikan tindak pidana pengaduan.
Barang siapa yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan
atau bukti yang tidak benar termasuk yang menyuruh atau menganjurkan atau membantu
melakukannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1 tahun dan denda.
Barang siapa dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 tahun dan denda.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan merupakan hukum pajak pajak formil yang mengatur
tata cara untuk mewujudkan hukum pajak materiil menjadi kenyataan atau cara melaksanakan
hukum pajak materiil.
1. UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
• Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut
pajak atau pemotong pajak tertentu.
• Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap, dan bentuk badan lainnya.
• Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau
jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan
takwim
• Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
• Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1(satu) Tahun Pajak.
• Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
• Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
• Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
KETENTUAN TENTANG TAHUN PAJAK
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender. Wajib pajak dapat
menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan tahun takwim dengan syarat taat asas
(konsisten) selama 12 bulan dan melapor/memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat dan telah disetujui oleh Dirjen Pajak.
Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Fungsi NPWP
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
Pencantuman NPWP
2. Surat menyurat dalam hubungan perpajakan. Seperti surat keberatan, banding dll
3. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan mengisi NPWP. Misalnya surat
perjanjian kredit dengan bank, dll
1. Berdasarkan surat pendaftaran wajib pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
Surat Keterangan terdaftar harus diterbitkan oleh KPP paling lama pada hari kerja berikutnya setelah
permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap
• Pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan wajib pajak.
• Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.
• Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
1. Untuk wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak
badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 bulan
setelah saat usaha mulai dijalankan.
2. Untuk wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila
sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
1. Setiap badan yang menjadi subjek pajak penghasilan, yaitu : perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan
bentuk badan lainnya.
2. Setiap wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan neto diatas penghasilan tidak
kena pajak (PTKP)
Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan harta.
Yang tidak wajib memiliki NPWP
Penghapusan NPWP
1. Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak sudah selesai dibagi
5. Bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap
6. Wajib pajak orang pribadi lainnya selain angka 1 dan 2 yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai
wajib pajak
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar.
b. Pidana sebagaimana dimaksud diatas dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan
c. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar.
Catatan :
a. Wajib pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri, bila memerlukan NPWP dapat
mendaftarkan diri dan kepadanya akan diberikan NPWP
b. Setiap wajib pajak hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis pajak
c. Untuk perusahaan perseorangan, NPWP atas nama pemiliknya. Sedangkan untuk badan, NPWP
atas nama badan.
d. Untuk badan (misalnya PT) yang baru berdiri sebaiknya tetap mempunyai NPWP. Karena apabila
rugi dapat dikompensasi dengan tahun berikutnya.
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Pengusaha kena pajak
Belum Diperiksa
Pengusaha Kena Pajak, sering disebut PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang
batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Sedangkan Pengusaha dapat didefinisikan sebagai orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Singkatan PKP juga biasa dipakai untuk menyebut Penghasilan Kena Pajak dalam konteks Pajak
Penghasilan.
Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan
untuk dikukuhkan menjadi PKP.
Pengusaha Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha tersebar di beberapa
tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat
kegiatan usaha
Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang
ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
paling lambat akhir Masa Pajak berikutnya.
Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM.
Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Pengukuhan PKP secara jabatan, apabila WP tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sedangkan berdasarkan data yang dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak ternyata Wajib Pajak memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Contoh kasus : WP telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal
20/05/2010. Namun ternyata dikemudian hari diketahui / terdapat data bahwa sejak tahun 2009 WP
sudah seharusnya dikukuhkan menjadi PKP. Maka sebenarnya kewajiban sebagai PKP harus dipenuhi
WP sejak tahun 2009 dan Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Pengukuhan PKP secara
jabatan.
__________________________________________________________________________________
_________
21 Juli 2000
NOMOR SE - 21/PJ.51/2000
TENTANG
Sehubungan dengan adanya keragu-raguan dalam pelaksanaan ketentuan PPN di bidang tata niaga
kendaraan
b. Lini II : Distributor
PPN atas Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan oleh
Pedagang Besar dan penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP) disamping Jasa yang dilakukan oleh Pemborong,
dinyatakan tidak berlaku.
tahun buku. Oleh karena itu setiap Pengusaha pada seluruh lini
distribusi kendaraan bermotor tersebut
sebagai berikut :
______________________________________
(PKP)
______________________________________
| |
| |
| |
_____________
DISTRIBUTOR
(PKP)
_____________
| |
| |
_______ | |
| |
DEALER ______________________ | |
(PKP) |
_______ |
| |
| ______________________
| ________________ SUB-DEALER/SHOWROOM
(PKP)
______________________
| |
| |
| |
__________
KONSUMEN
__________
dahulu
10. Dalam hal pembelian kendaraan bermotor dengan sistim on the road
(langsung atas nama pembeli)
ATPM/Industri
Perakitan/Distributor/Dealer/Sub-Dealer/Showroom). Dalam hal pembayaran
diterima sebelum penyerahan kendaraan bermotor atau
pembayaran uang muka, maka PPN
Contoh :
Rp 15.000.000,- (10%))
Contoh :
September 2000.
12. Ketentuan dalam Surat Edaran ini berlaku mulai tanggal 1 Agustus
2000.
berlaku.
ttd
MACHFUD SIDIK
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang, menyetornya, serta
melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan fungsi Direktorat Jenderal
pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar Wajib Pajak
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Penghitungan pajak yang
terutang diatur dalam undang-undang material perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan
UU PPN. Sementara itu pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat
Jenderal pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum dalam UU
No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan
kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi perpajakan
apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan. Berkenaan dengan hal tersebut buku ini
menyajikan kronologis hak dan kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktur Jenderal pajak
dengan harapan masyarakat Wajib Pajak mengetahui hak dan kewajiban dalam melaksanakan self
asessment. Buku ini juga disusun secara sistematis dan kronologis sesuai dengan praktik sehari-hari
sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti, memahami, dan mengimplementasikannya,
terutama dengan adanya CD Lampiran yang berisi SPT Tahunan PPh Badan beserta Lampiran (Form
1771), SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang Mempunyai Kegiatan Usaha/Pekerjaan Bebas (Form
1770), SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang Tidak Mempunyai Kegiatan Usaha/Pekerjaan Bebas
(Form 1770S dan 1770SS), SPT Masa PPh Pasal 21 beserta Lampiran dan Bukti Potongnya, SPT Masa
PPh Pasal 22 beserta Lampiran dan Bukti Potongnya, SPT Masa PPh Pasal 23/26 beserta Lampiran
dan Bukti Potongnya, SPT Masa PPh Pasal 15 beserta Lampiran dan Bukti Potongnya, SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) beserta Lampiran dan Bukti Potongnya, SPT Masa PPN beserta Lampiran, Surat
Setoran Pajak (SSP), serta Kode Jenis Setoran (KJS) dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dalam
SSP.