Anda di halaman 1dari 7

DISKON SANKSI PAJAK

Aprylly Horon,Delila Parengkuan,Marsaulina Patty,Novela Bame,Popi Nauw,Ferdinan Wang

Akuntansi Perpajakan,Politeknik Katolik Saint Paul, JL R.A Kartini No 1 KP.Baru, Kota Sorong, Papua
Barat 94813, Indonesia

Abstrak
Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara dan menurut sifatnya, Pajak Penghasilan (PPh)
memberikan kontribusi yang paling besar. Dengan sifatnya yang memaksa, tentunya akan ada
sanksi bagi seluruh wajib pajak yang melakukan pelanggaran. Baik berupa sanksi bunga, kenaikan,
maupun denda. Pelanggaran yang sering terjadi adalah penundaan pembayaran pajak, tidak
dibayarkannya tarif pajak sesuai ketentuan yang berlaku, hingga penggelapan pajak. Bahkan ada
juga yang melakukan manipulasi data pajak sehingga harus dikenakan sanksi.
Sanksi administrasi dapat dikatakan sebagai sebuah konsekuensi yang harus ditanggung oleh
pelaku pelanggaran aturan perpajakan. Dapat diartikan juga, ini merupakan bentuk penyeimbang
dari sistem pembayaran pajak yang menggunakan self assessment system. Ketika melanggar
peraturan perpajakan, wajib pajak akan menerima Surat Ketetapan Pajak ataupun Surat Tagihan
Pajak (STP) yang berisikan sanksi administrasi yang wajib dibayarkan.
Namun, Wajib Pajak dapat membuat pengajuan yang terkait dengan pengurangan atau
penghapusan atas sanksi (diskon pajak) tersebut.
Permohonan pengurangan atau sanksi ini hanya dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau
bukan akibat kesalahannya. Diskon sanksi pajak ini bisa diterima sebagian atau seluruhnya seturut
dengan keputusan akhir yang diterbitkan.

Kata kunci : Diskon, sanksi pajak, Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak (STP),
denda, bunga, kenaikan.

1. PENDAHULUAN
Ada 3 jenis sistem pemungutan pajak yang diberlakukan di Indonesia, yakni Self assessment
system, official assessment system dan with holding system. Untuk menumbuhan kesadaran rakyat
akan kewajiban perpajakannya, pemerintah melakukan sosialisasi dan penyuluhan yang berkaitan
dengan sistem pemungutan pajak self assessment. Dimana sistem pemungutan ini berporos kepada
wajib pajak dengan memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan
perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajaknya sendiri. Kepatuhan wajib pajak menjadi faktor
penting dalam pelaksanaan sistem perpajakan ini. Apabila terjadi pelanggaran ataupun kesalahan,
wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi.
Ketentuan dan peraturan tentang sanksi pajak telah ditetapkan dan dibahas dalam UU No 16
Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sanksi ini diberikan kepada
wajib pajak, pejabat pajak hingga pihak ketiga yang melakukan pelanggaran atau kejahatan. Meski
demikian, otoritas pajak akan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk mengajukan
keringanan atau penghapusan sanksi.
Secara umum, sanksi pajak terbagi menjadi 2 yakni sanksi administratif dan sanksi pidana.
Sanksi administrasi perpajakan adalah sanksi yang dikenakan bagi wajib pajak berupa pembayaran
kerugian terhadap Negara, seperti denda, bunga dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana berupa
denda pidana, pidana kurungan dan pidana penjara dikenakan sesuai dengan tindak pelanggaran
dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Penyelesaian yang berkaitan dengan masalah ini dapat teratasi dengan melakukan
pengamatan dan mengulas beberapa UU, Peraturan Pemerintah, maupun beberapa ketetapan yang
telah dikeluarkan sebelumya. Wajib pajak yang dikenakan sanksi dapat mengajukan permohonan
pengurangan denda pajak dengan cara mengajukan permohonan penghapusan atau pengurangan
sanksi administrasi. Pengajuan permohonan ini dapat langsung disampaikan secara tertulis kepada
Dirjen Pajak dengan melampirkan beberapa dokumen maupun ketentuan yang berlaku.
Jika permohonan telah disampaikan, Dirjen Pajak akan menerbitkan keputusan yang berkaitan
dengan pengurangan atau penghapusan sanksi terkait. Permohonan bisa diterima seluruhnya,
sebagian, maupun ditolak.
Pengetahuan akan beberapa peraturan yang berkaitan dengan diskon sanksi pajak ini
dimaksudkan agar wajib pajak dapat menambah wawasannya akan ketentuan perpajakan yang
terkait dengan pelanggaran, sanksi dan diskon denda pajak sehingga dapat mempraktikannya nanti.

