Anda di halaman 1dari 11

PENGENAAN PAJAK

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK


1. Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pengenaan
pajak yang memeberi wewenang kepada pemerintah (fiscus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak,
Ciri-cirinya adalah:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
ada pada fiskus;
b) Wajib pajak bersifat pasif
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat
Keterangan Pajak oleh fiskus
Contoh: PBB
2. Self Assesment System
Self assessment system merupakan suatu sistem pengenaan pajak
yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya adalah:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak;
b) Wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang;
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
Dalam self assessment system wajib pajaknya terbatas.
Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang dan Jasa (PPN), dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM)
3. With Holding System
With holding system merupakan sistem pengenaan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak ybs) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang dari wajib
pajak.
Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
berada pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib pajak.
Contohnya : PPh ps 21
Pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun diserahi
tanggung jawab untuk memotong pajak terhadap penghasilan yang
mereka bayarkan.
Pihak-pihak yang diserahi kewajiban untuk memotong pajak seperti
pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun adalah bukan
wajib pajak , yang menjadi wajib pajaknya adalah para pegawai yang
memperoleh penghasilan.
TARIF PAJAK
 Besarnya utang pajak ditentukan oleh dasar pengenaan
pajak dan tarif pajak
T = Tb x Tr
T = besarnya utang pajak (tax)
Tb = dasar pengenaan pajak
Tr = Tarif pajak
1. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah suatu tarif yang berupa suatu jumlah tertentu yang
sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi besarnya jumlah dasar pajak.
Tarif tetap dilatarbelakangi pemikiran bahwa keadilan akan ada apabila
terhadap semua pihak diberikan secara sama.
Contoh:
Bea materai yang diatur dalam UU No. 13 Th 1985 tentang Bea Materai
Dalam UU tsb mengatur tentang tarif tetap sebesar Rp.1.000 terhadap
beberapa dokumen seperti surat perjanjian dan surat lain yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian, akta notaris
dan akta PPAT.
Besarnya tarif tsb diubah melalui PP No, 24 Th 2000 yang memberikan
tarif tetap untuk cek dab bilyet giro dikenakan bea materia Rp 3.000.
2. Tarif Proposional (sebanding/sepadan)
 Tarif ini merupakan ‘persentase tunggal’ yang dikenakan
terhadap semua objek pajak berapapun nilainya.
 Besar kecilnya utang pajak ditentukan oleh jumlah/nilai dasar
objek yang dikenai pajak.
Contoh PPN
Tarif yang dikenakan untuk semua penyerahan barang/jasa
adalah sebesar 10%.
DPP: 10.000.000
Tarif : 10%
Utang pajak : 1.000.000
 Contoh lainnya adalah Pajak Penghasilan bagi wajib
pajak dalam negeri (WP Badan).
 Dalam UU No 36 Th 2008 diberlakuakn tarif pajak
sebesar 28% terhadap semua wajib pajak badan dalam
negeri dan Badan Usaha Tetap.
Tarif proporsional dilatarbelakangai oleh pemikiran
bahwa tidak adil apabila semua orang dikenakan pajak
yang sama.
3. Tarif Progresif (Pesentase meningkat)
Tarif yang berupa persentase yang meningkat sesuai
peningkatan jumlah yang dikenai pajak. Terdiri dari beberapa
persentase, bukan persentase tunggal.
UU No. 36 Th 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undng-Undang No 7 Th 1983 Tentang Pajak Penghasilan ,
khususnya bagi wajib pajak pribadi yang merupakan wajib
pajak dalam negeri dikenakan pajak dengan lapisan tarif sbb:
Penghasilan sampai dengan Rp50 jt tarif pajak 5%
Penghasilan di atas Rp50jt s/d Rp250jt tarif pajak 15%
Penghasilan diatas Rp250jt s/d Rp500jt tarif pajak 25%
Penghasilan diatas Rp500jt tarif pajak 30%
Contoh: apabila seseorang dalam satu tahun pajak
memperoleh penghasilan kena pajak sebesar Rp750jt
maka perhitungan pajaknya sbb:
Rp 50jt x 5% = Rp. 7.500.000,.
Rp 250jt x 15% = Rp. 37.500.000
Rp 450jt x 25% = Rp. 112.500.000
Jumlah utang pajak = Rp. 157.500.000
4. Tarif Bentham
Pengenaannya seperti tarif proporsional yaitu dengan
persentase tetap tetapi hanya dikenakan atas jumlah yang
melebihi batas minimum tertentu
Contoh: PBB yang dikenal adanya margib yang merupakan batas
minimal nilai jual objek pajak yang dikenai pajak seperti yang
dikenal sebagai NJOPTKP (Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak).
Apabila nilai jual dari objek di bawah batas NJOPTKP maka
tidak dikenakan pajak.
NJOPTKP bertujuan untuk melindungi para subjek pajak yang
memiliki , menguasai atau mengambil manfaat dari objek pajak
dengan nilai jual yang relatif rendah, yang sebagian besar dari
golongan ekonomi lemah.

Anda mungkin juga menyukai