2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Berdasarkan undang undang nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai,
Besarnya tariff bea materai untk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal
berapapun adalah Rp 3.000,- & Rp. 6.000,- (nominal > Rp. 1.000.000,-)
Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif pajak :
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenakan
pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009).
Lapisan penghasilan kena pajak dan tariff pajak bagi wajib pajak orang pribadi :
sampai dengan Rp 50.000.000 =5%
Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- = 15%
Diatas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- = 25%
Diatas Rp 500.000.000,- = 30%
4. Tarif degresif
Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
Timbul dan Berakhirnya Hutang Pajak
Utang Pajak adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh masyarakat (khususnya
Wajib Pajak) akibat adanya keadaan, perbuatan, atau peristiwa, yang harus dilunasi
dengan mekanisme yang berlaku dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pengertian hutang pajak ini diatur di beberapa peraturan perundang – undangan,
seperti Undang – undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
Menurut Pasal 1 point 8 Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa tersebut, yang dimaksud dengan “Utang Pajak adalah
pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi adminisirasi berupa bunga. denda
atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya
berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan. (Undang-Undang Pajak
Tahun 2000, 2001:2 12).
Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah
terpenuhinya atau terjadi suatu sasaran perpajakan, yang terdiri dari : keadaan-
keadaan tertentu, peristiwa, dan atau perbuatan tertentu. Tetapi yang sering terjadi
ialah karena keadaan, seperti pajak-pajak yang sangat penting yaitu atas suatu
penghasilan atau kekayaan, dikenakan atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib
Pajak yang bersangkutan walaupun keadaan itu dalam kebanyakan hal timbulnya
karena perbuatan-perbuatannya. Tapi keadaan wajib pajak yang menimbulkan
hutang pajak itu sendiri. Adanya hutang pajak berhubungan dengan adanya
kewajiban masyarakat kepada Negara berdasarkan Undang – undang.
Dalam hutang pajak ini memiliki beberapa sifat, antara lain :
1. Ajaran Formil
2. Ajaran Materiil
1. Pembayaran : Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena
pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (wajib pajak telah membayar) ke Kas
Negara.
4. Pembebasan dan penghapusan : Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang
semestinya tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap
pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi. Penghapusan hutang pajak ini
sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak
misalnya keadaan keuangan Wajib Pajak (Waluyo dan Wirawan, 1999:10).
TUGAS MANDIRI CAKUPAN PERTEMUAN I SD. III :
Soal ini dikerjakan secara mandiri untuk menambah wawasan anda mengenai
perpajakan. Anda dapat mencarinya di Internet atau di media lainnya.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tax Evasion dan Tax Avoidance
kemudian carilah satu kasus yang berhubungan dengan salah satu istilah
diatas?
Note : Cantumkan pula sumber berita nya anda peroleh dari mana.