1. Wajib Pajak Pertambahan Nilai wajib mematuhi semua tarif pajak yang telah di tetapkan berdasarkan Undang – Undang PPN tentang kepatuhan wajib pajak. 2. Dalam Kepatuhan PPN ada yang memenuhi keseluruhan sistem PPN, ada pula yang hanya berarti menyiapkan dan menyerahkan pengembalian PPN. 3. Pajak Pertambahan Nilai Dikenakan Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik orang pribadi maupun badan, yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN. 4. Pengaturan cakupan BKP dalam UU PPN bersifat “negative list”, dalam artian bahwa pada prinsipnya seluruh barang merupakan BKP, kecuali ditetapkan sebagai barang yang tidak dikenai PPN. 5. Sistem Pengenaan PPN didasarkan pada objek pajak tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak (WP) sebagai subjek pajak 6. Secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain, tetapi kewajiban memungut, menyetor, melapor melekat pada pihak yang menyerahkan barang/jasa 7. PPN terhadap konsumsi barang dan jasa dalam negeri dikenakan sebesar 10%, sedangkan untuk ekspor dikenakan tarif 0% (untuk ekspor secara riil tidak ada PPN yang dibayarkan namun tetap harus dilaporkan 8. Pemerintah diberikan kewenangan untuk mengubah tarif PPN barang dan jasa menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% melalui penerbitan Peraturan Pemerintah. 9. Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai. 10. Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai pemungut pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN B. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (X2) 1. Atas jumlah pajak yang terutang dikenakan sanksi bunga 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar. 2. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut 3. kredit pajak merupakan jumlah pajak yang telah dibayar atau sudah terhitung oleh Wajib Pajak di awal periode pajak. 4. kredit pajak untuk PPN merupakan Pajak Masukan yang bisa dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikurangkan dari pajak terutang. 5. Jumlah pembayaran Pokok Pajak yang di tetapkan sudah sesuai dengan pedapatan wajib pajak. 6. Dalam menentukan jumlah pembayaran pokok pajak adanya rekapitulasi terbaru setiap tahunnya yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak. 7. Besarnya sanksi administrasi pada bagi setiap wajib pajak berbeda tergantung pada besarnya jumlah pajak yang harus di bayarkan. 8. Sanksi administrasi diberikan kepada wajb pajak apabila tidak melunasi pajaknya dalam jangkan waktu yang telah di tetapkan. 9. Surat Tagihan Pajak sebagai sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda 10. Jika dalam waktu yang telah di tetapkan wajib pajak belum melunasi pajak yang masih harus dayar maka akan ada saknsi tambahan. C. Surat Tagihan Pajak (X3) 1. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. 2. Dalam hal tagihan pajak system hukum yang di terapkan mengikat wajib pajak sehingga mewajibkan wajib pajak harus melunasi pajak terutangnya. 3. Dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa 4. Surat Tagihan Pajak digunakan sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang menurut SPT Wajib Pajak 5. Koreksi yang diberikan melalui surat tagihan pajak, dilakukan secara transparan kepada wajib pajak. 6. Surat Tagihan Pajak sebagai sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. 7. Besarnya sanksi atau denda yang diberikan dalam surat tagihan pajak sesuai dengan jumlah yang seharusnya di bayarkan oleh wajib pajak. 8. Ada batas waktu berlakunya Surat Tagihan pajak yang di terbitkan Oleh Derektorat Pajak bagi Wajib Pajak untuk melakukan Pelunsan pembayaran pajaknya. D. Surat Pemberitahuan Pajak (X3) 1. Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pelaporan pajaknya. 2. Dalam Surat Pemberitahuan Pajak pajak yang diterima oleh Wajib pajak sudah tertulis batas waktu untuk melakukan pelaporan pajak. 3. Saat melalukan pelaporan pajak, Surat Pemberitahuan Pajak tersebut dibawah sebagai syarat untuk melaporkan pajaknya. 4. Surat Pemberitahuan Pajak hanya berfungsi sebagai alternatif tambahan dalam pelaporan pajak. 5. Jika Wajib Pajak sudah menerima Surat Tagihan pajak maka harus segera melakukan pembayaran pajak