Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarmya dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau juga peristiwa ataupun perbuatan tertentu ada 2 (dua) ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu: 1. Ajaran Formil yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. Dengan demikian, meskipun syarat adanya tatbestand sudah terpenuhi namun sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak. 2. Ajaran Materiil yaitu utang pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan (tatbestand) yaitu rangkaian dari perbuatan – perbuatan, keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak adalah sebagai berikut : a. Perbuatan – perbuatan, misalnya : pengusaha melakukan impor barang b. Keadaan-keadaan, misalnya : memiliki harta bergerak dan harta tidak bergerak c. Peristiwa, misalnya : mendapat hadiah undian
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang menentukan dalam :
1. Pembayaran / penagihan pajak 2. Masukkan surat keberatan 3. Penentguan saat dimmulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa 4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
B. Cara pengenaan utang pajak
Ada 3 cara pengenaan pajak dapat dilakukan yaitu : 1. Pengenaan di Depan ( Stelsel Fiksi ) Merupakan suatu cara pengenaan pajak yang didasarkan atas suatu anggapan (fiksi) dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan bunyi undang-undang. Misalnya penghasilan seorang Wajib Pajak padat ahun berjalan dianggap sama dengan penghasilan pada tahun sebelumnya, tanpa memperhatikan kondisi yang sesungguhnya atas besarnya penghasilan pada tahun berjalan yang seharusnya menjadi dasar penetapan besarnya utang pajak pada tahun berjalan. Dengan adanya anggapan demikian, maka fiskus dapat dengan mudah menetapkan besarnya utang pajak untuk tahun yang akan datang. Pasal 25 Undang- undang PPh merupakan contoh cara pemajakan di depan yang dilakukan dengan suatu perhitungan (formula) tertentu. 2. Pengenaan di belakang ( Stelsel Riil ) Pengenaan di belakang merupakan suatu cara pengenaan pajak yangdidasarkan pada keadaan yang sesungguhnya (riil) atau nyata, yang diperolehdalam suatu tahun pajak. Karena besarnya penghasilan yang diperoleh seorang Wajib Pajak baru diketahui pada akhir tahun, maka pengenaan baru dilakukan setelah berakhirnya suatu tahun pajak. Dengan demikian, utang pajak dari Wajib Pajak baru akan dikenakan di belakang yaitu sesudah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. 3. Pengenaan cara campuran Pengenaan cara campuran merupakan suatu cara pengenaan pajak yang mendasarkan pada kedua cara pengenaan pajak di atas (fiksi dan riil). Padaawal tahun pajak, fiskus akan mengenakan pajak berdasarkan anggapan yangditentukan dalam undang-undang, yang selanjutnya setelah berakhirnya tahunpajak akan dilakukan pengenaan pajak lepada Wajib pajak berdasarkankeadaan yang sesungguhnya (riil). Undang-undang PPh pada prinsipnyamendasarkan pengenaan pajak dengan cara campuran ini.
C. Hapusnya Hutang Pajak
Hapusnya hutang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal yakni : 1. Pembayaran, Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara. 2. Kompensasi, Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan seseorang diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang. 3. Daluwarsa, daluwarsa atau lewat waktu adalah sebagai salah satu sebab berakhirnya utang pajak dan hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban untuk membayar hutang) karena lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam unthng-undang. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhimya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tithk dapat ditagih lagi. Namun daluwarsa panagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa. 4. Pembebasan, utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karenaditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap pokokpajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi. 5. Penghapusan, utang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak misalnya keadaan keuanganWajib Pajak. D. Tarif Progresif Yaitu presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contohnya adalah pajak penghasilan ( Pph ). Apabila penghasilan seseorang masuk kedalam kategori penghasilan kena pajak yang mana dalam 1 tahun lebih dari Rp. 50 Juta maka berlaku tarif progresif PPh. Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dibagi : a. Tarif progresif progresif : kenaikan presentase semakin besar b. Tarif progresif tetap : kenaikan presentasi tetap c. Tarif progresif degresif : kenaikan presentase semakin kecil E. Tarif degresif Yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh persentase tarif untuk dasar pengenaan pajak sebesar Rp10.000.000 akan lebih kecil daripada persentase tarif untuk dasar pengenaan pajak sebesar Rp5.000.000. jenis tarif pajak degresif 1. tarif pajak degresif proposional merupkan tarif yang presentasenya semakin menurun jika dasar pengenaan pajak meningkat, dan besarnya penurunan dari tarif sama besar atau tetap. 2. Tarif pajak degresif degresif Merupakan tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan besarnya penurunan tarif semakin kecil. 3. Tarif pajak degresif progresif Merupakan tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan besarnya penurunan tarif semakin besar. F. Tarif Proposional Merupakan jenis tarif pajak yang memiliki nilai besaran persentase tetap dan tidak terpengaruh dengan perubahan nilai dasar pengenaan pajak yang dibayarkan, maka persentase tarif pengenaan pajaknya akan tetap sama. Contoh jenis pajak yang termasuk dalam tarif pajak proposional adalah PPN yang memiliki persentase 10% dan juga PBB yang memiliki besaran tarif pajak 0,5%. G. Tarif Tetap Tarif pajak tetap atau tarif pajak regresif merupakan tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya ( tidak berubah- ubah ). Tarif pajak tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu sama sesuai dengan p;eraturan yang berlaku. Contohnya, Bea materai dengan nilai Rp3000 dan Rp6000. Tarif bea materai ini mulai 2021 berlaku materai elektronik. Bea materai terbaru naik menjadi Rp10.000 dan merupakan single tarif. H. Tarif Advolorem Merupakan Tarif dengan persentase khusus yang dikenakan pada harga suatu barang. Contoh tarif advolorem : Perusahaan AGA mengimpor barang sebanyak 200 unit laptop dengan harga perunit Rp5 juta. Jika tarif bea masuk impor barang tersebut 20%, maka nilai bea masuk yang harus dibayarkan adalah Nilai barang impor = Jumlah Unit x Harga Per Unit = 200 x Rp5.000.000 =Rp1.000.000.000 Bea masuk = Tarif Bea masuk x Nilai barang impor = 20% x 1.000.000.000 = Rp. 200.000.000 Jadi, bea masuk yang harus dibayarkan oleh perusahaan AGA adalah Rp200juta I. Tarif Spesifik Merupakan tarif pajak dengan jumlah tertentu dan dikenakan pada suatu barang atau jenis barang tertentu. Contoh kasus, PT. AGA di Indonesia meng-impor sepeda mobil dari Jerman sebanyak 150 unit. Apabila harga satu mobil tersebut Rp200.000.000 dan tarif bea masuk atas impor barang Rp40.000.000 per unit, maka jumlah bea masuk yang harus dibayarkan oleh perusahaan tersebut adalah : Jumlah Mobil yang di Impor : 200 unit Tarif Bea Masuk Rp40.000.000 Jumlah Bea masuk yang harus dibayarkan = Tarif Bea Masuk per unit x Jumlah Mobil = Rp200.000.000 x 150 =Rp30.000.000.000 Jadi, jumlah bea masuk yang harus dibayarkan oleh PT. AGA adlah Rp 30 Miliar