2. LANDASAN TEORI
Pajak
Berdasarkan UU No 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan salah satu sektor penting dalam sumber penerimaan kas Negara. Ada 2 fungsi
pajak, diantaranya adalah sebagai budgeting (anggaran) dan regulasi (mengatur).
Sanksi Administrasi Pajak
Sanksi administrasi perpajakan merupakan sanksi yang harus dibayarkan oleh wajib pajak berupa
pembayaran kerugian terhadap Negara, seperti denda, bunga, dan kenaikan.
Sanksi pajak berupa denda dikenakan kepada pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban
pelaporan, misalnya telat penyampaian SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPH baik bagi Wajib
Pajak perorangan maupun badan.
Sanksi berupa Bunga adalah sanksi yang berkaitan dengan adanya pelanggaran yang berkaitan
dengan keterlambatan pembayaran yang besarnya sudah ditentukan sebelumya.
Sedangkan sanksi kenaikan diberikan kepada wajib pajak yang melanngar kewajibannnya yang
telah diatur sebelumnya dalam UU Material.
Diskon Sanksi Administrasi Pajak
Pengurangan atau penghapusan sanksi pajak adalah permohonan yang diajukan oleh wajib pajak
yang dikenai sanksi administrasi kepada Dirjen Pajak yang berkaitan dengan permintaan
pengurangan ataupun penghapusan.
Secara lebih lanjut, UU yang mengatur tentang diskon sanksi pajak terdapat dalam UU Pasal 36
ayat 1A UU KUP. Secara garis besar, UU ini berisi peraturan mengenai hak Direkur Jendral Pajak
yang berkaitan dengan permohonan Wajib Pajak atas pengurangan sanksi pajak, serta syarat dan
ketentuan yang berlaku sehubungan dengan pengajuan permohonan.
2.1 METODE PENELITIAN
Artikel penelitian ini adalah artikel penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
adalah suatu rumusan yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial
yang akan diteliti secara menyuluruh, luas dan mendalam. Penelitian jenis ini lebih menekankan
pada pengamatan fenomena dan memerlukan insting yang tajam oleh peneliti.
3. PEMBAHASAN
Seperti yang telah dilampirkan sebelumnya, sanksi pajak terbagi menjadi 3 macam yakni berupa
denda, bunga, dan kenaikan.
A. Denda
Untuk sanksi berupa denda biasanya dikenakan bagi para pelanggar aturan perpajakan
khususnya pada masalah pelaporan pajak seperti keterlambatan pelaporan SPT (Surat
Pemberitahuan) baik masa maupun tahunan, ditemukannya ketidakbenaran pada SPT yang
disampaikan, atau tidak adanya pembuatan invoice pajak sesuai dengan syarat dan ketentuan
pajak yang berlaku.
Ada beberapa nominal denda yang akan dikenakan jika wajib pajak melanggar, diantaranya :
Denda sebesar Rp.500.000 bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN hingga
lewat dari 20 hari setelah masa pajak berakhir.
 Denda Rp.100.000 bagi wajib pajak orang pribadi yang tidak menyampaikan SPT lewat
dari 3 bulan setelah tahun pajak berakhir.
 Denda Rp.100.000 bagi pelanggaran SPT Masa Lainnya yang tidak disampaikan hingga
lebih dari 20 hari masa pajak berakhir.
 Denda Rp.1.000.000 bagi wajib pajak badan yang tidak menyampaikan SPT Tahunan
lewat dari 4 bulan setelah tahun pajak berakhir.
 Denda 150% dikali pajak teutang kurang bayar untuk pelanggaran pengungkapan
ketidakbenaran atau pelunasan pajak sebelum dilakukannya penyidikan.
 Denda 2% dari dasar pengenaan pajak bagi PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang tidak
membuat faktur pajak.
 Denda 50% dikali jumlah pajak berdasar putusan banding dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar untuk kasus pelanggaran yang permohonan bandingnya ditolak atau diterima
sebagian.
 Denda 50% dikali jumlah pajak sesuai dengan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum diajukannya keberatan untuk PKP yang tidak melakukan
pengisian formulir pajak, pelaporan faktur yang tidak sesuai, gagal produksi dan mendapat
restitusi pajak, dan pengajuan keberatan dari Surat Ketetapan Pajak yang ditolak maupun
dikabulkan sebagian.
B. Bunga
Sanksi bunga biasanya diberikan pada WP yang melakukan pelanggaran berupa
ketidaksiplinan khususnya dalam urusan pembayaran pajak. Misalnya seperti keterlambatan
pembayaran pajak, penundaan pembayaran pajak, gagal membayar pajak, atau kurang bayar
pajak.
Macam macam persentase bunga yang dikenakan, diantaranya :
