Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN

POLITEKNIK POS INDONESIA


PRODI : D4 AKUNTANSI KEUANGAN
DOSEN : RIMA SUNDARI, SE.,M.Ak.,Ak.,CA.
Phone : 081-222 5 3300
E-mail : rimasundari@poltekpos.ac.id
BANDUNG - 2020
HUTANG PAJAK
Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif pajak :

1. Tarif sebanding / proporsional


Tarif berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak. Semakin tinggi dasar pengenaan pajak maka semakin
besar beban pajak terutang.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%

2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Berdasarkan undang undang nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai,
Besarnya tariff bea materai untk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal
berapapun adalah Rp 3.000,- & Rp. 6.000,- (nominal > Rp. 1.000.000,-)
Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif pajak :

3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenakan
pajak semakin besar.

Contoh : Pasal 17 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009).
Lapisan penghasilan kena pajak dan tariff pajak bagi wajib pajak orang pribadi :
 sampai dengan Rp 50.000.000 =5%
 Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- = 15%
 Diatas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- = 25%
 Diatas Rp 500.000.000,- = 30%

4. Tarif degresif
Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
Timbul dan Berakhirnya Hutang Pajak

Utang Pajak adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh masyarakat (khususnya
Wajib Pajak) akibat adanya keadaan, perbuatan, atau peristiwa, yang harus dilunasi
dengan mekanisme yang berlaku dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pengertian hutang pajak ini diatur di beberapa peraturan perundang – undangan,
seperti Undang – undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.

Menurut Pasal 1 point 8 Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa tersebut, yang dimaksud dengan “Utang Pajak adalah
pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi adminisirasi berupa bunga. denda
atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya
berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan. (Undang-Undang Pajak
Tahun 2000, 2001:2 12).
Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah
terpenuhinya atau terjadi suatu sasaran perpajakan, yang terdiri dari : keadaan-
keadaan tertentu, peristiwa, dan atau perbuatan tertentu. Tetapi yang sering terjadi
ialah karena keadaan, seperti pajak-pajak yang sangat penting yaitu atas suatu
penghasilan atau kekayaan, dikenakan atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib
Pajak yang bersangkutan walaupun keadaan itu dalam kebanyakan hal timbulnya
karena perbuatan-perbuatannya. Tapi keadaan wajib pajak yang menimbulkan
hutang pajak itu sendiri. Adanya hutang pajak berhubungan dengan adanya
kewajiban masyarakat kepada Negara berdasarkan Undang – undang.
Dalam hutang pajak ini memiliki beberapa sifat, antara lain :

1. Jumlahnya sudah ditetapkan baik oleh masyarakat atau


Fiskus (pemerintah);

2. Ditetapkan jangka waktu pelunasannya;

3. Jika terlambat bayar/kurang bayar, berakibat dikenakan


sanksi;

4. Dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak.


Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya hutang pajak :

1. Ajaran Formil

Hutang pajak timbul karena dikeluarkan nya surat ketetapan pajak


oleh fiskus.

Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.

2. Ajaran Materiil

Hutang pajak timbul karena berlakunya undang undang. Seseorang


dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan
pada self assessment system.
Hapusnya hutang pajak dapat disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran : Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena
pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (wajib pajak telah membayar) ke Kas
Negara.

2. Kompensasi : Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi hutang pajak


dengan tagihan seseorang diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu
kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan
pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak
sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.
Hapusnya hutang pajak dapat disebabkan beberapa hal

3. Daluarsa : Dalam penghapusan hutang pajak ini, daluarsa diartikan sebagai


daluwarsa penagihan. Daluwarsa atau lewat waktu ialah sebagai salah satu sebab
berakhirnya utang pajak dan hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban
untuk membayar hutang) karena lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan
dalam undang-undang. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluarsa setelah lampau
waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhimya masa
pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini untuk
memberikan kepastian hukum kapan hutang pajak dapat ditagih lagi. Namun daluarsa
penagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila diterbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa.

4. Pembebasan dan penghapusan : Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang
semestinya tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap
pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi. Penghapusan hutang pajak ini
sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak
misalnya keadaan keuangan Wajib Pajak (Waluyo dan Wirawan, 1999:10).
TUGAS MANDIRI CAKUPAN PERTEMUAN I SD. III :

Soal ini dikerjakan secara mandiri untuk menambah wawasan anda mengenai
perpajakan. Anda dapat mencarinya di Internet atau di media lainnya.

1. Jelaskan tugas dan fungsi seorang Account Representative ?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tax Evasion dan Tax Avoidance
kemudian carilah satu kasus yang berhubungan dengan salah satu istilah
diatas?

Note : Cantumkan pula sumber berita nya anda peroleh dari mana.

Anda mungkin juga menyukai