 Bunga 2% setiap bulan dari jumlah pajak kurang bayar dihitung dari tanggal jatuh tempo
hingga tanggal pembayaran untuk kasus pembetulan sendiri SPT Tahunan dengan kurun
waktu 2 tahun.
 Bunga sampai dengan 48% dari jumlah pajak yang kurang bayar untuk kasus
keterlambatan pembayaran pajak.
 Bunga 2% setiap bulan dari jumlah pajak kurang bayar maksimal 2 tahun dengan adanya
Surat Tagihan Pajak (STP).
 Bunga 2% bagi PKP yang gagal pajak dari jumlah pajak yang ditagih.
 Bunga 2% tiap bulannya dari jumlah pajak kurang bayar dihitung dari tanggal jatuh tempo
hingga sampai tanggal pelunasan.
C. Kenaikan
Jenis sanksi ini diterapkan untuk wajib pajak yang melakukan pelanggaran aturan pajak dilihat
dari segi materiil. Contohnya seperti mengisi data atau informasi yang salah dalam hitungan
pajak yang dibayarkan. Sanksi ini berbeda dari 2 sanksi yang telah dipaparkan sebelumnya.
Sanksi berupa kenaikan adalah jenis sanksi untuk pembayaran pajak yang berlipat sesuai pajak
yang tidak dibayarkan atau kurang bayar. Sanksi ini sendiri memiliki konsekuensi yang lebih
besar dari 2 jenis sanksi lainnya.
Syarat dan Ketentuan Terkait Surat Permohonan
Ketika tidak mematuhi peraturan perpajakan, wajib pajak akan menerima SKP atau STP yang
didalamnya berisi sanksi administrasi yang harus dibayarkan.
Penghapusan sanksi administrasi pajak sangat mungkin diajukan oleh wajib pajak yang dikenakan
sanksi seperti yang telah terlampir di Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Sanksi administrasi yang dapat dikurangi atau dihapus diantaranya berupa denda, bunga dan
kenaikan yang terutang sesuai UU KUP yang mengatur. Dalam hal ini sanksi tersebut dikenakan
karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi pajak apabila
menurut perhitungan WP besarnya sanksi yang dikenakan dalam SKP/STP tidak benar, ataupun
sanksi administasi yang dimaksudkan tidak seharusnya dikenakan.
Ada beberapa syarat dan ketentuan yang wajib dipenuhi oleh wajib pajak sebelum
menyampaikan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi pajak, diantaranya :
 Satu permohonan diajukan untuk satu SKP atau STP, kecuali permohonan tersebut
diajukan untuk STP yang disebabkan oleh adanya pajak kurang bayar berdasarkan
ketetapan pajak sepanjang terkait dengan SKP yang sama, maka satu permohonan dapat
diajukan untuk lebih dari satu STP.
 Permohonan wajib diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
 Mengemukakan jumlah sanksi administrasi menurut perhitungan wajib pajak disertai
dengan alasan
 Permohonan yang hendak disampaikan harus diantarkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat wajib terdaftar
 Permohonan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak dan ketika dalam kondisi bukan wajib
pajak yang menandatangani permohonan tersbut, maka surat permohonan itu harus
dilampiri dengan surat kuasa khusus.
 Atas SKP atau STP yang diajukan permohonan, tidak boleh diajukan upaya hukum lain
sepeti keberatan, permohonan pengurangan atau pembatalan STP/SKP.
 Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 kali.
 Permohonan yang kedua kali diajukan harus paling lama 3 bulan sejak tanggal
diterbitkannya surat keputusan Dirjen Pajak atas permohonan pertama yang dikirim,
kecuali wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat terpenuhi
karena keadaan yang berada di luar kekuasaan wajib pajak.
 Permohonan kedua tetap dapat diajukan terhadap SKP atau STP yang telah diterbitkan
surat keputusan Dirjen Pajak.
Permohonan yang telah diajukan, kemudian akan diproses paling lama 6 bulan sejak permohonan
secara lengkap diterima.
Wajib pajak dapat mencabut permohonannya, dengan tata cara :
 Mengajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan dapat mencantumkan alasan
pencabutannya.
 Disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
 Ditandatangani baik oleh wajib pajak selaku pemohon atau orang lain yang mewakili,
dengan harus dilampiri surat kuasa khusus.
 Bagi wajib pajak yang telah mencabut permohonannya, tidak berhak untuk mengajukan
kembali permohonan yang sama dengan jenis permohonan yang dicabut.
Contoh Format Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

1)
2)
4. KESIMPULAN
Bagi wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan perpajakan, seperti terlambat membayar dan
melaporkan pajak, dapat dikenakan sanksi pajak. Salah satu diantaranya adalah sanksi administrasi.
Namun, jika wajib pajak merasa perhitungan sanksi tidak benar atau merasa sanksi yang dikenai
tidak seharusnya diberikan pada dirinya, maka wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan
permohonan pengurangan atau penghapusan (diskon) sanksi administrasi pajak. Pengajuan
permohonan ini harus memenuhi beberapa persyaratan yang selaras diatur dalam UU No 16 Tahun
2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).
Kemudian surat permohonan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib
pajak terdaftar. Jika berkas-berkas sudah lengkap diterima, pernohonan ini akan diproses paling
lama 6 bulan. Untuk menghindari sanksi pajak, mulailah dengan melaksanakan kepatuhan pajak
seperti membayar dan melaporkan pajak tepat pada waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Republik Indonesia. 2021. Undang-undang No.16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
[2] Pajak.go.id. 2022. Sanksi Administrasi. Diakses pada 12 Desember 2022, dari
https://www.pajak.go.id/id/pengurangan-dan-penghapusan-sanksi-administrasi
[3] Online-Pajak.com. 22 Februari 2022. Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak: Ini Cara dan
Syaratnya. Diakses pada 13 Desember 2022, dari https://www.online-pajak.com/tentang-
pajakpay/penghapusan-sanksi-admnistrasi-pajak
[4] News.ddtc.co.id. 21 September 2022. WP Bisa Ajukan Pengurangan Sanksi, Diskonnya Bisa
Sampai 100%. Diakses pada 13 Desember 2022, dari https://news.ddtc.co.id/wp-bisa-ajukan-
pengurangan-sanksi-diskonnya-bisa-sampai-100-persen-42112
[5] News.ddtc.co.id. 6 September 2022. Cara Mengajukan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Pajak. Diakses pada 13 Desember 2022, dari https://news.ddtc.co.id/cara-
mengajukan-pengurangan-atau-penghapusan-sanksi-administrasi-pajak-32589

Anda mungkin juga menyukai